Jumat, 19 Oktober 2007

Habib Paulus Mohamad Ali Mahkrus Ata Mimi*

Setelah heboh pelecehan al-Qur’an di Malang beberapa waktu lalu, kini muncul lagi kaset VCD pelecehan terhadap Islam. Pelakunya "Pendeta" Markus Margiyanto.

Pelecehan terhadap islam ini sangat mengejutkan masyarakat Malang, Jawa Timur. Apalagi rentang waktu dengan heboh VCD pelecehan al-Qur’an di Hotel Asida itu, tidak terlalu lama. Kasus pelecehan baru ini yang juga melalui VCD, dilakukan seseorang yang mengklaim dirinya mantan ketua FPI** Jawa Timur. Namanya, Habib Paulus Mohamad Ali Mahkrus Ata Mimi

VCD ini pertama kali didapat oleh Abu Rantizy, anggota Tim FAKTA (Forum Anti Gerakan Kemurtadan) Malang yang diperoleh dari temannya yang berinisial EU, (25 Aug 07), seorang mekanik komputer di Kota Batu.

EU mendapatkan video tsb dari sebuah CPU (Central Processing Unit) komputer milik pegawai Kecamatan Batu yang dia servis. “Saya melihat kok ada filmnya si Mahkrus itu, lalu saya minta dan diapun mengijinkan. Kemudian saya segera melapor ke FAKTA,” tutur EU saat ditemui di bengkel komputernya.

Tim FAKTA lalu menyerahkan VCD tsb ke MUI kota Malang, yang kemudian diserahkan kepada aparat kepolisian. “Sudah kami laporkan ke Polwil dan ke Kapolda, tinggal menunggu kerja kepolisian sekarang,” ujar sekretaris MUI Kota Malang M Nizhom hidayatullah kepada Sabili.

VCD Ali Mahkrus yang tengah ceramah tersebut berdurasi 1 jam 11 menit 53 detik. Dalam ceramahnya, si pendeta menggunakan baju formal berwarna biru motif kotak-kotak. Lelaki berjenggot panjang dan rapi bak aktivis islam ini sangat fasih menyitir ayat al-Quran dan hadits Rasulullah SAW.

Dalam ceramahnya, Mahkrus membual tentang berbagai hal. Antara lain, ia mengklaim dirinya sebagai keturunan Habib (cucu Rasulullah SAW, red) dari bani Tamim dan pernah belajar di Makkah. Dia juga mengaku telah diangkat sebagai ketua FPI Jatim pada tanggal 10 Jan 2004 silam, serta mengaku sangat dekat dengan Ja’far Umar Thalib dan Laskar Jihad-nya.

Beberapa penghinaan yang diucapkan Mahkrus dalam ceramahnya itu antara lain menyebut bahwa Nabi Muhammad diracun oleh istrinya ketika akan meninggal dulu. “Pada saat usia 61 tahun, Muhammad tidak bisa mendeteksi racun yang masuk di tubuhnya, karena Muhammad diracun oleh istrinya sendiri, istri yang ke-17. Jadi, total istrinya Muhammad itu ada 22,” kata Mahkrus.

Menurut dia, istri ke-17 inilah yang meracun Muhammad selama dua tahun agar sekarat, hidup tidak matipun tidak. Kejadian ini pula yang dijadikan dasar oleh umat islam untuk membaca surah Yasin kala melihat orang sakit atau sekarat. “Jadi surat Yasin dibaca agar yang bersangkutan mau mati ya, agar cepat mati, kalau hidup agar cepat sembuh,” ujarnya enteng.

Pendeta yang telah menipu beberapa kiai ini juga menghina ibadah shalat Shubuh yang dilakukan umat islam. Kata Mahkrus, orang islam itu shalat shubuh karena mengingat Yesus bangkit dari alam kubur yang terjadi tepat pada saat shubuh. Kiamat juga akan datang pada saat Subuh. “Itu menurut keyakinan mereka. Dua masalah inilah yang membuat orang-orang islam bangun dari tidurnya dan sujud menyembah dalam shalat subuh.”

Pendeta yang pernah mondok di Pesantren ilmu al-Qur’an (PIQ) Malang ini juga menganggap orang kriten itu adalah majikan sedang orang islam adalah pembantu. Dia juga mengklaim bahwa 75 persen isi al-Qur’an bersumber dari Alkitab (Injil). Dia menganggap orang-orang yang pergi haji ke Makkah tak lebih dari sekadar wisata, bukan ibadah. Baginya, orang yang mencium Hajar Aswad adalah mencium jin. Masih banyak lagi penghinaan Makhrus yang bikin merah kuping.

Siapakah Mahkrus? Tanggal 12 Oktober 2005 silam, seorang pemuda 36 tahun bernama Markus Margiyanto datang menemui KH Abdullah Wasi’an dirumahnya, di Sidoarjo, Jawa timur. Kepada kristolog kondang itu, Markus menyatakan niatnya untuk pindah agama dari Kristen ke Islam. Alasannya setelah membaca buku KH Abdullah Wasi’an yang berjudul Benteng Islam terbitan Pustaka Dai, ia jadi tertarik dengan islam.

Dengan berbaik sangka, mendengar paparan Markus yang sangat memukau itu, KH Abdullah Wasi’an pun menuntun pensyahadatan Markus tepat pukul 11.00 WIB. Syahadat itupun ditandai dengan surat keterangan sementara yang ditandatangai oleh KH Abdullah Wasi’an dan beberapa saksi. Usai pensyahadatan, Pendeta Markus pulang dengan disangoni uang tunai. Nama Islamnya pun menjadi Makhrus.

Namun setelah majalah Modus melakukan pengecekan secara mendetail pada bulan November 2005 lalu, ditemukan sejumlah kebohongan pada Markus Margiyanto. Diantaranya, alamat KTP-nya di Jl. Pogot Lama II/91 RW 06/05 Kalikedinding, Kenjeran, Surabaya ternyata tidak benar. Karena rumah itu telah dijual lima tahun lalu kepada Sutarso. Sutarso pun mengaku tidak tahu menahu tentang seluk beluk dan aktivitas Markus.

Sementara itu, Darmo, tetangga depan rumah Sutarso yang tinggal di sana sejak tahun 1980 mengatakan bahwa yang berprofesi sebagai pendeta itu adalah ayahnya Markus. Setelah ditelusuri, ternyata markus bersama keluarganya yang terdiri dari anak, istri, ibu dan adiknya tinggal di Tanah merah II/22, Kalikedinding, Kenjeran, Surabaya. Rumah yang sempat difungsikan sebagai gereja ini asalnya adalah milik Pendeta Petrus Salindeho yang pernah bermasalah dengan umat islam hingga divonis hukuman penjara, beberapa tahun lalu.

Tak jauh dari rumah Markus di Tanah Merah itu, tinggallah Ustadz Ahmad Ghazali, salah seorang tokoh masyarakat yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris PC NU Surabaya. Ustadz Ghazali tahu persis daftar penipuan Markus yang bermodus ingin masuk islam dihadapan tokoh Islam lalu mendapat simpati sang tokoh hingga mendapat hadiah sejumlah uang dan materi lainnya.

Beberapa kiai yang sempat didatangi Markus, antara lain KH Miftah, di Kedung Tarukan Surabaya yang akhirnya menyumbangkan uang tunai Rp. 250.000 dan sarung merek Al-Ma’ruf berharga ratusan ribu. Ada juga KH Asep mantan ketua PC NU Surabaya, KH Abdul Syakur, KH Abdurrahman Navis dan lainnya.

Masrukin adalah salah seorang korban penipuan Markus. Dia adalah pengurus Masjid Nurul Jannah Kalilom, Surabaya. Kira-kira empat tahun lalu, Markus Margiyanto datang ke Mesjid Nurul Jannah dan menyatakan niatnya untuk masuk islam. Diapun disyahadatkan oleh Ridwan, modin setempat.

Setelah masuk islam, karena tidak punya rumah, Markus pun butuh rumah tinggal. Dengan ikhlas, Masrukin memberikan salah satu rumahnya yang baru selesai dibangun untuk ditempati Markus secara Cuma-Cuma. Diapun tinggal dirumah itu bersama istrinya, Muslimah anak seorang kiai di Singosari, Malang.

Selama di rumah Masrukin, Markus sama sekali tidak bekerja untuk menafkahi anak dan istrinya. Kebutuhan sehari-harinya ditanggung oleh jamaah mesjid, terutama oleh keluarga Masrukin. “Mualaf itu bagi orang islam merupakan aset,” alasan Masrukin. Jamaah Masjid pun simpati dengan keislaman Markus, sehingga segala permintaannya dikabulkan jamaah. “Jamaah masjid sini sudah banyak berkorban materi, tenaga dan pikiran untuk Markus,” imbuh Masrukin.

Suatu saat, Masrukin merasakan ada gelagat yang lain karena setiap hari Minggu, pagi-pagi Markus pergi memakai baju yang rapi. “Ternyata Markus pergi ke Gereja,” kata Masrukin. Maka Markuspun dia usir dari rumahnya. Setelah pindah dari Kalilom, Markus melancarkan penipuan yang sama dengan modus pura-pura masuk islam untuk mendapat simpati dan uang dari jamaah masjid di Tanah Merah, Surabaya.

Jauh sebelum melancarkan aksinya di Surabaya. Pendeta Markus pura-pura masuk islam dan nyantri di PIQ Singosari Malang dibawah asuhan KH Bashori Alwi. Karena sudah dipercaya, dia dijadikan menantu oleh KH Ahmad Rifai, pengasuh sebuah pesantren di Singosari, Malang. Namun setelah mempunyai dua anak Markus memboyong anak-anak dan istrinya ke Jakarta lalu mengkristenkan semuanya.

Dalam pengakuannya kepada tim FAKTA Surabaya, Markus mengungkapkan bahwa ceramah-ceramahnya yang menghina islam itu berdasarkan pesanan gereja. Dia juga mengaku ditekan oleh bapaknya dan paman-pamannya yang pendeta. “Apa yang saya ungkapkan di VCD itu adalah rekayasa palsu pihak gereja,” kata Markus kepada Masyhud, ketua tim FAKTA Surabaya.

Selain tekanan gereja, Markus juga rela memberikan kesaksian-kesaksian palsu tentang islam, karena alasan ekonomi dan dorongan finansial. “Pihak gereja sengaja memanfaatkan saya untuk membenturkan islam dengan kristen,” beber pendeta yang memiliki 20 tempat pemuridan tersebut. Yang dimaksud tempat pemuridan adalah semacam tempat pembinaan dan pendidikan Islamologi bagi umat kristen.

Markus juga menyebutkan bahwa pihak gereja sengaja menyebarkan VCD ceramahnya itu untuk menghina umat islam. Posisinya sebagai mantan orang islam yang memberikan kesaksian palsu tentang islam, bagi gereja akan lebih mengena. Walau demikian, dia mengaku masih tetap seorang muslim, bukan murtad. Tentu saja kesaksiannya ini masih membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.

Sudah banyak yang menjadi korban penipuan Pendeta Markus Margiyanto. Penipuan bermodus pura-pura masuk islam ini sungguh berbahaya. Jika setiap saat bersyahadat di hadapan tokoh islam untuk mendapat simpati dalam bentuk materi, maka jelas bahwa “penipuan berkedok masuk islam” adalah profesi Pendeta Markus. Dan ternyata si Mahkrus ini juga adalah seorang residivis. (Tim FAKTA Malang).

*Nama ini sesuai dengan nama yang dia tulis pada Makalah sesat Islamologi yang diajarkan pada seminar di Surabaya. Yang ternyata salah semua tulisannya.

** FPI menurut Mahkrus adalah Front Pembela Isa yang sesuai dia tulis pada makalah-makalahnya


Rabu, 10 Oktober 2007

Si Kabayan Tidak Masuk Kristen

Siapa yang tak kenal Kabayan, film seri yang ngetop tahun 80-an di TVRI dan TPI awal 90-an. Anda pun ingat, siapa pemeran Kabayan yang ditayangkan TPI itu? Ia pelawak yang biasa dipanggil Kang Ibing atau Kang Maman. Panggilan Kang Ibing diterimanya sejak ia masih menjadi penyiar Radio MARA, Bandung. Sedangkan panggilan Kang Maman, disematkan penggemarnya sejak film seri Kabayan yang diperankannya nongol di TPI. Akhirnya, ia pun menerbitkan kaset berjudul “Kang Maman Mencari Gadis Jujur”.

Saat ini, perjalanan hidup sang pelawak, kian dekat dengan Islam. Ia memang terlahir dari keluarga aktivis Islam di Jawa Barat. Tak heran, jika di masa tuanya ini, ia pun mengabdikan dirinya di jalan dakwah. Bersama Prof Salumuuddin, pelawak yang punya nama asli Kusumayatna Kusumadinata ini, mengkhidmatkan dirinya di Dewan Pimpinan Pesantren Modern Baiturrahman Bandung. Selain itu, ia berperan mendirikan beberapa masjid di Bandung dan sekitarnya.

Tapi, saat Kang Ibing mengisi pengajian di Klender, Jakarta Timur, tiba-tiba salah satu jamaahnya bertanya. “Apa betul, Akang masuk Kristen?” tanyanya, sambil menunjukkan majalah yang menulis dirinya masuk Kristen. Ia hanya tertawa, seraya melanjutkan ceramahnya. Benaknya bergumam, masa ada berita begitu, kan dirinya saat ini sedang ceramah.

Sikapnya, yang menganggap berita itu bagaikan angin lalu, sontak berubah, ketika Tim FAKTA menyambangi rumahnya, Senin (19/4). Tim itu, menyodorkan dua majalah: Majalah Kristen “Genta” dan Majalah “Syir’ah.” Kedua majalah ini, dengan menulis, Kang Maman telah memeluk Kristen. Bahkan, Majalah Genta menulis, Kang Maman masuk Kristen sejak 1996.

Dalam tulisannya di Rubrik Syir’atuna, sejenis Laporan Utama di Majalah Syir’ah No 27/IV/Februari 2004, majalah yang dimiliki kelompok JIL ini, menggambarkan pengalaman rohani Kang Maman sampai akhirnya memeluk Kristen. Anehnya, tulisan ini mirip tulisan di Majalah Genta. Berikut petikannya:

Kepindahannya dari Islam bermula saat ia jadi pegawai kecamatan. Ketika itu ia melayani seorang Kristen yang mengurus surat. Kang Maman sangat benci terhadap orang Krisiten sehingga nyuekin orang itu. Anehnya, usai shalat ia merasa didatangi sosok yang mengaku Nabi Isa, yang mengatakan: Akulah yang utama di dunia dan akherat. Setelah itu, ia pun cerita pada istrinya, Siti Cholifah. Tapi jawaban istrinya, “Ah, itu mah setan atau iblis.”

Suatu ketika ia ikut kebaktian di gereja. “Masuklah nanti diberkati,” ajak si pendeta. Beberapa kali ia ikut kebaktian dan mempelajari Kristen diam-diam, hingga ia mampu mengobati orang sakit dengan doa yang ditujukan pada Kristus. Akhirnya, ia diusir mertuanya setelah mengetahui ia memeluk Kristen. Bahkan, ia sempat digebukin teman-teman seprofesinya hingga empat giginya copot. Akhirnya, ia pun dibaptis pendeta. “Saya khawatir mati dalam keadaan belum dibaptis,” ujarnya.

Terang saja, fitnah ini dibantah Kang Maman di hadapan Tim FAKTA. Menurutnya, tulisan itu salah total. Kang Maman alias Kusumayatna Kusumadinata tidak pernah masuk Kristen. Yang jelas, berita ini sangat menyudutkannya. “Yang namanya Kang Maman, Kang Ibing, yang memakai peci seperti ini, cuma saya. Jika ada yang mengatakan saya masuk Kristen, itu fitnah! Secara hukum saya berani menghadapinya,” tandasnya berang.

Fitnah ini sebenarnya bisa dicium sejak awal tulisan. Pasalnya, Majalah Syir’ah sangat terlihat tak menguasai latar belakang siapa sebenarnya Kang Maman alias Kang Ibing ini. Coba, simak tulisan di halaman 21: “…Ini pula yang terjadi pada Kang Maman, yang bernama asli Muhammad Shalat, salah seorang personel D’Bodors (kelompok lawak yang cukup terkenal pada era 80-an yang dimotori oleh Abah Us Us”

Padahal, menurut Kang Maman, ia sama sekali tidak pernah bergabung dengan Group Lawak D’Bodors. D’Bodors adalah Group Lawak milik temannya yang dipimpin oleh Us Us dengan anggota Kang Uyan dan Kang Engkus. “Silakan di cek ke D’Bodors, pasti mereka akan merujuk nama Kang Maman ke saya, sebagai anggota Group Kabayan. Dari sini saja, sudah kelihatan, orang yang nulis hanya ngaco,” tegasnya.

Untuk itu, Kang Maman sangat menyayangkan, kenapa penulisnya tak melakukan cek and ricek pada dirinya. Sebab, berita ini bisa menjerumuskan umat yang masih awam. “Apa susahnya sih telepon atau datang ke rumah. Ngobrol, biar jelas. Bila perlu penulisnya berhadapan langsung, mau di sini, di rumah, atau di TV, atau di mana, silakan! Yang penting terbuka!” tantangnya.

Menanggapi tantangan Kang Maman, Pemimpin Redaksi Majalah Syir’ah, Mujtaba Hamdi mengatakan, pihaknya akan mengecek terlebih dahulu kepada wartawan yang bersangkutan. Kang Maman yang mana yang dimaksud? Jika terdapat kekeliruan, pihaknya bersedia melakukan ralat dan memuat permohonan maaf pada Kang Maman.
Meski begitu, pihaknya merasa wartawannya telah melakukan wawancara langsung pada Kang Maman. “Kami, tak hanya mengutip dari Majalah Genta,” katanya.

Untuk itu, Hamdi mengharapkan agar Kang Maman segera melakukan klarifikasi secara langsung kepada Syir’ah. Karena, dari pengakuannya, Redaksi Syir’ah juga menerima pertanyaan serupa dari Majelis Tarjih Muhammadiyah. Soal penyelesaian melalui jalur hukum, pihaknya pun siap menghadapinya, sebatas melalui jalur UU Pers. “Nggak masalah silakan jika mau menempuh jalur hukum,” tandasnya.

Gayung pun bersambut, pertemuan kedua pihak harus terlaksana. Jika tidak, ini akan jadi preseden buruk di kemudian hari. Yang dirugikan, tak hanya Kang Maman tapi juga umat. Apalagi, bagi Kang Maman, yang sempat ngaku keselnya sudah sampai ubun-ubun. “Saya ini keselnya udah gimana .., nggak bisa bayangin, karena ini masalah akidah. Meski begitu, saya akan berkoordinasi dengan MUI Jabar untuk melakukan tindakan selanjutnya,” katanya mantap.

Minggu, 07 Oktober 2007

Murtadin: Kesaksian Syarafuddin

Salah satu senjata untuk menghajar aqidah Islam adalah pelunturan aqidah dengan memanfaatkan orang-orang Islam yang telah murtad menjadi Kristen. Para mantan Muslim yang sudah menjadi Kristen ini diekspos sedemikian rupa dengan kesaksian-kesaksian yang dipoles dengan wawasan islamologi, untuk merancukan ajaran Islam. Target utama kesaksian ini adalah umat Islam yang tipis imannya dan dangkal pemahamannya.

Untuk itu, para misionaris tak segan-segan mempublikasikan kesaksian palsu yang direkayasa dan dilebih-lebihkan dengan mengaku-ngaku sebagai mantan ustadz, mantan kiyai, mantan pesantren, dll. Beberapa contoh penginjil yang sudah terbongkar kepalsuannya adalah Danu Kholil Dinata yang mengaku sarjana agama dari Sekolah Tinggi Agama Islam Cirebon; Pendeta Muhammad Filemon yang mengaku sebagai mantan anggota Intifadah yang telah membabtis KH Zainuddin MZ; Hagai Ahmad Maulana yang mengaku sebagai putra kandung KH Chosim Nurzeha, dll.

Beberapa waktu yang lalu, Joni Indarto, seorang pembaca setia Sabili, mengeluhkan adanya situs Kristen (www.########-Islam.org) yang mempublikasikan kesaksian para murtadin dari berbagai negara, antara lain Indonesia, Malaysia, Iran dan Pakistan. Para murtadin yang diekspos dalam situs ini antara lain: Chariah, Jamilah, Aishah, Yahya, Sharifah, Hamran Ambrie, Hisham, Tarmizi, Rabiyah, Faisal, Hamzah, Rogayyah, Kartini, Dadang M, Siti Zainab, Anuar, Sharafuddin, Baharom, Syahid Mehdi Dibaj, Syahid Tahir Iqbal, Abu Bakar, Muhammad, Solehah, Drs. A. Purnomo W. dan Ainur.

Umumnya, kesaksian para murtadin itu dihiasi dengan ayat-ayat Al-Qur`an untuk melemahkan akidah umat Islam. Ayat-ayat dan analisa yang ditampilkan itu adalah jurus-jurus “pasaran” yang biasanya dipakai oleh para penginjil. Besar kemungkinan, kesaksian itu tidak murni pengalaman rohani yang benar, melainkan polesan dan rekayasa para misionaris.

Salah satu kesaksian murtadin yang ditampilkan dalam situs Kristen itu adalah Sharafuddin. Ia mengaku berasal dari sebuah keluarga Melayu Muslim yang dididik dalam lingkungan taat beragama yang aktif dalam pengajian ushuluddin dan Al-Qur`an. Lingkungan islami itu, membentuknya sebagai seorang remaja yang rajin menunaikan berbagai kewajiban sebagai seorang Muslim yang bertakwa.

Ketika masuk perguruan tinggi di salah satu universitas, ia mengalami kebosanan dan ketidakpuasan terhadap rutinitas ibadah yang dilakukannya. Kegalauan iman inilah yang menuntun Sharafuddin menjadi seorang ateis. Ia pun membaca buku-buku yang ditulis oleh para penganut mantan ateis. Salah satu buku yang dibacanya adalah “Mere Christianity” tulisan CS Lewis, seorang pujangga, pemikir dan ahli falsafah dari Universitas Oxford, Inggris.

Rutinitas ibadah Islam yang diragukan oleh Sharafuddin adalah ibadah shalat. Menurutnya, ibadah yang dilakukan dengan menghadap Ka’bah ini adalah satu bukti pemberhalaan terhadap benda mati. Ia menulis:

“Islam juga mengutuk segala penyembahan kepada berhala-berhala (idolatry) kerana Muhammad telah menyatakan 'La-illa ha-ilallah', 'Tidak ada tuhan selain daripada Allah'. Akan tetapi, seluruh dunia Islam setiap hari, dan lima kali sehari, mereka bersujud, berlutut dan berukuk kepada sebuah bangunan berbentuk segi-empat di kota Mekkah. Bangunan kaabah itu mengandungi sebuah Batu Hitam yang amat disanjung tinggi oleh semua para Muslimin dan Muslimat, yang disebut sebagai 'Hajarul aswad'. Lebih tepat lagi, batu ini sebenarnya ialah satu serpihan tahi bintang yang telah jatuh dari langit di zaman dahulu.”

Tudingan yang agak mirip, meski tidak sama, pernah dilontarkan dalam Situs PDS. Setelah rubrik “Bimbingan Tauhid” mengoreksi dengan tulisan “Situs PDS Hujat Ibadah Shalat” (Sabili Th. XIV No. 17 & 18), buru-buru DPP PDS menghapus seluruh hujatannya terhadap Islam. Untuk melengkapi jawaban terhadap hujatan shalat, edisi ini kami turunkan jawaban versi lain.

Beribadah menghadap kiblat ke arah tertentu, bukanlah monopoli agama Islam. Jauh sebelumnya, para nabi berkiblat ke Yerusalem ketika menyembah Tuhan. Kitab Perjanjian Lama dalam Bibel sendiri mengakui hal ini. Dikisahkan bahwa Nabi Daniel beribadah dengan bertelut, bersyukur dan berdoa kepada Tuhan, sebanyak tiga kali sehari dengan menghadap kiblat ke Yerusalem (kitab Daniel 6:11, terjemahan lama).

Syariat kiblat ini juga berlaku pada zaman Yesus. Hal ini diakui dalam Ensiklopedi Perjanjian Baru pada halaman 60 disebutkan bahwa Bait Allah adalah jantung kehidupan bangsa Israel. Setiap hari, pada jam-jam tertentu orang berkumpul untuk berdoa, dan tiga kali setahun diadakan ziarah ke bait Allah, dari ujung negeri yang paling jauh sekalipun. Selanjutnya, ensiklopedi itu menyebutkan: “Yesus mentaati dan membenarkan praktik-praktik peribadatan bait Allah, walaupun ia sangat mencela formalitas yang merusaknya. Ia menghendaki hormat bagi bait Allah.”

Dengan demikian, jika ada orang Kristen yang menghina ibadah dengan menghadap Baitullah dengan tudingan memberhalakan benda mati, berarti dia adalah orang yang belum paham dan menentang ajaran Yesus. Bukankah Yesus tidak pernah menuding Daniel sebagai nabi yang memberhalakan Yerusalem? Bukankah Yesus mentaati dan membenarkan praktik-praktik peribadatan bait Allah?

Menuding umat Islam sebagai pelaku pemberhalaan Baitullah sama sekali tidak benar. Seluruh umat Islam di manapun berada, tak satupun yang melakukan shalat untuk menyembah Ka’bah. Umat Islam bukan menyembah Ka’bah, melainkan menyembah Tuhan pemilik Ka’bah tersebut, sesuai dengan firman Allah SWT: “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah)” (Qs. Al-Quraisy 3).

Ka’bah adalah kiblat atau arah menghadap dalam ritual shalat. Hal ini dilakukan oleh umat Islam seluruh dunia. Jadi, berkiblat ke Ka’bah adalah pemersatuan arah, karena Islam bersifat universal.

Dengan demikian, syariat Islam tidak pernah menyimpang dari ajaran tauhid. Penyimpangan dari tauhid justru dilakukan oleh umat Kristen dengan berdoa kepada Bunda Maria, malaikat dan para santo (orang yang dianggap kudus/suci). Dr H Pidyarto O. Carm yang biasa disapa Romo Pid, dalam bukunya Mempertanggungjawabkan Iman Katolik menyatakan: “Praktik doa kepada orang kudus (Maria dan para Santo) dapat dibenarkan. Mengapa? Sebab Maria dan para kudus adalah anggota-anggota gereja juga. Setelah mereka meninggal dunia dan bersatu di surga, mereka tetap saudara-saudari kita, anggota satu keluarga Allah” (hal. 36).

Sebaiknya, murtadin Sharafuddin merenungkan kembali credo baru yang diyakininya dalam trinitas. Sebab, Pendeta Muhammad Ramli dari Gereja Kristen Sulawesi Selatan (GKSS), sampai saat ini masih bingung dengan doktrin Trinitas. Dalam pertemuan PGI di Cempaka Putih Jakarta Pusat bulan Mei lalu, pria berusia 41 tahun ini menuturkan, “Hingga kini, faham Trinitas masih membingungkan dan sulit dipahami oleh penganut agama lain. Itu sebabnya penyebaran Injil tidak bisa maksimal.”

Memahami dan Mengenal Allah Tritunggal oleh: Abd. Yadi

Para penginjil benar-benar frustasi dalam membela imannya kepada ketuhanan Trinitas. Setelah gagal membuktikan keabsahan dontrin Trinitas secara teologis berdarkan ayat-ayat Bibel, mereka melirik Al-Qur’an. Secara semberono, kitab suci umat Islam diselewengkan untuk melegitimasi doktrin Trinitas.

Seorang penginjil yang memakai nama Abd Yadi, menulis buku berjudul Memahami dan Mengenal Allah Tritunggal untuk membuktikan keabsahan doktrin Trinitas dan Ketuhanan Yesus. Buku ini beredar di kota Malang, bertepatan ketika kawasan sejuk di Jawa Timur ini dihebohkan dengan kasus pelecehan terhadap Al-Qur’an oleh Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia (LPMI). Ironinya, buku yang mempermainkan ayat-ayat Al-Qur’an ini justru dijual di toko buku milik pendeta yang menjadi tokoh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Malang.

Satu-satunya ayat Bibel yang dijadikan dalil doktrin Trinitas oleh Abd Yadi adalah kitab 1 Yohanes 5:7-8: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu.”

Ayat tersebut dikutip pada halaman 8 dengan penjelasan singkat: “Inilah yang sering dikenal dengan sebutan Allah Tritunggal.”

Untuk memperjelas doktrin Trinitas, Abd Yadi membuat analogi segitiga sama sisi yang diumpamakan sebagai satu kesatuan Tuhan. Dalam sebuah segitiga ini terdiri dari tiga buah garis yang sama panjang, masing-masing garis ini diibaratkan sebagai Tuhan Bapa, Tuhan Anak atau Firman yaitu Yesus, dan Tuhan Roh Kudus. Bangunan ini tidak dapat disebut segitiga bila salah satu garisnya tiada. Menurut Abd Yadi, diri Allah saja tidak dapat disebut sebagai Allah jika tidak memiliki Firman (Yesus) dan Roh Kudus. Jika hanya ada Allah saja tanpa Firman (Yesus) dan Roh Kudus, berarti Allah itu mati.

Logika penginjil ini dapat dipatahkan dengan beberapa argumen. Pertama, pada permulaan penciptaan alam, Yesus belum lahir, tapi Allah tidak mati, bahkan Maha Hidup dan Maha Kuasa menciptakan alam semesta beserta isinya. Kitab Kejadian 1:1 menyebutkan: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.”

Kedua, akal bulus penginjil yang membuat perumpamaan Tuhan dengan sebuah segitiga ini semakin terbukti kelemahannya pada ayat Bibel yang mengisahkan kematian Yesus di tiang salib (Matius 27:50, Markus 15:37, Lukas 23:46, Yohanes 19:28). Ketika itu Allah Bapa dan Allah Roh Kudus masih ada, tapi mengapa Yesus bisa mati?

Perumpamaan Tuhan Segitiga untuk pembenaran doktrin Tuhan Trinitas dalam iman Kristiani ini adalah usaha yang mubazir, seperti menegakkan benang basah. Penginjil Abd Yadi akan menyesal dan baru menyadari betapa sia-sia usahanya dalam membela Trinitas, bila dia tahu betapa ayat Trinitas yang diperjuangkannya adalah ayat yang palsu.

Kata “Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu” dalam Bibel ini memang satu-satunya ayat yang secara jelas mennyatakan doktrin Trinitas. Konsensus para teolog menyatakan bahwa ayat ini adalah palsu belaka. Lembaga Biblika Indonesia (LBI) menghakimi ayat trinitas itu sbb: “Bagian kalimat antara kurung itu pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru tahun 1977/1978, hlm. 551).

Dalam The Holy Bible New International Version halaman 1242, ayat trinitas itu disebut sebagai “not found in any Greek manuscript before sixteenth century” (tidak ditemukan sebelum abad ke-16).

Dr. GC. Van Niftrik dan D.S.B.J Boland menegaskan: “Di dalam Alkitab tidak diketemukan suatu istilah yang dapat diterjemahkan dengan kata TRITUNGGAL ataupun ayat-ayat tertentu yang mengandung dogma tersebut, mungkin dalam 1 Yahya 5: 6-8. Tetapi sebagian besar dari ayat itu agaknya belum tertera dalam naskah aslinya... (Dogmatika masa kini, 1967, hlm. 418).

William Barclay dalam buku The Daily Bible Study: the Epistles of John and Jude menjelaskan: “Ayat ini tidak muncul dalam manuskrip Yunani yang lebih muda dari abad ke-14. Manuskrip-manuskrip yang besar termasuk pada abad-abad ke-3 dan ke-4, dan ayat ini tidak terdapat di dalamnya. Tidak ada satu orang pun dari bapak-bapak Gereja besar yang mengetahui adanya ayat ini. Karena Versi asli Vulgata yang berasal dari Jerome tidak mencakupnya. Orang pertama yang mengutipnya adalah seorang bidah Spanyol yang bernama Priscillian yang meninggal tahun 385 M. Sesudah itu ayat ini menyelinap masuk ke dalam teks-teks Latin dari Perjanjian Baru, walaupun sebagaimana telah kita lihat, ia tidak dapat masuk ke dalam teks Yunani” (edisi Indonesia: Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Yohanes dan Yudas, hlm. 185-187).

Setelah mengotak-atik keesaan tuhan dengan logika “segitiga sama sisi,” penginjil Abd Yadi merakit ayat Bibel dan Al-Qur’an untuk justifikasi gelar “Tuhan” untuk Yesus (hlm. 34-35). Ayat yang diparalelkan adalah Kisah Para Rasul 2:36 yang berbunyi: “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.”

Menurut Abd Yadi, ayat Bibel ini didukung oleh ayat Al-Qur’an: “Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhanya manusia, Rajanya manusia, Sembahannya manusia” (Qs. An-Nas 1-3).

Kesalahan penginjil ini sangat fatal dan berlipat-lipat. Ayat Bibel yang menyatakan bahwa Allah telah melantik Yesus sebagai Tuhan, patut dipertanyakan, karena jauh sebelumnya Allah berfirman bahwa selama-lamanya Dia tidak akan membentuk Tuhan selain Dia.

“Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juruselamat selain daripada-Ku” (Yesaya 43: 10-11).

Keliru besar jika surat An-Nas dipahami sebagai ayat yang menyatakan ketuhanan Yesus. Kekeliruan ini dibuktikan sendiri oleh Nabi Isa AS. Dengan tegas Nabi Isa memerintahkan manusia untuk bertuhan dan menyembah Allah SWT. Sabda suci Nabi Isa ini diabadikan dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya Allah Dialah Tuhanku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus” (Qs. Az-Zukhruf 64).

Surat An-Nas dan surat sebelumnya yaitu Al-Falaq, berisi perintah kepada orang-orang yang beriman agar memohon perlindungan (isti’adzah) hanya kepada Allah SWT dari kejahatan. Bedanya, surat Al-Falaq berisi perintah untuk memohon perlindungan dari segala bentuk kejahatan, sedangkan surat An-Nas secara spesifik memerintahkan untuk memohon perlindungan dari kejahatan jin dan manusia.

Maka umat Islam berlindung kepada Allah dari jahatnya bisikan setan, baik setan dari bangsa jin maupun manusia, termasuk para penginjil macam Abd Yadi yang hobi menyelewengkan ayat-ayat Allah.

Rabu, 03 Oktober 2007

Penginjil Orang Madura 2

Setelah murtad meninggalkan Islam, wanita berdarah Madura ini ditokohkan sebagai penginjil yang aktif memberikan ceramah kesaksian di gereja-gereja. Ia pun mendirikan Yayasan Isa Almasih Alaihisalam Ministry Qasidah Injili di Gresik, Jawa Timur.

Untuk memamerkan keahlian berbahasa Arab di hadapan jemaat, Ev Siti Muslikhah Rahayu menceritakan bahwa ia tak pandai menulis huruf latin dengan baik. Karena ia biasa menulis huruf arab pego (tanpa baris harokat) yang ditekuninya di pesantren dulu. Bahkan tanda tangannya pun sampai saat ini berbahasa Arab. Lalu ia menafsirkan nama “Muslikhah” miliknya. Menurutnya, namanya bukan “muslikah” yang berarti minder, tapi “Muslikhah” yang berarti pemberani melangkah untuk memenangkan jiwa-jiwa. “Kalau Muslikhah pakai “kh” itu masuk tajwid, ada syiddah di atas. Nama ini diberikan kebanyakan kepada orang yang masuk pesantren. Kalau tidak dari pesantren tidak berani pakai nama ini,” ujarnya.

Alangkah bohongnya kesaksian penginjil ini. Minder dalam bahasa Arab berarti “khajil” atau “mukhjil”, sedangkan “muslikah” adalah kata turunan dari “salaka” yang berarti meniti atau berjalan. Mengatakan bahwa dalam kata “muslikhah” terdapat tajwid dan syiddah, menunjukkan bahwa sang penginjil adalah orang awam yang berlagak sok tahu membodohi jemaat Kristen. Tajwid adalah cara baca Al-Qur`an, bukan masuk pada sebuah nama seseorang. Jika dalam kata tersebut terdapat syiddah, maka cara bacanya menjadi “muslikh-khah.” Mengartikan muslikhah menjadi pemberani, menambah kejahilan ilmu sang penginjil. Sebab pemberani dalam bahasa Arab disebut asy-syuja’ sedangkan muslikhah (seharusnya muslihah) berarti wanita yang melakukan islah (perbaikan). Nama “Muslihah” dan nama-nama indah lainnya dalam Islam bukanlah monopoli pesantren tertentu, melainkan ajaran Rasulullah kepada semua pengikutnya, bukan milik orang pesantren saja.

Kisah perpindahan agama dari Islam ke Kristen yang dipaparkan Ev Muslihah penuh dengan hal-hal mistik yang sangat mustahil. Kisahnya bermula ketika ia kawin beda agama dengan seorang ABRI Kristen pada tanggal 21 Juli 1980. Waktu menikah, dia lupa tidak menanyakan agama calon suaminya. Ketika sudah berumah tangga, Muslikhah baru tahu kalau suaminya adalah orang Kristen. Maka muncullah prahara rumah tangga yang sangat keras. Sehingga kakak Muslikhah yang di Malaysia menyuruhnya untuk membunuh suaminya, jika ia ingin masuk surga. Muslikhah pun menuruti saran kakaknya.

Ketika suaminya sedang tidur, Muslikhah hendak membunuhnya dengan senjata tajam. Ketika senjata diayunkan, tiba-tiba Muslikhah lumpuh seketika. Setelah berobat kemana-mana tidak membawa hasil, maka Muslikhah didoakan oleh para “hamba-hamba Tuhan” selama tiga hari. Mukjizat pun turun dan Muslikhah sembuh total sampai sekarang. Maka mulailah ia tertarik ke gereja.

Suatu hari, ketika kebaktian di gereja, Muslikhah hendak pulang karena enggan mengikuti acara “Doa Syafaat”. Anehnya, ketika hendak berdiri, kursi yang didudukinya lengket tidak bisa berpisah dari tubuhnya. Jika ia berdiri, kursi yang didudukinya ikut terangkat. Maka terpaksa ia mengikuti doa syafaat. Sejak itulah dia menjadi yakin terhadap Kristen.

Kisah Muslikhah bahwa orang Kristen itu sakti tak bisa dibacok dan membuat lumpuh orang yang akan membacok, ini ajaran mistik yang tidak bisa diterima akal. Dalam kenyataannya, sering diberitakan di mess media, orang Kristen yang mati terbunuh, tertembak, dirampok, dan lain sebagainya. Bahkan belum lama ini 3 orang tokoh Kristen tak mampu menyelamatkan nyawanya dari hukuman eksekusi. Dalam teologi Kristen, tak ada jaminan dalam Bibel bahwa orang Kristen yang beriman itu punya mukjizat tidak bisa dibacok lalu orang yang akan membacok itu menjadi lumpuh.

Yang ada adalah ayat Injil adalah orang yang beriman kepada Yesus itu memiliki mukjizat bisa mengusir setan dalam nama Yesus, bisa berbicara dalam bahasa-bahasa asing, dan kebal terhadap bisa ular dan racun maut (Injil Markus 16:17-18). Tetapi, ayat terlalu naif. Di satu sisi, ayat mukjizat ini tidak bisa dipraktikkan karena tak ada orang Kristen yang berani membuktikan mukjizat ayat ini. Di sisi lain, para teolog sudah sepakat menyatakan bahwa Injil Markus 16:9-20 itu bukan firman Tuhan, melainkan tulisan manusia yang disisipkan dalam Alkitab.

Pada bagian lain, penginjil wanita Sampang Madura yang mengaku berlatar belakang Muhammadiyah fanatik ini mengisahkan tantangan rohani dari keluarga Muslim. Konon, suatu hari kedua orang tuanya akan membagikan warisan, tapi Muslikhah tidak kebagian karena sudah murtad. Ia dibaringkan di tempat tidur untuk dibunuh. Kakaknya menghunus pedang ditempelkan di leher, tinggal menggorok saja. Ketika membaca takbir Allahu Akbar Allahu Akbar hendak menggorok. Muslikhah ditanya, “Siapa Tuhanmu?” Muslikhah menjawab: “Allah Yesus Allah kita semua.” Saat itu pula pedangnya mental dan 25 orang yang menyaksikan kejadian ini jatuh pingsan semuanya.

Tahun 1998 ibunya terserang kanker dan liver ganas. Ketika akan dioperasi, dia minta untuk didoakan lewat nyanyian oleh Muslikah, karena doanya itu manjur. Setelah didoakan dengan minyak urapan, ibunya sembuh total seketika lalu urung dioperasi. Sejak itulah Muslikah sangat dicintai dan diterima kembali di tengah-tengah keluarganya.

Dua penggal kisah mistik itu mendapat applaus dari jemaat Gereja Penabur Surakarta, meski secara akal tak bisa dipercaya sama sekali, karena banyak bohongnya. Bohongnya sangat besar.

Pertama, orang tuanya akan membagikan harta warisan kepada anak-anaknya, kecuali kepada Muslikhah. Kisah ini bohong belaka, karena warisan adalah harta dan hutang yang diwariskan kepada ahli waris ketika sang pewaris (orang tua, dll) sudah meninggal. Pembagian harta warisan oleh kedua orang tua kepada anak-anaknya adalah tidak benar. Karena sebelum orang tua meninggal, maka harta yang ada bukan disebut harta warisan. Jadi, cerita pembagian warisan dalam keluarga Muslikhah adalah rekayasa yang dipakai sebagai bumbu kesaksian agar jemaat memberikan applaus kepadanya.

Kedua, tidak ada pedoman hidup Muhammadiyah maupun putusan tarjih yang memerintahkan agar seseorang yang murtad dalam suatu keluarga harus dibunuh dengan pedang di hadapan anggota keluarga. Dengan demikian, kesaksian bahwa keluarganya yang fanatik Muhammadiyah hendak membunuhnya dengan pedang itu hanyalah isapan jempol yang dipakai sebagai pemanis kesaksian agar jemaat simpati kepada perjuangan rohaninya. Kisah fiktif ini adalah fitnah yang mencitrakan persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi preman yang suka main hakim sendiri dengan gampangnya menghilangkan nyawa orang lain.

Ketiga, kisah penyembuhan ibu kandung Muslikhah dari penyakit kanker dan liver ganas dengan minyak urapan dan doa dalam nama Yesus, sama sekali tak bisa dipercaya. Selain ayat Markus 16:9-20 yang menjadi landasan adalah ayat palsu, fakta di lapangan pun bertolak belakang dengan doktrin “doa penyembuhan dengan minyak urapan dalam nama Yesus” tanpa medis. Jangankan umat Kristen biasa, Paus di Vatican pun kalau sakit berobat ke dokter, bukan dengan minyak urapan (baca: Awas, Situs Pemurtadan, Sabili Th. XIII No. 26, 13 JULI 2006).

Bukti lainnya, banyak pendeta dan umat Kristen yang berprofesi sebagai dokter medis. Contohnya adalah dokter Ruyandi Hutasoit, ketua umum Partai Damai Sejahtera (PDS). Selain sebagai pendeta, ia juga berprofesi sebagai dokter medis. Jika doktrin penyembuhan dengan tumpang tangan dalam nama Yesus itu benar, untuk apa para dokter Kristen memakai obat-obatan kimia dalam terapi terhadap pasien? Jika seorang penginjil bisa menyembuhkan penyakit kanker dan liver ganas hanya dengan doa tanpa tindakan medis, seharusnya orang Kristen menutup rumah sakit Kristen dan membubarkan fakultas kedokteran di perguruan tinggi. Bukankah penyembuhan dengan doa dan minyak urapan lebih praktis, efisien dan hemat? Maukah orang Kristen meniru jejak penginjil berdarah Madura ini?

Ev Siti Muslikhah Rahayu harus menghentikan dusta-dusta dalam kesaksiannya. Sebagai rohaniawan Kristen, ia harus malu dan meniru ajaran damai umat Islam yang mencela dusta sebagai perbuatan dosa (Qs. Al-Jatsiyah 7). Tindakan dusta itu tidak akan memasyhurkan nama Yesus, justru dikecam oleh Yesus sebagai “hamba iblis” (Yohanes 8:44).

Penginjil Orang Madura 1

Oréng Mêdurê (orang Madura) adalah suku yang kuat dan fanatik pada ajaran Islam. “Mateh odik paggun Islam!” Postulat adat yang berarti “hidup mati tetap Islam” ini sudah mendarah daging pada semua orang Madura. Tradisi keislaman dijaga ketat oleh orang Madura baik yang masih bermukim di pulau garam maupun orang yang merantau di luar pulau sampai ke luar negeri. Mereka begitu menghormati dan memuliakan ulama. Orang Madura adalah orang Islam, demikian kesan orang ketika menilai agama orang Madura. Opini ini hendak dijebol oleh misionaris wanita asal Madura.

Ev. Siti Muslikhah Rahayu, seorang penginjil wanita berdarah Madura dari Sampang, melakukan tour ceramah kesaksian di Jawa Tengah kurang lebih 2 bulan. Kesaksian yang dilakukan di Gereja Penabur Surakarta, Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh Persekutuan Wanita Kristiani Surakarta, direkam dan dijual dalam bentuk VCD 2 keping bertitel “Isa Almasih Allahisalam.”1 Sayangnya, dalam VCD ini tak disebutkan kapan acara ini berlangsung.

Dalam Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) yang berdurasi 150 menit ini, penginjil asal Madura memakai busana daerah khas Madura. Dialeg khas Madura terlihat begitu kental pada acara yang dihadiri oleh lebih kurang 200 jemaat yang kebanyakan beretnis Cina. Nampak di antara jemaat ini, istri Wakil Walikota Surakarta yang juga berdarah Madura, berasal dari Bangkalan.

Muslikhah memulai dengan pembacaan doa dan lagu pujian dalam bahasa Jawa. Sebelum memulai ceramah kesaksian, ia memperkenalkan bahwa acara ini juga diikuti oleh belasan orang Islam. Mereka diminta berdiri beberapa saat oleh sang penginjil.

Dalam kesaksiannya, berulang kali penginjil Muslikhah menyebutkan bahwa ia dan keluarganya berlatar belakang Muhammadiyah fanatik. Katanya, orang tuanya Muhammadiyah fanatik yang tidak mengakui perkawinan dengan orang dari NU dan LDII.

Penginjil wanita yang sekarang tinggal di Gresik, Jawa Timur ini berusaha menyihir audien dengan kesaksian bahwa dirinya ketika beragama Islam adalah seorang tokoh Islam yang ilmu keislamannya sangat dalam. Tak segan-segan ia mengaku berasal dari pondok pesantren, bekas guru ngaji yang dulunya dipanggil “bu nyai” oleh para muridnya. Ketika bicara pesantren, penginjil ini menyebutkan bahwa ajaran di pesantrennya melahirkan para santri yang ganas, tukang bakar gereja, dan penganiaya orang Kristen. “Saya dulu adalah orang ganas, tukang bakar gereja, tukang menganiaya orang Kristen, penghujat dan penganiaya, karena sejak kecil saya ditanam di pesantren,” hasut sang Penginjil. Sayangnya, ia tak menyebutkan nama dan alamat pesantren yang dimaksudnya, sehingga validitas kesaksian bernuansa fitnah provokatif itu sulit dilacak.

Dalam lagu-lagu rohani yang didendangkannya, wanita yang menjadi jemaat Gereja Pentakosta Internasional Indonesia (GPII) di Surabaya ini menjiplak lagu-lagu qasidah Islam dengan merubah bait syairnya. Lagu Zaman Wis Akhir milik Emha Ainun Najib, dicolong lalu divermak menjadi lagu rohani. “Jaman win akhir, jaman wis akhir bumine goyang. Poro manungso ayo podho neng grejo,” lantunnya. Dalam lagu lainnya, ia mengkombinasikan syair Arab dan Jawa yang dilantunkan dengan cengkok (liuk-liuk) khas Madura:

“Sakjeke aku nderek gusti, uripku tansah diberkahi. Atiku ayem tentrem, kabeh iku Gusti Yesus sing maringi. Matur nuwun Gusti Yesus, Kulo matur nuwun. Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah Isa Almasih Alhamdulillah.” Terjemah Indonesia: sejak aku ikut Tuhan hidupku selalu diberkati. Hatiku tenang tenteram, semua itu tuhan Yesus yang memberi. Alhamdulillah Isa Almasih alhamdulillah).

Dalam kesaksiannya, penginjil Muslikhah menyerukan agar umat Kristen melancarkan pengkristenan umat dengan memperalat ayat-ayat Al-Qur’an. “Jadilah Penginjil yang setia. Banyak jiwa-jiwa perlu kita selamatkan lewat Shirotol Mustaqim yaitu Isa Almasih Alaihisalam Yesus Kristus Tuhan. Banyak jiwa-jiwa yang perlu diselamatkan lewat Al-Qur’an.”

Teologi yang dijajakan Muslihah benar-benar amburadul. Hal ini terbukti dalam kutipan ayat yang dilakukan secara ngawur. Ketika membahas doktrin Kristen bahwa semua manusia berdosa sejak lahir, ia mengutip Bibel kitab Roma 3:9-12 yang dijustifikasi oleh ayat yang menurutnya adalah ayat Al-Qur`an. Muslihah menyebutkan: “Di surat Al-Qur`an bahasa Indonesia menyebutkan: di dunia ini tidak ada yang benar di hadapan Allah. Semua orang berdosa, tapi karena kasih karunia Allah kita boleh diselamatkan asal kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan Juru Selamat. Dalam Al-Qur’an tidak ada kata Yesus, tapi yang ada adalah kata Rohul Allah.”

Sayangnya, Muslikhah tak menyebutkan surat apa dan ayat berapa ayat Al-Qur`an yang dikutipnya di atas. Meski demikian, Tim FAKTA berani menjamin, siapapun tak ada yang bisa menunjukkan kutipan penginjil tersebut dalam Kitab Suci Al-Qur`an. Dalam 6666 ayat Al-Qur`an, tak ada ayat yang berbunyi demikian. Ayat tersebut sejatinya diambil dari tulisan Paulus dalam Bibel:

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus” (Roma 3:23-24).

Ayat ini biasa dipakai sebagai landasan doktrin Kristen bahwa semua manusia sejak lahir mengidap dosa warisan Adam. Dosa ini tidak bisa dihapus dengan taubat dan amal shalih, melainkan hanya bisa dihilangkan dengan iman kepada Yesus sebagai tuhan dan Juruselamat. Ini adalah ajaran Paulus yang bertentangan dengan ajaran Yesus. Karena dalam Injil Matius 19:14 Yesus mengatakan bahwa anak-anak kecil adalah empunya kerajaan sorga. Berarti, menurut Yesus, anak-anak kecil masih suci, belum pernah berbuat dosa. Yesus juga mengajarkan bahwa di hari kiamat kelak semua orang bertanggungjawab atas perbuatannya masing-masing, tak ada penebusan dosa oleh orang lain: “...Pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Matius 16: 27).

Ayat yang dikutip oleh penginjil Muslikhah itu tidak akan ditemukan dalam Al-Qur`an, justru kontradiktif dengan ajaran Islam yang justru menentang doktrin dosa waris. Rasulullah bersabda: “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci, maka karena orang tuanyalah dia menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Bukhari).

Ev. Muslihah harus menyadari kekeliruan teologinya dan bertobat dari aktivitas penyebaran ajaran-ajaran menyimpang ke gereja. Jika tidak, maka gelar rohani yang disandangnya bukan “teolog” tapi “tololog.”

Kristen "Murtadin" Meneror Lewat SMS

Seorang penginjil berkreasi membuat teka-teki ketuhanan Yesus dengan memperalat ayat-ayat Al-Qur’an. Teka-teki ini disebarkan melalui SMS yang berbunyi: ”Siapa yg bisa terkemuka di akherat, selain Tuhan? Jwb Mhd adl: Isa Almasih/Jrslmt (3:45), krn itu pengikut Isa di atas orang kafir (3:55)!” [dikirim dari nomor +6281553482xxx tanggal 12 April 2007 pukul 22:50].

Teka-teki tersebut dikirim berulang kali kepada para pengurus FAKTA. Pengasuh rubrik ini menjawab bahwa pertanyaan yang serupa sudah pernah diulas di Sabili beberapa tahun yang lalu. Bila dia ingin tahu jawabannya, Tim FAKTA akan mengirimkan foto copy edisi yang dimaksud ke alamat yang jelas. Tapi penginjil yang enggan menyebutkan nama dan alamat jelas itu malah menuduh FAKTA sebagai orang yang asbun dan telmi (telat mikir).

Karena pertanyaan serupa juga beredar dalam bentuk selebaran di berbagai daerah, maka pada edisi ini Tim FAKTA kembali menjawab pertanyaan penginjil dengan jawaban model lain.

Pembuat teka-teki ini sudah menyimpulkan bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah orang yang paling terkemuka di akhirat karena dia adalah tuhan dan juruselamat. Hal ini karena pengaruh pemahaman terhadap Bibel yang menyatakan bahwa Yesus telah diberi kekuasaan di sorga dan di bumi: ”Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepadaku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi” (Matius 28:18).

Sayangnya, keabsahan ayat ini diragukan oleh banyak teolog, karena Injil Matius pasal 28 berakhir sampai pada ayat 15. Sedangkan lima ayat berikutnya, yaitu Matius 28:16-20 adalah ayat-ayat yang sisipan ditambahkan oleh Gereja di kemudian hari.

Hugh J. Schonfield, nominator pemenang Hadiah Nobel tahun 1959, mengatakan sebagai berikut:


“This (Matthew 28: 15) would appear to be the end of the Gospel (of Matthew). What follows (Matthew 28: 16-20) from the nature of what is said, would then be a latter addition” (The Original New Testament, hlm. 124).

(Ayat ini [Matius 28: 15] nampak sebagai penutup Injil [Matius]. Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya [Matius 28: 16-20], dari kandungan isinya, nampak sebagai [ayat-ayat] yang baru ditambahkan kemudian).

Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru dari Universitas Harvard, berkomentar:

“The great commission in Matthew 28: 18-20 have been created by the individual evangelist... reflect the evangelist idea of launching a world mission of the church. Jesus probably had no idea of launching a world mission and certainly was not the institution builder. (It is) not reflect direct instruction from Jesus” (The Five Gospels, The search for the Authentic Words of Jesus, hlm. 127).

(Perintah utama dalam Matius 28: 18-20…. diciptakan oleh para penginjil.... memperlihatkan ide untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki ide untuk mengajarkan ajarannya ke seluruh dunia dan (Yesus) sudah pasti bukan pendiri lembaga ini (agama Kristen). (Ayat ini) tidak menggambarkan perintah yang diucapkan Yesus).

Kembali ke masalah teka-teki penginjil. Dengan gaya enteng-entengan, teka-teki tersebut bisa dijawab secara tekstual bahwa yang terkemuka di sisi Allah (di akhirat) itu bukan hanya Nabi Isa saja. Nabi Musa juga dinyatakan sebagai orang yang terkemuka di sisi Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa. Maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia (Musa) seorang yang mempunyai kedudukan terhormat (terkemuka/wajiihan) di sisi Allah” (Qs. Al-Ahzab 69).

Adanya kata ”wajihan” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”terkemuka” atau ”terhormat” pada surat Ali Imran 45, tidak bisa diartikan bahwa hanya Nabi Isa saja yang terkemuka di akhirat. Dalam bahasa Indonesia, awalan ”ter” pada kedua kata ini tidak bermakna ”paling” (superlative). Hal ini berbeda dengan awalan ”ter” yang berarti paling adalah kata terbesar (akbar), terbaik (ahsan), terkuat (aqwa), dlsb.

Surat Ali Imran 45 selengkapnya berbunyi: “(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari pada-Nya, namanya Al-Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)”.

Ayat yang mengabarkan tentang berita kelahiran Nabi Isa AS ini, secara tidak langsung menolak doktrin Kristen tentang ketuhanan Yesus. Karena salah satu karakteristik Tuhan adalah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan (Qs. Al-Ikhlas 3). Yesus tidak layak disebut Tuhan karena dia adalah makhluk yang dilahirkan manusia (Qs. Maryam 19-33, Injil Matius 1:8-25).

Kemudian penginjil menyimpulkan surat Ali Imran 55 menyatakan bahwa para pengikut Nabi Isa di atas orang kafir. Selengkapnya, ayat yang dimaksud adalah demikian:

”(Ingatlah), ketika Allah berfirman: ”Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya.”

Memang benar, jaminan dan janji Allah untuk membersihkan Nabi Isa dari orang-orang kafir dan menjadikan para pengikutnya di atas orang-orang kafir. Para pengikut Nabi Isa yang dipilih Allah itu senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Nabi Isa, antara lain:

Pertama, ajarannya berlaku khusus untuk bani Israel (Qs. az-Zukhruf 59, Ash-Shaff 6; bdk. Matius 10:5-6, Matius 15:24); kedua, mengakui kenabian Muhammad SAW sebagai nabi terakhir yang kedatangannya telah dinubuatkan oleh Nabi Isa (Qs. Ash-Shaff 6, bdk: Injil Yohanes 16: 7-14); ketiga, menyangkal doktrin bahwa Yesus adalah penjelmaan Allah, sebab Yesus tidak pernah mengajarkannya (Qs. Al-Ma`idah 116-117, bdk: Injil Yohanes 17: 3), dll.

Merekalah orang yang diangkat Allah di atas orang kafir. Namun perlu diketahui bahwa salah satu golongan orang kafir adalah Ahli Kitab (Yahudi dan Kristen), sesuai dengan ayat: ”Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk” (Qs. Al-Bayyinah 6).

Umat Kristen disebut kafir Ahli Kitab karena mereka menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan (Qs. Al-Ma`idah 72-73). Derajat pengikut setia Nabi Isa (kaum Hawariyyun) diangkat oleh Allah di atas derajat orang-orang kafir yang menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan. Jika umat Kristen menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan, maka para pengikut setia Nabi Isa diangkat Allah di atas orang Kristen.

Kristen Tauhid/Kristen Unitarian

Ada gebrakan baru yang mendobrak iman kristiani. Gerakan kalangan Kristen dengan spirit back to the Bible ini menamakan diri komunitas Kristen Tauhid (Kristen Unitarian).

Pemikiran yang memprotes dasar Iman Kristiani tentang Allah dan Yesus ini dituangkan oleh Frans Donald dalam buku Allah dalam Alkitab dan Al-Qur’an. Buku 97 halaman ini disambut dengan suka cita oleh Pendeta DR Tjahjadi Nugroho MA. Ketua Asosiasi Pendeta Indonesia ini menyebut buku tersebut sebagai buku yang “menohok keras salah satu isyu teologis mendasar” (hlm. 9).

Doktrin Yesus sebagai Allah yang sejati dalam Trinitas, ditelanjangi habis-habisan oleh Frans. Dari sisi sejarah, dipaparkan secara kritis bahwa doktrin ini adalah warisan secara turun-temurun dalam tradisi kekristenan sejak abad ke-4, saat kekristenan yang bertradisi Yahudi bercampur dengan peradaban Yunani dan Romawi yang politeistik (menyembah banyak dewa). Lantas, secara perlahan-lahan tradisi tauhid dibelokkan oleh filsafat Yunani menjadi ajaran Trinitas. Doktrin ini ditradisikan selama belasan abad dan telah mendarah daging sehingga para pendeta dan pastur banyak yang tidak tahu asal-mula doktrin tersebut. Para pendeta dan pastur itu meyakini doktrin Trinitas, bahwa Yesus sebagai oknum kedua dari keallahan (ketuhanan), sebagai ajaran Alkitabiah (sesuai dengan ajaran Alkitab/Bibel). Padahal ajaran ini terbukti tidak sesuai dengan Alkitab, sehingga dinilai tidak Alkitabiah alias salah doktrin. (hlm. 37).

Pada halaman berikutnya, Frans membeberkan dalil-dalil Bibel untuk membuktikan bahwa Yesus bukan Allah, antara lain: Yohanes 12:49-50 menyebutkan Allah mengutus/memerintah Yesus, berarti Allah dan Yesus adalah dua entitas yang berbeda. Yohanes 14:28 menyebutkan Allah lebih besar daripada Yesus, berarti Yesus tidak setara dengan Allah. Dalil lainnya adlah Yohanes 17:3, 20:17, Matius 24:36, Markus 13:32, 15:34, dll. (hlm. 39-40).

Setelah menohok doktrin tentang trinitas, ketuhanan Yesus, ketuhanan Roh Kudus dan peribadatan hari Minggu yang dinyatakan tidak Alkitabiah, Frans meletakkan bab “Taurat, Injil dan Al-Qur`an Satu Kesatuan” (hlm. 74-78). Dengan mengutip Al-Qur`an surat Al-Ma`idah 68, Frans menyimpulkan bahwa ketiga kitab suci (Taurat, Injil dan Al-Qur`an) adalah satu kesatuan kunci ilahi yang tidak bisa dipisahkan.

Untuk itu, Frans menyindir umat Islam, “Demikian pula para pengikut Nabi Muhammad SAW yang belum menyelidiki dan mempelajari Taurat dan Injil nampaknya belum tahu tentang nama Allah dalam Taurat, Yahweh yang disembah oleh leluhur mereka...” (hlm. 76).

Demikian sedikit ulasan tentang agama Kristen Tahuhid yang dicanangkan oleh Frans Donald. Dia mendefinisikan Kristen Tauhid sebagai Kristen yang bertahuhid kepada Allah yang Esa, bukan Trinitas. (hlm. 86).

Sekilas, ide agama Kristen Tauhid itu terlihat baik untuk meredam gesekan antara Islam dan Kristen. Tetapi, mempertemukan ajaran Taurat, Injil dan Al-Qur`an dalam satu agama pastilah akan melahirkan berbagai kerumitan yang berujung di jalan buntu.

Pasalnya, terdapat perbedaan dalam kitab-kitab tersebut. Jangankan mempersatukan Injil dengan Al-Qur`an, mempertemukan sesama ayat Injil saja bukan hal yang mudah. Misalnya, di satu sisi, Injil Bibel menyatakan bahwa Allah itu tidak sama dengan Yesus sebagaimana yang diungkapkan oleh Frans di atas. Tapi, dalam ayat-ayat lainnya, Bibel tidak membantah gelar bahwa Yesus adalah Allah. Misalnya: Yesus tidak menolak ataupun marah kepada Tomas ketika menyapanya dengan seruan “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:28).

Ayat lain yang menyebut Yesus sebagai Allah adalah: “Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal” (I Yohanes 5:20).

“Tetapi tentang Anak (Yesus, pen.) Ia berkata: “Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran” (Ibrani 1:8).

Mempersatukan Al-Qur`an dengan Taurat dan Injil yang ada dalam Bibel, jelas mustahil. Karena dalam banyak ayat antara lain surat Al-Baqarah 75, 79, Al-Ma`idah 13, An-Nisa 46 dll, Al-Qur`an mengkritisi Bibel sebagai kitab yang sudah mengalami tahrif (perubahan, distorsi). Beberapa contoh tahrif ini telah ditampilkan dalam Sabili edisi sebelumnya. Selain itu, salah satu fungsional Al-Qur`an adalah sebagai pengujian (muhaiminan alaih) dan pembetulan/koreksi (mushaddiq) terhadap kitab-kitab terdahulu (Qs. Al-Ma’idah 48).

Keyakinan umat Islam terhadap kitab-kitab terdahulu hanya sebatas mengimani keberadaannya, bahwa Allah pernah mewahyukan Taurat kepada Musa dan Injil kepada Nabi Isa sebagai petunjuk bani Israel ke jalan Tuhan. Tidak ada kewajiban bagi umat Islam untuk mengamalkan Taurat yang ada dalam kitab Bibel milik umat Kristiani saat ini, karena tidak ada bukti yang shahih bahwa Taurat Bibel itu adalah peninggalan Nabi Musa AS. Bahkan beberapa penyelidikan membuktikan bahwa Taurat Bibel itu ditulis setelah Nabi Musa wafat. Demikian pula keyakinan umat Islam terhadap keempat Injil dalam Bibel. Keempat Injil ini bukan peninggalan Nabi Isa AS, melainkan ditulis oleh orang-orang yang bukan murid Yesus berpuluh-puluh tahun setelah Nabi Isa tidak ada di dunia.

Kesalahan dasar asumsi ketika mendefinisikan Allah, menjadi batu sandungan sendiri bagi para Kristen Tauhid. Frans mengurai kata “Allah” berasal dari dua kata yaitu “al” (kata sandang) dan “ilah” (sesembahan, god). Secara etimologis Allah memiliki padanan makna dalam bahasa Indonesia menjadi Dewa, dalam bahasa Inggris menjadi God, dalam bahasa Ibrani menjadi Elohim, dan dalam bahasa Yunani menjadi Theos. (hlm. 23).

Kata “Allah” adalah isim ghairu musytaq (kata yang tidak ada asal katanya dan bukan pecahan dari kata lain). Karena kata ini tidak bisa dirubah menjadi bentuk tatsniyah (ganda), bentuk jamak (plural), dan tidak dapat dijadikan sebagai mudhaf.

Maka menerjemahkan “Allah” menjadi Dewa atau God adalah kesalahan yang sangat fatal. Sebab Dewa dan God adalah kata benda yang dapat diubah menjadi bentuk jamak “Dewa-dewa” dan “Gods”, sedangkan Allah adalah satu-satunya nama ghairu musytaq yang tidak bisa diubah menjadi jamak. Semakin salah jika Allah dipadankan dengan kata “Elohim” karena Elohim adalah bentuk jamak dari “Eloah”.

Kata “Allah” juga disebut sebagai isim murtajal, maksudnya kata “Allah” adalah nama asal bagi Dzat Yang Wajib Ada, Yang Maha Suci, Maha Agung dan Yang Berhak Disembah (ma’bud). Tidak ada satu pun makhluk yang berhak memakai nama “Allah”.

Karena “Allah” adalah nama, maka tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Nama ini diperkenalkan sendiri oleh Allah dalam Al-Qur`an:

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah (yang haq) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Qs. Thaha 14).

Di seluruh penjuru dunia, umat Islam menyebut Tuhan dengan satu nama yaitu Allah. Inilah keistimewaan yang tidak dimiliki agama lain.