Jumat, 19 Oktober 2007

Habib Paulus Mohamad Ali Mahkrus Ata Mimi*

Setelah heboh pelecehan al-Qur’an di Malang beberapa waktu lalu, kini muncul lagi kaset VCD pelecehan terhadap Islam. Pelakunya "Pendeta" Markus Margiyanto.

Pelecehan terhadap islam ini sangat mengejutkan masyarakat Malang, Jawa Timur. Apalagi rentang waktu dengan heboh VCD pelecehan al-Qur’an di Hotel Asida itu, tidak terlalu lama. Kasus pelecehan baru ini yang juga melalui VCD, dilakukan seseorang yang mengklaim dirinya mantan ketua FPI** Jawa Timur. Namanya, Habib Paulus Mohamad Ali Mahkrus Ata Mimi

VCD ini pertama kali didapat oleh Abu Rantizy, anggota Tim FAKTA (Forum Anti Gerakan Kemurtadan) Malang yang diperoleh dari temannya yang berinisial EU, (25 Aug 07), seorang mekanik komputer di Kota Batu.

EU mendapatkan video tsb dari sebuah CPU (Central Processing Unit) komputer milik pegawai Kecamatan Batu yang dia servis. “Saya melihat kok ada filmnya si Mahkrus itu, lalu saya minta dan diapun mengijinkan. Kemudian saya segera melapor ke FAKTA,” tutur EU saat ditemui di bengkel komputernya.

Tim FAKTA lalu menyerahkan VCD tsb ke MUI kota Malang, yang kemudian diserahkan kepada aparat kepolisian. “Sudah kami laporkan ke Polwil dan ke Kapolda, tinggal menunggu kerja kepolisian sekarang,” ujar sekretaris MUI Kota Malang M Nizhom hidayatullah kepada Sabili.

VCD Ali Mahkrus yang tengah ceramah tersebut berdurasi 1 jam 11 menit 53 detik. Dalam ceramahnya, si pendeta menggunakan baju formal berwarna biru motif kotak-kotak. Lelaki berjenggot panjang dan rapi bak aktivis islam ini sangat fasih menyitir ayat al-Quran dan hadits Rasulullah SAW.

Dalam ceramahnya, Mahkrus membual tentang berbagai hal. Antara lain, ia mengklaim dirinya sebagai keturunan Habib (cucu Rasulullah SAW, red) dari bani Tamim dan pernah belajar di Makkah. Dia juga mengaku telah diangkat sebagai ketua FPI Jatim pada tanggal 10 Jan 2004 silam, serta mengaku sangat dekat dengan Ja’far Umar Thalib dan Laskar Jihad-nya.

Beberapa penghinaan yang diucapkan Mahkrus dalam ceramahnya itu antara lain menyebut bahwa Nabi Muhammad diracun oleh istrinya ketika akan meninggal dulu. “Pada saat usia 61 tahun, Muhammad tidak bisa mendeteksi racun yang masuk di tubuhnya, karena Muhammad diracun oleh istrinya sendiri, istri yang ke-17. Jadi, total istrinya Muhammad itu ada 22,” kata Mahkrus.

Menurut dia, istri ke-17 inilah yang meracun Muhammad selama dua tahun agar sekarat, hidup tidak matipun tidak. Kejadian ini pula yang dijadikan dasar oleh umat islam untuk membaca surah Yasin kala melihat orang sakit atau sekarat. “Jadi surat Yasin dibaca agar yang bersangkutan mau mati ya, agar cepat mati, kalau hidup agar cepat sembuh,” ujarnya enteng.

Pendeta yang telah menipu beberapa kiai ini juga menghina ibadah shalat Shubuh yang dilakukan umat islam. Kata Mahkrus, orang islam itu shalat shubuh karena mengingat Yesus bangkit dari alam kubur yang terjadi tepat pada saat shubuh. Kiamat juga akan datang pada saat Subuh. “Itu menurut keyakinan mereka. Dua masalah inilah yang membuat orang-orang islam bangun dari tidurnya dan sujud menyembah dalam shalat subuh.”

Pendeta yang pernah mondok di Pesantren ilmu al-Qur’an (PIQ) Malang ini juga menganggap orang kriten itu adalah majikan sedang orang islam adalah pembantu. Dia juga mengklaim bahwa 75 persen isi al-Qur’an bersumber dari Alkitab (Injil). Dia menganggap orang-orang yang pergi haji ke Makkah tak lebih dari sekadar wisata, bukan ibadah. Baginya, orang yang mencium Hajar Aswad adalah mencium jin. Masih banyak lagi penghinaan Makhrus yang bikin merah kuping.

Siapakah Mahkrus? Tanggal 12 Oktober 2005 silam, seorang pemuda 36 tahun bernama Markus Margiyanto datang menemui KH Abdullah Wasi’an dirumahnya, di Sidoarjo, Jawa timur. Kepada kristolog kondang itu, Markus menyatakan niatnya untuk pindah agama dari Kristen ke Islam. Alasannya setelah membaca buku KH Abdullah Wasi’an yang berjudul Benteng Islam terbitan Pustaka Dai, ia jadi tertarik dengan islam.

Dengan berbaik sangka, mendengar paparan Markus yang sangat memukau itu, KH Abdullah Wasi’an pun menuntun pensyahadatan Markus tepat pukul 11.00 WIB. Syahadat itupun ditandai dengan surat keterangan sementara yang ditandatangai oleh KH Abdullah Wasi’an dan beberapa saksi. Usai pensyahadatan, Pendeta Markus pulang dengan disangoni uang tunai. Nama Islamnya pun menjadi Makhrus.

Namun setelah majalah Modus melakukan pengecekan secara mendetail pada bulan November 2005 lalu, ditemukan sejumlah kebohongan pada Markus Margiyanto. Diantaranya, alamat KTP-nya di Jl. Pogot Lama II/91 RW 06/05 Kalikedinding, Kenjeran, Surabaya ternyata tidak benar. Karena rumah itu telah dijual lima tahun lalu kepada Sutarso. Sutarso pun mengaku tidak tahu menahu tentang seluk beluk dan aktivitas Markus.

Sementara itu, Darmo, tetangga depan rumah Sutarso yang tinggal di sana sejak tahun 1980 mengatakan bahwa yang berprofesi sebagai pendeta itu adalah ayahnya Markus. Setelah ditelusuri, ternyata markus bersama keluarganya yang terdiri dari anak, istri, ibu dan adiknya tinggal di Tanah merah II/22, Kalikedinding, Kenjeran, Surabaya. Rumah yang sempat difungsikan sebagai gereja ini asalnya adalah milik Pendeta Petrus Salindeho yang pernah bermasalah dengan umat islam hingga divonis hukuman penjara, beberapa tahun lalu.

Tak jauh dari rumah Markus di Tanah Merah itu, tinggallah Ustadz Ahmad Ghazali, salah seorang tokoh masyarakat yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris PC NU Surabaya. Ustadz Ghazali tahu persis daftar penipuan Markus yang bermodus ingin masuk islam dihadapan tokoh Islam lalu mendapat simpati sang tokoh hingga mendapat hadiah sejumlah uang dan materi lainnya.

Beberapa kiai yang sempat didatangi Markus, antara lain KH Miftah, di Kedung Tarukan Surabaya yang akhirnya menyumbangkan uang tunai Rp. 250.000 dan sarung merek Al-Ma’ruf berharga ratusan ribu. Ada juga KH Asep mantan ketua PC NU Surabaya, KH Abdul Syakur, KH Abdurrahman Navis dan lainnya.

Masrukin adalah salah seorang korban penipuan Markus. Dia adalah pengurus Masjid Nurul Jannah Kalilom, Surabaya. Kira-kira empat tahun lalu, Markus Margiyanto datang ke Mesjid Nurul Jannah dan menyatakan niatnya untuk masuk islam. Diapun disyahadatkan oleh Ridwan, modin setempat.

Setelah masuk islam, karena tidak punya rumah, Markus pun butuh rumah tinggal. Dengan ikhlas, Masrukin memberikan salah satu rumahnya yang baru selesai dibangun untuk ditempati Markus secara Cuma-Cuma. Diapun tinggal dirumah itu bersama istrinya, Muslimah anak seorang kiai di Singosari, Malang.

Selama di rumah Masrukin, Markus sama sekali tidak bekerja untuk menafkahi anak dan istrinya. Kebutuhan sehari-harinya ditanggung oleh jamaah mesjid, terutama oleh keluarga Masrukin. “Mualaf itu bagi orang islam merupakan aset,” alasan Masrukin. Jamaah Masjid pun simpati dengan keislaman Markus, sehingga segala permintaannya dikabulkan jamaah. “Jamaah masjid sini sudah banyak berkorban materi, tenaga dan pikiran untuk Markus,” imbuh Masrukin.

Suatu saat, Masrukin merasakan ada gelagat yang lain karena setiap hari Minggu, pagi-pagi Markus pergi memakai baju yang rapi. “Ternyata Markus pergi ke Gereja,” kata Masrukin. Maka Markuspun dia usir dari rumahnya. Setelah pindah dari Kalilom, Markus melancarkan penipuan yang sama dengan modus pura-pura masuk islam untuk mendapat simpati dan uang dari jamaah masjid di Tanah Merah, Surabaya.

Jauh sebelum melancarkan aksinya di Surabaya. Pendeta Markus pura-pura masuk islam dan nyantri di PIQ Singosari Malang dibawah asuhan KH Bashori Alwi. Karena sudah dipercaya, dia dijadikan menantu oleh KH Ahmad Rifai, pengasuh sebuah pesantren di Singosari, Malang. Namun setelah mempunyai dua anak Markus memboyong anak-anak dan istrinya ke Jakarta lalu mengkristenkan semuanya.

Dalam pengakuannya kepada tim FAKTA Surabaya, Markus mengungkapkan bahwa ceramah-ceramahnya yang menghina islam itu berdasarkan pesanan gereja. Dia juga mengaku ditekan oleh bapaknya dan paman-pamannya yang pendeta. “Apa yang saya ungkapkan di VCD itu adalah rekayasa palsu pihak gereja,” kata Markus kepada Masyhud, ketua tim FAKTA Surabaya.

Selain tekanan gereja, Markus juga rela memberikan kesaksian-kesaksian palsu tentang islam, karena alasan ekonomi dan dorongan finansial. “Pihak gereja sengaja memanfaatkan saya untuk membenturkan islam dengan kristen,” beber pendeta yang memiliki 20 tempat pemuridan tersebut. Yang dimaksud tempat pemuridan adalah semacam tempat pembinaan dan pendidikan Islamologi bagi umat kristen.

Markus juga menyebutkan bahwa pihak gereja sengaja menyebarkan VCD ceramahnya itu untuk menghina umat islam. Posisinya sebagai mantan orang islam yang memberikan kesaksian palsu tentang islam, bagi gereja akan lebih mengena. Walau demikian, dia mengaku masih tetap seorang muslim, bukan murtad. Tentu saja kesaksiannya ini masih membutuhkan klarifikasi lebih lanjut.

Sudah banyak yang menjadi korban penipuan Pendeta Markus Margiyanto. Penipuan bermodus pura-pura masuk islam ini sungguh berbahaya. Jika setiap saat bersyahadat di hadapan tokoh islam untuk mendapat simpati dalam bentuk materi, maka jelas bahwa “penipuan berkedok masuk islam” adalah profesi Pendeta Markus. Dan ternyata si Mahkrus ini juga adalah seorang residivis. (Tim FAKTA Malang).

*Nama ini sesuai dengan nama yang dia tulis pada Makalah sesat Islamologi yang diajarkan pada seminar di Surabaya. Yang ternyata salah semua tulisannya.

** FPI menurut Mahkrus adalah Front Pembela Isa yang sesuai dia tulis pada makalah-makalahnya


Rabu, 10 Oktober 2007

Si Kabayan Tidak Masuk Kristen

Siapa yang tak kenal Kabayan, film seri yang ngetop tahun 80-an di TVRI dan TPI awal 90-an. Anda pun ingat, siapa pemeran Kabayan yang ditayangkan TPI itu? Ia pelawak yang biasa dipanggil Kang Ibing atau Kang Maman. Panggilan Kang Ibing diterimanya sejak ia masih menjadi penyiar Radio MARA, Bandung. Sedangkan panggilan Kang Maman, disematkan penggemarnya sejak film seri Kabayan yang diperankannya nongol di TPI. Akhirnya, ia pun menerbitkan kaset berjudul “Kang Maman Mencari Gadis Jujur”.

Saat ini, perjalanan hidup sang pelawak, kian dekat dengan Islam. Ia memang terlahir dari keluarga aktivis Islam di Jawa Barat. Tak heran, jika di masa tuanya ini, ia pun mengabdikan dirinya di jalan dakwah. Bersama Prof Salumuuddin, pelawak yang punya nama asli Kusumayatna Kusumadinata ini, mengkhidmatkan dirinya di Dewan Pimpinan Pesantren Modern Baiturrahman Bandung. Selain itu, ia berperan mendirikan beberapa masjid di Bandung dan sekitarnya.

Tapi, saat Kang Ibing mengisi pengajian di Klender, Jakarta Timur, tiba-tiba salah satu jamaahnya bertanya. “Apa betul, Akang masuk Kristen?” tanyanya, sambil menunjukkan majalah yang menulis dirinya masuk Kristen. Ia hanya tertawa, seraya melanjutkan ceramahnya. Benaknya bergumam, masa ada berita begitu, kan dirinya saat ini sedang ceramah.

Sikapnya, yang menganggap berita itu bagaikan angin lalu, sontak berubah, ketika Tim FAKTA menyambangi rumahnya, Senin (19/4). Tim itu, menyodorkan dua majalah: Majalah Kristen “Genta” dan Majalah “Syir’ah.” Kedua majalah ini, dengan menulis, Kang Maman telah memeluk Kristen. Bahkan, Majalah Genta menulis, Kang Maman masuk Kristen sejak 1996.

Dalam tulisannya di Rubrik Syir’atuna, sejenis Laporan Utama di Majalah Syir’ah No 27/IV/Februari 2004, majalah yang dimiliki kelompok JIL ini, menggambarkan pengalaman rohani Kang Maman sampai akhirnya memeluk Kristen. Anehnya, tulisan ini mirip tulisan di Majalah Genta. Berikut petikannya:

Kepindahannya dari Islam bermula saat ia jadi pegawai kecamatan. Ketika itu ia melayani seorang Kristen yang mengurus surat. Kang Maman sangat benci terhadap orang Krisiten sehingga nyuekin orang itu. Anehnya, usai shalat ia merasa didatangi sosok yang mengaku Nabi Isa, yang mengatakan: Akulah yang utama di dunia dan akherat. Setelah itu, ia pun cerita pada istrinya, Siti Cholifah. Tapi jawaban istrinya, “Ah, itu mah setan atau iblis.”

Suatu ketika ia ikut kebaktian di gereja. “Masuklah nanti diberkati,” ajak si pendeta. Beberapa kali ia ikut kebaktian dan mempelajari Kristen diam-diam, hingga ia mampu mengobati orang sakit dengan doa yang ditujukan pada Kristus. Akhirnya, ia diusir mertuanya setelah mengetahui ia memeluk Kristen. Bahkan, ia sempat digebukin teman-teman seprofesinya hingga empat giginya copot. Akhirnya, ia pun dibaptis pendeta. “Saya khawatir mati dalam keadaan belum dibaptis,” ujarnya.

Terang saja, fitnah ini dibantah Kang Maman di hadapan Tim FAKTA. Menurutnya, tulisan itu salah total. Kang Maman alias Kusumayatna Kusumadinata tidak pernah masuk Kristen. Yang jelas, berita ini sangat menyudutkannya. “Yang namanya Kang Maman, Kang Ibing, yang memakai peci seperti ini, cuma saya. Jika ada yang mengatakan saya masuk Kristen, itu fitnah! Secara hukum saya berani menghadapinya,” tandasnya berang.

Fitnah ini sebenarnya bisa dicium sejak awal tulisan. Pasalnya, Majalah Syir’ah sangat terlihat tak menguasai latar belakang siapa sebenarnya Kang Maman alias Kang Ibing ini. Coba, simak tulisan di halaman 21: “…Ini pula yang terjadi pada Kang Maman, yang bernama asli Muhammad Shalat, salah seorang personel D’Bodors (kelompok lawak yang cukup terkenal pada era 80-an yang dimotori oleh Abah Us Us”

Padahal, menurut Kang Maman, ia sama sekali tidak pernah bergabung dengan Group Lawak D’Bodors. D’Bodors adalah Group Lawak milik temannya yang dipimpin oleh Us Us dengan anggota Kang Uyan dan Kang Engkus. “Silakan di cek ke D’Bodors, pasti mereka akan merujuk nama Kang Maman ke saya, sebagai anggota Group Kabayan. Dari sini saja, sudah kelihatan, orang yang nulis hanya ngaco,” tegasnya.

Untuk itu, Kang Maman sangat menyayangkan, kenapa penulisnya tak melakukan cek and ricek pada dirinya. Sebab, berita ini bisa menjerumuskan umat yang masih awam. “Apa susahnya sih telepon atau datang ke rumah. Ngobrol, biar jelas. Bila perlu penulisnya berhadapan langsung, mau di sini, di rumah, atau di TV, atau di mana, silakan! Yang penting terbuka!” tantangnya.

Menanggapi tantangan Kang Maman, Pemimpin Redaksi Majalah Syir’ah, Mujtaba Hamdi mengatakan, pihaknya akan mengecek terlebih dahulu kepada wartawan yang bersangkutan. Kang Maman yang mana yang dimaksud? Jika terdapat kekeliruan, pihaknya bersedia melakukan ralat dan memuat permohonan maaf pada Kang Maman.
Meski begitu, pihaknya merasa wartawannya telah melakukan wawancara langsung pada Kang Maman. “Kami, tak hanya mengutip dari Majalah Genta,” katanya.

Untuk itu, Hamdi mengharapkan agar Kang Maman segera melakukan klarifikasi secara langsung kepada Syir’ah. Karena, dari pengakuannya, Redaksi Syir’ah juga menerima pertanyaan serupa dari Majelis Tarjih Muhammadiyah. Soal penyelesaian melalui jalur hukum, pihaknya pun siap menghadapinya, sebatas melalui jalur UU Pers. “Nggak masalah silakan jika mau menempuh jalur hukum,” tandasnya.

Gayung pun bersambut, pertemuan kedua pihak harus terlaksana. Jika tidak, ini akan jadi preseden buruk di kemudian hari. Yang dirugikan, tak hanya Kang Maman tapi juga umat. Apalagi, bagi Kang Maman, yang sempat ngaku keselnya sudah sampai ubun-ubun. “Saya ini keselnya udah gimana .., nggak bisa bayangin, karena ini masalah akidah. Meski begitu, saya akan berkoordinasi dengan MUI Jabar untuk melakukan tindakan selanjutnya,” katanya mantap.