Jumat, 21 September 2007

Kristenisasi pada TKI di Hongkong.

Sungguh berat godaan iman yang menerpa para tenaga kerja wanita (nakerwan) Indonesia yang mengais rezeki di Hongkong. Sekian lamanya waktu tak dibelai suami, semenjak berbulan-bulan di tempat penampungan TKW, lalu hidup bertahun-tahun di negeri orang, muncullah fenomena lesbian sesama nakerwan yang mengkhawatirkan. Selain itu, gerakan pemurtadan juga mengincar akidah mereka.

Dalam tour dakwahnya di Hongkong, Masyhud dari Tim FAKTA mendapat informasi bahwa di Victoria Park, sejak Januari 2007 sampai kini, misionaris Kristen menyebarkan traktat (brosur) kepada nakerwan Muslimah. Dengan memperalat dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits, mereka mengajak umat Islam masuk ke Kristen. Nakerwan Muslimah yang rata-rata berasal dari desa, dengan pengetahuan agama yang masih minim, adalah sasaran empuk bagi misi pemurtadan ini.

Salah satu ayat Al-Qur’an yang jadi idola dalam upaya pelunturan aqidah adalah surat Ali Imran 3 yang bunyi terjemahannya: “Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur`an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.”

Kepada nakerwan yang awam, mereka menafsirkan, Al-Qur`an menyatakan bahwa kitab Injil milik umat Kristen adalah kitab yang absah dan benar-benar firman Allah. Karenanya, umat Islam wajib mengimani dan memedomani Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes milik umat Kristen. Karena dalam surat Al-Baqarah 3 umat Islam diwajibkan untuk beriman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.

Memang benar, Allah pernah menurunkan kitab-kitab suci Injil kepada Nabi Isa (Qs. Al-Hadid 27, Al-Ma`idah 46). Tapi keimanan kepada kitab Injil itu bersifat global (mujmal), yaitu mengimani keberadaannya bahwa Allah benar-benar menurunkan kitab-kitab tersebut kepada Nabi Isa AS tanpa konsekuensi untuk memedomani, mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa Injil dalam Bibel telah mengalami tahrif, baik penambahan, pengurangan, revisi maupun perubahan tata letak. Allah menyatakan hal ini dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah 75, Al-Baqarah 79, An-Nisa` 46, Al-Ma`idah 13, dll.

Statemen tersebut terbukti, karena Injil Markus telah mengalami penambahan-penambahan ayat, contohnya adalah Markus 9:44 dan 46. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “ayat 44, 46. kedua ayat ini tidak terdapat dalam naskah yang paling baik dan hanya merupakan ulangan dari ayat 48. kedua ayat ini pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 115).

The Holy Bible New International Version dan The Five Gospels sama sekali tidak memuat kedua ayat tersebut, sehingga setelah ayat 43 langsung loncat ke ayat 45 lalu loncat lagi ke ayat 47. Sedangkan ayat 44 dan 46 tidak di muat sama sekali.

Injil Matius juga mengalami penambahan-penambahan ayat, contohnya adalah Matius 28:16-20. Lima ayat dalam ujung Injil Matius ini adalah tambahan belaka, karena seharusnya Injil Matius pasal 28 berakhir pada ayat 15: “...dan cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai saat ini.”

Hugh J Schonfield, nominator hadiah Nobel tahun 1959 dalam bukunya The Original New Testament halaman 124 mengomentari sebagai berikut, “This [Matthew 28:15] would appear to be the end of the Gospel [of Matthew]. That follows [Matthew 28:16-20] from the nature of what is said, would then be a latter addition.” (Ayat ini [Matius 28:15] nampak sebagai penutup Injil [Matius]. Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya [Matius 28:16-20], dari kandungan isinya, nampak sebagai ayat-ayat yang baru ditambahkan kemudian).

Hal ini dipertegas oleh Funk dan The Jesus Seminar, “The great commission in Matthew 28:18-20 have been created by the individual evangelist...” (The Five Gospels, hlm. 35).

Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “ayat 44, 46. kedua ayat ini tidak terdapat dalam naskah yang paling baik dan hanya merupakan ulangan dari ayat 48. kedua ayat ini pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 115).

Injil Lukas pun tak luput dari penambahan-penambahan ayat, misalnya pasal 23:17. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “Kebanyakan naskah tidak memuat ayat ini; kiranya tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 194).

Injil Yohanes mengalami penambahan-penambahan ayat, misalnya pasal 7:53 sd 8:11. Dua belas ayat ini adalah penambahan yang tidak terdapat dalam naskah tua. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “Bagian ini, 7:53 – 8:11, tidak termasuk dalam naskah yang paling tua, dalam beberapa terjemahan kuno, dan juga tidak dikenal oleh pujangga-pujangga gereja yang paling dahulu” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 226).

The Holy Bible New International Version memberikan garis batas pada Yohanes 7:53–8:11 dari ayat sebelum dan sesudahnya. Di bawah garis tersebut diberi catatan pada halaman 817, “The earliest and the most reliable manuscript do not have John 7:53–8:11” (Naskah-naskah yang paling tua dan terpercaya tidak memuat Yohanes 7:53–8:11).

Setelah melakukan penelitian, pakar bibliologi Kristen mengkalkulasi bahwa ucapan Yesus dalam Injil hanya 18 persen. Mereka menyatakan, “Eighty-two percent of the words ascribed to Jesus in the Gospels were not actually spoken by him” (Robert W. Funk, Roy W Hoover, and The Jesus Seminar, The Five Gospels, What did Jesus Really Say?, hlm. 5).

(Delapan puluh dua persen kalimat yang disebut-sebut sebagai ucapan Yesus dalam kitab-kitab Injil sebenarnya tidak pernah diucapkan oleh Yesus).

Dalam kacamata ilmu hadits, meskipun 18 persen Injil dianggap sebagai ucapan Yesus oleh para pakar, tetapi karena tidak memiliki sanad (daftar silsilah periwayatan), maka nilainya pun menjadi lemah (dhaif).

Bila 18 persen ayat Injil ini sejalan dengan Al-Qur`an, maka tidak boleh didustakan, karena Rasulullah memberikan pedoman, “Apabila yang dikatakan oleh mereka itu hak (benar), maka janganlah kalian mendustakannya, tetapi apabila yang dikatakan itu batil (bohong) maka janganlah kalian membenarkannya” (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).

Sedangkan terhadap 82 persen Injil dalam Bibel yang ternyata bukan ucapan Yesus, umat Islam wajib menolaknya karena hanya berita maudhu’ alias palsu.

Situs PDS Hujat Shalat Umat Islam 2

Tuduhan memmber Kristen yang menamakan diri DPP PDS, bahwa umat Islam melakukan shalat untuk menyembah batu, betul-betul konyol dan tidak bermutu. Banyak sekali fakta-fakta yang secara otomatis dapat mematahkan hujatan dalam website resmi PDS itu. Antara lain:

Pertama,

jika berada dalam suatu tempat yang tidak diketahui arah mata anginnya, atau sedang duduk di dalam kendaraan yang jalannya berkelok-kelok, maka umat Islam boleh melakukan shalat dengan menghadap ke arah mana saja. Karena Allah berfirman:

“Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Qs. Al-Baqarah 115).

Kedua, tahun 930 sampai 951 hajar aswad pernah hilang dicuri dan disembunyikan oleh kaum Syi’ah golongan Ismailiyah Qarmathi. Apakah dengan hilangnya batu itu lantas umat Islam lantas heboh dan tidak shalat lagi karena hajar aswad sudah tidak ada? Meski hajar aswad pernah hilang, namun selama 21 tahun itu umat Islam tidak pernah libur shalat. Seandainya umat Islam itu shalat menyembah hajar aswad, maka selama 21 tahun itu mereka libur shalat. Tapi nyatanya tidak. Umat Islam tetap shalat menghadap kiblat, baik dengan ada batu ataupun tidak, karena esensi mereka ialah mematuhi perintah Allah bukan menghadap dan menyembah batu.

Ketiga, setelah hajar aswad itu berhasil ditemukan kembali, batu itu sudah tidak utuh lagi. Ada pecahan di sana sini, sehingga volumenya sudah mulai berkurang. Dan batu hitam yang ada sampai sekarang pun itu sudah paduan antara batu hitam yang asli dengan yang imitasi. Apakah umat Islam heboh karena itu? Jawabnya: Tidak pernah! Sebab Tuhan yang disembah oleh umat Islam itu bukanlah batu tetapi Allah SWT. Batu boleh rusak dan hilang, tetapi Allah tetap ada dan kekal sampai selama-lamanya. Inilah bukti bahwa Allah bukan batu, dan batu tidak sama dengan Allah.

Keempat, dahulu pada masa Rasulullah SAW, para shahabat naik dan berdiri di atas Ka’bah ketika mengumandangkan azan (panggilan shalat). Mereka melakukan itu lima kali sehari. Rasulullah tak pernah menegur maupun melarangnya. Jika Ka’bah adalah Tuhan yang disembah oleh umat Islam, mana mungkin para shahabat ketika itu berani menginjak-injak Tuhannya?

Kelima, Sampai saat ini, para petugas juga naik dan berdiri di atas Ka’bah ketika mengganti Kisywah (kain kelambu penutup Ka’bah). Ini juga bukti nyata bahwa sampai saat ini dan sampai kapan saja tak seorang pun umat Islam yang menyembah Ka’bah. Andai kata mereka menganggap Ka’bah sebagai tuhan yang disembah, mana mungkin mereka berani naik, berdiri dan menginjak Ka’bah?

Keenam, ketika thawaf dengan menunggang seekor unta, Rasulullah SAW pernah tidak mencium hajar Aswad, melainkan menyentuhnya dengan tongkat beliau. (HR. Bukhari juz 2 nomor 677). Jika Nabi pada waktu hidupnya menyembah hajar aswad, mana mungkin beliau berani menyentuh Tuhannya dengan sebuah tongkat sambil duduk di atas unta? Teladan Nabi ini membuktikan bahwa beliau tidak menyembah hajar aswad.

Menghadap ka'bah ketika shalat, bukan berarti umat Islam menyembah ka’bah tersebut. Mereka melakukan ini semata-mata menjalankan aturan ibadah yang diperintahkan oleh Tuhannya (Qs. Al-Baqarah 144). Jadi, esensi qiblat umat Islam ketika shalat bukan karena batu hitam, melainkan ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan.

Ketundukan ini pula yang telah dilakukan oleh shahabat Umar RA ketika haji. Dalam hadits shahih dikisahkan bahwa beliau datang mendekati Hajar Aswad (batu hitam) lalu dia menciumnya dan berkata: “Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau ini batu yang tidak memberikan mudharat dan tidak pula mendatangkan manfaat. Jika aku tidak melihat Rasulullah menciummu, maka aku tidak akan menciummu pula” (HR Bukhari dari Abis bin Rabi’ah RA).

Kemudian oknum DPP PDS yang miskin bahasa itu melanjutkan hujatannya: “Apakah masuk di akal bahwa Allah yang adalah pencipta langit dan bumi beserta isinya, baik yang kelihatan maupun yang tak kelihatan, mempunyai RUMAH atau BAIT di dunia ini?... Yang benar adalah Alkitab, bahwa Allah tidak punya rumah di dunia ini...”

Sepenggal tulisan ini membuktikan bahwa oknum DPP PDS itu tidak memahami agama, baik agama Islam maupun Kristen. Bila memiliki wawasan yang cukup tentang kitab suci, dia tidak akan sesemberono itu. Sebab istilah Baitullah (rumah Allah) atau Bethel, bukan berarti rumah tempat tinggalnya Allah.

Istilah ini sebetulnya bukan monopoli Islam, karena sudah akrab dalam bahasa teologi para Nabi dan Rasul. Dalam Bibel sering disebut-sebut istilah “Bait Allah.”

“Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau” (Mazmur 5:8).

“Dengarlah kiranya akan seru doaku apabila aku berteriak kepada-Mu, apabila aku menadahkan tanganku ke tempat kaabah-Mu yang suci itu” (Mazmur 28:2, TL).

Dalam Matius 21:12 diceritakan bahwa Yesus mensucikan Bait Allah. Injil Matius 24:1 menceritakan Yesus keluar dari Bait Allah.

“Bait Allah” atau rumah Allah adalah istilah metafora. Apabila istilah ini diartikan sebagai rumah tempat tinggalnya Tuhan dalam arti hakiki, lalu diartikan apa ayat Bibel di bawah ini, yang menyatakan bahwa manusia adalah Bait Allah?

“Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakah Bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab Bait Allah itu kudus dan Bait Allah itu ialah kamu” (I Korintus 3: 16-17).

Jika pisau analisa DPP PDS itu dipakai untuk menafsirkan ayat di atas, maka berarti bahwa rumah tempat tinggalnya Tuhan adalah manusia. Jika manusia meninggal dunia semua, maka rumah Tuhan akan binasa. Lalu apakah Tuhan kemudian tidak punya rumah?

Persoalan kiblat dalam ibadah sebetulnya bukan suatu keanehan. Sebab para nabi dan rasul sebelum Muhammad SAW pun telah mengamalkannya. Mereka berkiblat ke arah tertentu sesuai dengan ketetapan Allah. Perjanjian Lama menyebutkan para nabi terdahulu berkiblat ke Yerusalem. Tiga kali sehari mereka berlutut, berdoa serta memuji Tuhan menghadap Yerusalem. Dalam Alkitab terjemahan lama, istilah “Baitullah” diterjemahkan menjadi “kaabah” Tuhan.

“Tetapi akan Daniel, jikalau diketahuinya akan hal surat itu sudah dimeteraikan oleh baginda sekalipun, masuklah juga ia ke dalam rumahnya, yang pada alayatnya adalah tingkap-tingkap terbuka ke kiblat Yeruzalem dan pada sehari tiga kali bertelutlah ia dan meminta doa dan mengucap syukur kepada Allahnya, seperti biasa dibuatnya dahulu” (Daniel 6:11, TL).

“Maka oleh karena kaabah-Mu yang di Yeruzalem segala raja akan menyampaikan persembahan kepadamu” (Mazmur 68:30, TL). “Maka kataku: Bahwa aku sudah dibuang dari hadapan mata-Mu; kendatilah aku juga akan memandang pula kaabah kesucian-Mu”(Yunus 2:4, TL).

Meski para nabi itu berkiblat ke Yerusalem, tetapi Yesus tidak pernah menuduh mereka telah menyembah Yerusalem, bukan? Seharusnya, oknum DPP PDS ini mengikuti jejak Yesus, dengan tidak menuduh umat Islam menyembah Kabah. (Tamat)

Situs PDS Hujat Shalat Umat Islam 1

"DAMAI-SEJAHTERA," adalah nama yang bagus, indah dan tenteram dambaan setiap insan. Tapi sayang, kelakuan Partai Damai Sejahtera (PDS) dalam situsnya tak seindah namanya. Dalam salah satu forum di situs resminya, terdapat ratusan link website mancanegara yang menjajakan berbagai gambar bugil dan video adegan seks bebas (gara-gara hal ini link web forum PDS dihapus oleh servernya). Apakah website kejorokan ini sesuai dengan nafas "damai dan sejahtera," sehingga informasi yang merusak itu bertengger dengan gagahnya di situs partai rohani tersebut?

Yang lebih berbahaya dan memicu permusuhan antar agama, dalam forum tersebut dimuat tulisan seorang member yang menamakan diri DPP PDS. Tulisan dengan bahasa preman yang kasar, arogan sarkasme dan bombastis ini sepenuhnya mengagung-agungkan agama Kristen sembari menghujat Islam sejadi-jadinya. Beberapa hujatan yang terdapat dalam situs ini antara lain: Allah dalam Al-Qur`an mempunyai sifat yang plin-plan; Syariat Islam itu kejam, tidak adil dan ketinggalan zaman; Al-Qur`an bukan wahyu Allah yang benar; salah satu surat dalam Al-Qur`an aneh, tidak masuk akal dan kontradiktif; Islam tidak menjamin keselamatan surgawi; Al-Qur`an membenarkan kaum Muslim bersekutu dengan jin; Nabi Muhammad inkonsisten, tak percaya diri dan plin-plan; Nabi Muhammad memberikan peluang kepada umatnya untuk berbuat syirik kepada Allah dengan jin/iblis yang prakteknya antara lain untuk mendapat ilmu kebal, ilmu santet, ilmu pellet dll.

Ketika menghujat ibadah shalat, penulis berinisial DPP PDS itu menuding umat Islam shalat menyembah Tuhan yang berwujud batu hitam yang tinggal di dalam Kabah. Berikut kutipannya:

"Mulut umat Islam 5X komat-kamit, bahkan adakalanya dengan suara yang keras-lantang dibantu dengan loudspeaker pula, mengumandangkan "BAHWA TIADA TUHAN SELAIN ALLAH -LAILAHAILALLAH, DAN KEPADANYA SAJALAH MEREKA WAJIB SUJUD MENYEMBAH". Namun dalam beberapa saat kemudian mereka ruku dan sujud menyembah kepada Allah yang wujudnya sudah berubah menjadi BATU HITAM yang ada dalam bangunan yang diberi predikat BAITULLAH/KAABAH yang ada di Mekkah.

Mulut umat Islam selalu komat-kamit mengakui bahwa Allah itu pada satu titik yang bersamaan ada di mana-mana di setiap sudut dan penjuru dimensi dunia dan alam semesta ini, namun kenyataannya minimal 5X dalam sehari-semalam mereka menyembah Allah yang hanya berada di Mekkah dalam Kaabah dalam bentuk BATU HITAM."

Oknum DPP PDS ini sungguh tidak tahu etika bahasa. Bayangkan, umat Islam dalam shalat membaca doa-doa dan pujian kepada Allah dengan khusyu', tadharru' dan tawadhu'. Ini adalah ajaran ritual ibadah yang mulia. Tapi oleh penulis berinisial DPP PDS, hal itu dijuluki dengan kata yang buruk, yakni komat-kamit. Padahal kata ini hanya layak dipakai untuk para dukun yang sedang merapal mantra untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan bersekutu bersama setan. Seharusnya DPP PDS belajar bahasa yang baik Pepatah "bahasa menunjukkan bangsa" nampaknya sangat tepat bagi penulis hujatan di situs PDS ini. Kejelekan gaya bahasa menunjukkan keburukan akhlak dan wawasan orang yang bersangkutan.

Dalam penggalan dua paragraf tersebut, oknum DPP PDS melakukan banyak kekeliruan dan kebohongan.

Pertama,menyebutkan bahwa hajar aswad (batu hitam) berada di dalam Ka'bah. Ini adalah tudingan yang 'asal bunyi' tanpa ilmu. Karena hajar aswad itu menempel di salah satu pojok Ka'bah, bukan di dalam Ka'bah.

Kedua,menyebutkan bahwa Allah yang disembah umat Islam itu berwujud sebuah batu hitam yang hanya ada di Mekkah. Ini adalah anggapan yang sama sekali salah dan amat menggelikan. Silakan DPP PDS tanyakan kepada seluruh kaum muslimin, apa wujudnya Allah? Tak satupun umat Islam yang meyakini bahwa Allah itu wujudnya batu hitam, karena Al-Qur`an mengajarkan bahwa Allah itu berbeda dengan makhluk-Nya. "Laysa kamitslihi syay-un" (tidak ada sesuatu apapun yang menyerupai atau serupa dengan Allah).

"Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia (Allah)..." (Qs. As-Syura 11). "Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Allah)" (Qs. Al-Ikhlash 4).

Ketiga, udingan bahwa umat Islam musyrik karena shalat menyembah Ka'bah. Tudingan ini tak berdasar sama sekali, hanya didasarkan pada khayalan DPP PDS yang penuh dengan semangat kebencian dan antiislam. Dalam kenyataan, boleh ditanyakan kepada seluruh umat Islam, apakah mereka shalat menyembah Ka'bah? Tak satupun orang Islam yang shalat menyembah Ka'bah. Salah satu syarat diterimanya shalat adalah Ikhlas, yaitu beribadah kepada Allah secara murni tanpa ada tujuan lain sedikit pun. Umat Islam bukan menyembah Ka'bah, tapi menyembah Tuhan pemilik Ka'bah tersebut, sesuai dengan perintah Allah SWT: "Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah)" (Qs. Al-Quraisy 3).

DPP PDS harus bisa membedakan makna "arah" dan "tujuan". Ka'bah adalah kiblat atau arah menghadap bagi umat Islam dalam ibadah ritual shalat. Harus digarisbawahi, hanya sebagai arah, bukan sebagai tujuan ibadah dan penyembahan. Umat Islam tidak pernah dan tidak akan menyembah apapun selain Allah SWT. Umat Islam melakukan shalat menghadap kiblat itu pun dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT yang telah memerintahkan umat-Nya untuk melakukan itu (Qs. Al-Baqarah 144).

Kiblat ke Ka'bah dalam shalat hanyalah arah yang ditentukan Allah sebagai pusat persatuan. Jika arah shalat umat Islam tidak ditentukan, maka akan terjadi kacau-balau. Sebagian ada yang menghadap ke barat, yang lain ke timur, ke selatan, ke utara, dan sebagainya. Untuk mempersatukan/menyeragamkan umat dalam beribadah kepada Allah SWT, maka umat Islam di manapun tinggal, diwajibkan menghadap ke satu arah yang sama yaitu kiblat ke Ka'bah.

Ada banyak fakta dan data yang secara otomatis membantah tudingan DPP PDS bahwa umat Islam menyembah Ka'bah:

Pertama, ika ada umat Islam berada dalam suatu tempat yang tidak diketahui arahnya, atau sedang duduk di dalam kendaraan yang jalannya berkelok-kelok, maka mereka boleh melakukan shalat dengan menghadap ke arah mana saja. Karena Allah berfirman: "Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui" (Qs. Al-Baqarah 115).

Kedua, ahun 930 sampai 951 hajar aswad pernah hilang dicuri dan disembunyikan oleh kaum Syi'ah golongan Ismailiyah Qarmathi. Apakah dengan hilangnya batu itu lantas umat Islam lantas heboh dan tidak shalat lagi karena hajar aswad sudah tidak ada? Meski hajar aswad pernah hilang, namun selama 21 tahun itu umat Islam tidak pernah libur shalat. Seandainya umat Islam itu shalat menyembah hajar aswad, maka selama 21 tahun itu mereka libur shalat. Tapi nyatanya tidak. Umat Islam tetap shalat menghadap kiblat, baik dengan ada batu ataupun tidak, karena esensi mereka ialah mematuhi perintah Allah bukan menghadap dan menyembah batu.

Ketiga, setelah batu hitam itu berhasil ditemukan kembali, batu itu sudah tidak utuh lagi. Ada pecahan di sana sini, sehingga volumenya sudah mulai berkurang. Dan batu hitam yang ada sampai sekarang pun itu sudah paduan antara batu hitam yang asli dengan yang imitasi. Tetapi anda lihat, apakah umat Islam heboh karena itu? Jawabnya: Tidak pernah! Sebab Tuhan yang disembah oleh umat Islam itu bukanlah batu tetapi Allah SWT. Batu boleh rusak dan hilang tetapi Allah (Tuhan mereka) tetap ada dan kekal sampai selama-lamanya.

Keempat pada masa Rasulullah SAW, para shahabat naik dan berdiri di atas Ka'bah ketika mengumandangkan azan (panggilan shalat). Sampai saat ini, bila para petugas juga naik dan berdiri di atas Ka'bah untuk mengganti Kisywah (kain kelambu penutup) Ka'bah. Ini juga bukti nyata bahwa tak seorang pun umat Islam yang menyembah Ka'bah. Andai kata mereka menganggap Ka'bah sebagai tuhan yang disembah, mana mungkin mereka berani naik, berdiri dan menginjak-injak Ka'bah? (bersambung)

Selasa, 11 September 2007

Babi....oh.... Babi......

Seorang Kristen memperkenalkan dari Laskar Kristus, sangat keberatan dengan tampilnya rubrik Bimbingan Tauhid dan liputan-liputan Sabili tentang gerakan pemurtadan dan Kristenisasi. Berulang kali Kenan -nama alias- menyampaikan protesnya melalui SMS. Menurutnya, majalah Sabili selalu mengusik agamanya, padahal dia tidak pernah mengusik agama Islam. Salah satu SMSnya adalah: “Hai Sabili, gimana kalian udah ketemu di majalah apa agama kami menjelekkan agama kalian? Saya mau tanya kenapa kalian haram makan BABI? Sedangkan BABI dicipta sama Tuhan?” (dikirim 07/01/2007 dari HP 085245879###).

Nampaknya Kenan ketinggalan informasi. Di rubrik ini, buku-buku dan majalah Kristen yang melecehkan Islam sudah diungkap dan disanggah. Silahkan Kenan membaca buku Awas Bibel Masuk Rumah Kita yang diterbitkan oleh Sabili.

Kasus terbaru adalah majalah Midrash Talmiddim yang diterbitkan oleh Pendeta Edi Sapto. Dalam majalah yang diketuai oleh Pendeta Yosua ini, Islam disudutkan dengan berbagai tuduhan tanpa dasar, antara lain: Allah dalam Al-Qur`an itu menyesatkan dan tidak Maha Pengampun; gambar Bunda Maria, gambar Yesus dan Salib terdapat di ka'bah; Nabi Muhammad pernah bergabung dengan peribadatan kafir; Nabi Muhammad pemarah dan pembuat ayat Al-Qur`an; dll.

Kenapa umat Islam haram makan babi padahal babi adalah ciptaan Tuhan? Secara berkelakar, pertanyaan ini sebetulnya bisa saja dijawab dengan balik bertanya kepada penanya: mengapa orang tidak mau makan tikus, belatung, ulat, kecoak, orong-orong, nyamuk, jentik, cacing, cicak, kadal, laba-laba, tawon, kecebong, wereng, bangkai, dan lain-lain? Padahal itu semua adalah ciptaan Tuhan. Dengan kata lain, secara gampang orang bisa menyimpulkan bahwa tidak semua ciptaan Tuhan itu untuk dikonsumsi oleh mulut manusia.

Secara tegas, umat Islam haram makan babi karena Tuhan telah mengharamkannya dalam Al-Qur`an: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah,...” (Qs. Al-Ma`idah 3; bdk: An-Nahl 115, Al-Baqarah 173, Al-An'am 145).

Memang, Allah telah menciptakan segala yang ada di muka bumi (ma fil ardhi jami'an) untuk manusia (Al-Baqarah 29, Al-Jatsiyah 13). Tapi bukan berarti semuanya untuk dimakan, melainkan ada yang dipantang.

Allah itu Maha Baik (Thoyyib) yang menyukai kebaikan. Maka Dia tidak akan menerima segala hal kecuali yang baik saja. Dengan adilnya Dia mempersilahkan manusia mengkonsumsi seluruh ciptaan-Nya yang halal dan baik (thoyyib), serta tidak berlebih-lebihan (Al-A'raf 31).

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu” (Qs. Al-Baqarah 168).

Dalam pandangan Alkitab (Bibel), keharaman babi dinyatakan jauh lebih ekstrim. Babi tidak hanya haram dimakan, tapi juga haram disentuh. Segala yang menyentuh daging babi menjadi najis (Imamat 11:26-27). Tentang haramnya babi dalam Bibel, Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun:

“Dan lagi babi, karena sungguhpun kukunya terbelah dua, yaitu bersiratan kukunya, tetapi ia tiada memamah biak, maka haramlah ia kepadamu. Janganlah kamu makan dari pada dagingnya dan jangan pula kamu menjamah bangkainya, maka haramlah ia kepadamu” (Imamat 11: 7-8, bdk: Ulangan 14: 8).

Para penggemar sate babi harus membaca ayat-ayat tersebut dengan lapang dada. Apalagi, dalam sepanjang hidupnya Yesus tidak pernah makan babi. Dalam ayat-ayat Alkitab, tak ada satu pun ayat yang menyebutkan Yesus memakan daging babi. Malah Yesus pernah membunuh babi dua ribu ekor dengan cara memindahkan roh jahat ke dalam babi hingga mati lemas tercebur danau” (Markus 5:13). Kenyataan bahwa Yesus tidak pernah makan babi dalam Alkitab ini bisa dimaklumi, karena dia tidak menghapus hukum Taurat.

“Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal” (Lukas 16: 17). “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya” (Matius 5: 17).

Satu-satunya ayat Injil yang sering dipakai sebagai dalil bahwa Yesus menghalalkan semua makanan adalah Injil Markus 7: 14-19, karena pada ujung ayat 19 itu disebutkan: “Dengan demikian Yesus menyatakan semua makanan halal”

Dalam Alkitab Today's English Version 1976, penggalan ayat tersebut berbunyi: “In saying this, Jesus declared that all foods are fit to be eaten,” dan ditulis dalam tanda kurung. Biasanya, ayat Injil ditulis dalam tanda kurung itu tidak asli. Contoh ayat yang ditulis dalam tanda kurung adalah Markus 7:16, Markus 9:44 & 46, Markus 11:26, Markus 15:28 dan Markus 16:9-20. Lembaga Biblika Indonesia (LBI), lembaga tafsir resmi milik Katolik, menjelaskan kepalsuan ayat-ayat tersebut. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan Singkat terbitan tahun 1978, ayat-ayat tersebut masing-masing diberi catatan kaki “AYAT TIDAK ASLI.”

Ada juga teolog yang mengatakan bahwa semua makanan -termasuk babi- itu halal, karena yang haram bukanlah benda yang masuk ke dalam mulut, tetapi yang keluar dari mulut. Mereka berkilah bahwa pendapat ini sesuai dengan Injil Matius 15:11: “Dengar dan camkanlah: bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.”

Pendapat ini lemah, tidak logis dan menyimpang dari topik halal-haramnya makanan. Jika semua yang masuk ke dalam mulut manusia tidak menajiskan, bagaimana jika yang masuk ke mulut adalah ganja, morphine, shabu-shabu dan sejenisnya? Apakah jadi halal jika dimasukkan ke dalam mulut, walaupun merusak tubuh, melemahkan pikiran dan membunuh jiwa manusia?

Dalil yang paling kuat dalam Bibel untuk menghalalkan semua makanan adalah ayat-ayat doktrin Paulus, antara lain: “Kamu boleh makan segala sesuatu yang dijual di pasar daging, tanpa mengadakan pemeriksaan karena keberatan-keberatan hati nurani” (Surat Paulus kepada Jemaat Korintus yang Pertama 10: 25).

Menentang hukum Taurat dalam Bibel adalah salah satu karakteristik Paulus. Dalam banyak ayat, Paulus menyatakan permusuhan terhadap hukum Taurat, antara lain: “Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.... Sebab: “tidak ada seorang pun yang dibenarkan” oleh karena melakukan hukum Taurat” (Surat Paulus kepada Jemaat Galatia 2: 16).

Jika ajaran Paulus ini disosialisasikan, maka betapa rusaknya tatanan masyarakat dunia. Karena hukum Taurat tidak semuanya bertentangan dengan zaman. Masih banyak hukum-hukum yang masih sesuai dengan perkembangan zaman bahkan mustahil dihapuskan dan sesuai dengan syariat agama, misalnya: larangan menyembah patung (Keluaran 20: 5); perintah hormat kepada ayah dan ibu (Keluaran 20: 12; larangan membunuh, zina dan mencuri (Keluaran 20: 13-16); dll.

Walhasil, silakan memilih hukum halal dan haram. Ikut Allah dan Nabi yang mengharamkan babi, ataukah ikut Paulus yang menghalalkan babi. Jika memilih opsi yang kedua, camkan resikonya. Karena penelitian medis membuktikan bahwa babi beresiko tinggi terhadap berbagai penyakit ganas yang menular bagi manusia, penyakit virus (yang menyerang organ pencernaan, pernafasan, usus, darah dan flu babi), cacing (cacing trichinella spiralis yang hidup di otot manusia ini, cacing ascariasis yang menghabiskan makanan manusia, cacing pita) dan jamur yang menyerang paru-paru.

"Insya Allah" Membungkam Ev. Jansen Litik

Meski sudah usang dan ketinggalan zaman, buku tipis tulisan Ev Jansen Litik ini masih menjadi primadona. Buku ini masih sering disebarkan ke kalangan Muslim untuk melunturkan akidah Islam sembari menanam bibit iman baru dalam nama Yesus. Padahal buku berjudul Lima Alasan Pokok Tentang Isi Al-Qur’an Yang Menyebabkan Kami Meninggalkan Islam dan Beralih Menjadi Pemeluk Kristen ini tidak ilmiah, sangat lemah dan banyak salah data. Kesalahan data inilah yang membuahkan kesimpulan yang salah. Hal ini terlihat kentara pada kesimpulan penutupnya: “…Karena mereka tidak percaya lagi bahwa Al-Qur`an itu wahyu Allah, melainkan menganggapnya hanya satu Kitab Insani belaka yang isinya kurang lebih 75 % hasil jiplakan yang lihai dari isi Alkitab ditambah kurang lebih 25 % hasil buah pikiran, imajinasi, rekaan, kreasi dari Muhammad dan kawan-kawannya yang menulis Al-Qur`an itu dengan diberi selimut kamuflase seolah-olah sebagai 100 % Wahyu Allah” (hlm. 39).

Jika 75 persen Al-Qur`an itu menjiplak Bibel, berarti ada 5.000 ayat Al-Qur`an yang isinya sama dengan Bibel. Dapatkah Litik membuktikan adanya 5.000 ayat Al-Qur`an yang dituduh menjiplak Bibel itu? Kesimpulan Jansen Litik ini hanyalah isapan jempol belaka dan sangat tidak berdasar sama sekali, justru bertolak belakang 180 derajat dengan kenyataannya.

Memang ada beberapa persamaan antara Al-Qur`an dengan kitab-kitab sebelumnya, hal ini karena pada kitab-kitab terdahulu masih ada sisa-sisa wahyu Allah yang belum dimanipulasi. Tetapi, dalam banyak ayat, justru Al-Qur`an melakukan penghapusan (nasikh), pengujian (muhaiminan alaih) dan pembetulan/koreksi (mushaddiq) terhadap kitab-kitab terdahulu.

Sebagai mushaddiq (to correct), Al-Qur`an mengoreksi ayat-ayat yang sudah menyimpang jauh dari kebenaran Ilahi. Koreksi ini diperlukan karena kitab-kitab terdahulu yang ada saat ini sudah banyak dirubah dan disisipi (Qs. An Nisaa 46), sehingga kitab suci tersebut menjadi campur aduk antara yang haq dan yang batil (Qs. Ali Imran 71).

Contoh koreksinya adalah Bibel kitab Roma 10:9 yang menyatakan bahwa Allah membangkitkan Yesus sebagai Tuhan. Ayat ini dikoreksi karena bertentangan dengan aqidah Tauhid (Qs. Al-Ma’idah 72-73). Taurat dalam Bibel mengisahkan Nabi Luth sebagai ayah bejat yang menghamili kedua puteri kandungnya (kitab Kejadian 19:30-38), dikoreksi Al Quran bahwa beliau adalah nabi Allah yang soleh dan mulia derajatnya (Qs. Al An’aam 86, Al Anbiyaa 74-75, Luth 133). Kesalahan Bibel yang mengisahkan Nabi Daud berzinah dengan isteri orang (II Samuel 11:1-27) dan Nabi Sulaiman dikisahkan sebagai lelaki yang rakus wanita, keduanya diralat Al-Quran dalam Shaad 30. Taurat dalam Bibel mengisahkan Nabi Nuh pernah minum anggur sampai teler dan telanjang bugil kelihatan anaknya (kitab Kejadian 9:18-27), dikoreksi Al-Quran dalam surat Ali Imran 33 dan Al Israa 3.

Tuhan kelihatan kaki-Nya (Keluaran 24:10), Tuhan kelihatan punggung-Nya (Keluaran 33:23, Tuhan mengerang kesakitan seperti perempuan hamil (Yesaya 42:14), Tuhan pelupa sehingga tidak ingat alas kaki-Nya ketika marah (Ratapan Yeremia 2:1), Tuhan seperti orang teler yang siuman dari mabok anggur (Mazmur 78:65), Tuhan mencukur (Yesaya 7:20), Tuhan mengaum (Yeremia 25:30), Tuhan bersiul (Zakharia 10:8) dan lain-lain. Ayat-ayat Alkitab (Bibel) yang melecehkan Tuhan tersebut tidak mungkin dibenarkan, tapi dengan tegas ditolak dan dikoreksi Al-Qur`an:

“Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia (Allah). Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Qs. As-Syura 11). “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Allah)” (Qs. Al-Ikhlash 4).

Menurut Litik, salah satu alasan umat beralih (murtad) meninggalkan Islam lalu masuk Kristen adalah karena ajaran “insya Allah” yang tidak relevan. Jansen Litik merasa alergi terhadap ucapan “insya Allah” yang diucapkan oleh umat Islam terhadap sesuatu yang belum terjadi, misalnya dalam berbicara. Kalau ditanya, apakah anda besok bisa hadir? apakah anda yakin masuk surga? Orang mukmin menjawab “Insya Allah.”

Setelah merasa risih terhadap ungkapan “insya Allah” ini, kemudian dengan sombongnya Litik menyimpulkan bahwa berarti surganya umat Islam itu belum pasti, karena masih pakai insya Allah yang artinya jika Allah menghendaki. Puncaknya, dengan takabur Litik membanggakan kekristenannya, dengan menyatakan bahwa orang Kristen pasti masuk surga, tidak perlu pakai insya Allah lagi. Karena Yesus sudah menjamin pasti keselamatan surgawi.

Kenapa Litik jadi alergi terhadap insya Allah lalu takabur merasa sudah pasti masuk surga dalam nama Yesus? Bukankah Bibel menceritakan bahwa pada hari Akhir kelak banyak orang Kristen yang akan berkata kepada Yesus, “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan mengusir setan demi namamu, dan mengadakan banyak mukjizat demi namamu juga?” Pada saat itu, dengan nada marah Yesus mengusir mereka, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripadaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Mungkin Litik lupa, atau belum membaca, atau sudah membaca tapi belum memahami Injil Matius 7:21-23 ini?

Umat Islam berkata “insya Allah” terhadap jaminan masuk surga, bukan karena ragu-ragu atau tidak yakin. Tetapi karena Allah mengajarkan bahwa untuk hal-hal akan dikerjakan, akan dijanjikan, dan hal-hal lain yang masih belum terjadi, termasuk masalah sorga, tidak boleh mengatakan pasti, melainkan harus mengatakan insya Allah.

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): Insya Allah” (Qs. Al-Kahfi 23-24).

Ini sebagai ungkapan iman bahwa Allah adalah penentu segala sesuatu. Tiada yang terjadi tanpa seizin-Nya. Meskipun Allah sudah menjamin surga (Qs. An-Nisa 124, An-Nahl 31, Al-Mukmin 40, dll), tapi umat Islam harus bersikap rendah diri di hadapan Allah dengan menyatakan insya Allah. Sebab tidak seorang pun tahu keadaan akhir hayatnya. Tak sedikit orang yang semasa hidupnya beriman dan beramal shaleh, tapi di akhir hayatnya tidak tahan ujian sehingga mati dalam keadaan tidak beriman.

Seharusnya Litik tidak perlu alergi terhadap insya Allah, jika ia benar-benar paham terhadap kitab suci agamanya. Bukankah dalam Bibel masih ada ayat yang memerintahkan berucap insya Allah terhadap hal-hal yang belum terjadi?

“Hai kamu yang berkata, “Bahwa hari ini atau besoknya biarlah kita pergi ke negeri anu serta menahun di situ, dan berniaga dan mencari laba”; padahalnya kamu tiada mengetahui apa yang akan jadi besoknya. Bagaimanakah hidupmu itu? Karena kamu hanya suatu uap, yang kelihatan seketika sahaja lamanya, lalu lenyap. Melainkan patutlah kamu berkata, “Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu” (Yakobus 4:13-15, Alkitab tahun 1960).

Dalam Alkitab cetakan sekarang ini, kata “insya allah” dalam ayat tersebut diganti menjadi “jika Tuhan menghendakinya.” Meski demikian, artinya sama saja, yaitu tidak boleh mengatakan pasti atau memastikan segala janji, hal yang akan dikerjakan, atau hal yang belum terjadi.

Evangelis Jansen Litik dan para pengikutnya harus bertaubat dari alergi insya Allah, karena menurut Alkitab sendiri (Yakobus 4:16-17), ini adalah satu kecongkakan yang masuk dalam kategori perbuatan dosa. Jadi meyakini dirinya pasti masuk surga adalah perbuatan dosa.

 

Jumat, 07 September 2007

Adam Dituduh Homoseks

Di antara sekian banyak pembaca dari kalangan Nasrani, Ruben adalah orang yang paling ngefans terhadap rubrik BT majalah Sabili. Ia rajin menanggapi artikel BT dan mengirimkan SMS tentang ayat-ayat Al-Qur'an yang menurutnya musykil, aneh dan ganjil. Salah satu SMS Ruben adalah sbb: “Coba anda pecahkan QS 2:35, di situ dikatakan Adam pasangannya laki-laki. Kalau perempuan bentuk bahasanya Aswajatuka” (dikirim dari HP 081384953###).

Ayat yang dimaksud oleh Ruben itu selengkapnya berbunyi: “Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.” Ayat ini senada dengan surat Al-A'raf 19.

Dalam nas Al-Qur`an, kata “istrimu” pada ayat tersebut tercantum “zaujuka”. Menurut Ruben, berdasarkan ayat ini berarti pasangan Nabi Adam itu laki-laki (homoseks). Karena jika pasangan Nabi Adam itu wanita, maka seharusnya ayat tersebut berbunyi: “zaujatuka.”

Tuduhan ini tidak benar, sebab Al-Qur'an menyatakan bahwa homoseks dan lesbi adalah perbuatan (Qs. An-Naml 54-55, 15-16, An-Nisa 15-16). Mustahil Adam sebagai Nabi Allah yang pertama melakukan tindak penyimpangan seksual.

Nampaknya Ruben baru belajar bahasa Arab tingkat i'dad (pemula/intermediate) yang baru mempelajari bab isim mudzakkar dan mu`annats (kata benda maskulin dan feminin). Dia menganggap bahwa isim mu`annats (kata benda perempuan) itu harus diakhiri dengan huruf ta` marbuthoh. Pandangan ini salah besar, karena isim mu`annats ada yang ma'nawiy, yaitu lafal katanya mudzakkar (laki-laki) tapi maknanya mu'annats (perempuan). Misalnya: Zainab, Hindun, dan lain sebagainya. Di samping itu, ada juga isim mudzakkar ma'nawiy, yaitu lafal kata mu`annats (perempuan) tapi maknanya mudzakkar (laki-laki). Misalnya: Hamzatu, Muawiyatu, dll.

Memang, dalam kamus bahasa Arab disebutkan bahwa “zaujun” berarti suami, sedangkan “zaujatun” berarti istri. Tapi dalam qawa`id (kaidah) pemakaian bahasa Arab, kata “zauzun” itu taglib atau aglabiyah (keumuman) yang bisa dipakai untuk pengganti laki-laki maupun perempuan. Tidak sebaliknya, kata “zaujatun” hanya bisa dipakai sebagai pengganti perempuan, tidak boleh dipakai untuk pengganti laki-laki.

Dalam surat Al-Baqarah 35, istri Nabi Adam disebut “zaujuka” yang berarti pasanganmu (pasangan Adam). Karena Adam itu laki-laki, maka otomatis pasangannya adalah wanita yang bernama Hawa.

Jika Ruben hanya berpatokan bahwa setiap kata Arab yang tidak diakhiri dengan huruf ta' marbuthoh pasti bermakna laki-laki, maka alangkah bingungnya dia jika memahami kata “ha`idh” (orang yang sedang haid). Meski kata “ha`idh” tidak diakhiri dengan huruf ta' marbuthoh, tapi bukan berarti bahwa “ha`idh” itu kata benda (isim) untuk laki-laki. Sebab di muka bumi ini tidak ada lelaki yang mengalami haid/nifas. Inilah yang disebut isim mu`annats ma'nawi. Sayangnya, bab “mudazkkar dan mu`annats ma'nawiy) ini terlewatkan dalam studi Ruben ketika mempelajari ilmu nahwu. Ia terlalu prematur mengkritik tatabahasa Al-Qur`an dengan kemampuannya yang cekak.

Jika pendalaman ilmu bahasa Arab sudah matang, maka satu titik pun tak ada yang salah maupun janggal dalam Al-Qur'an. Hal-hal yang nampak salah dalam Al-Qur`an, bisa terjadi karena pengetahuan manusia akan bahasa Arab masih sangat awam, seperti Ruben di atas.

Walhasil, semua kritikan terhadap bahasa Al-Qur`an akan bisa diluruskan dan dicari akar kesalahannya. Hal ini semata-mata karena Allah sendiri telah menjamin keaslian Al-Qur`an (Qs. Al-Hijr 9). Hal inilah yang tidak dimiliki oleh Alkitab (Bibel), kitab agama Kristiani. Karena naskah asli Bibel sudah musnah, maka kitab-kitab yang beredar sekarang ini hanyalah salinan dan terjemahan dari salinan kitab-kitab terdahulu. Dengan demikian, banyak hal-hal yang hilang dari kitab salinan dan terjemahan. ME Duyverman, ilmuwan Kristen mengakui kelemahan ini sebagai berikut: “Ada kalanya penyalin tersentuh pada kesalahan dalam naskah asli yang dipergunakannya, lalu kesalahan itu diperbaikinya, padahal perbaikan itu sering mengakibatkan perbedaan yang lebih besar dengan yang sungguh asli. Dan kira-kira penyelidikan dan penyesuaian salinan-salinan; agaknya terdorong oleh perbedaan yang sudah terlalu besar di antara salinan-salinan yang dipergunakan dengan resmi dalam gereja" (Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, hal. 24-25).

Dr R Soedarmo, teolog terkemuka Indonesia yang mendapat gelar S1 dan S2 di Belanda menandaskan: “Dengan pandangan bahwa Kitab Suci hanya catatan saja dari orang, maka diakui juga bahwa di dalam Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci mungkin sekali ada kesalahan. Oleh karena itu Kitab Suci dengan bentuk sekarang masih dapat diperbaiki" (Ikhtisar Dogmatika, BPK Jakarta, hal. 47).

Dengan demikian, maka tidak heran bila dalam telaah kritis, akan nampak banyak ayat-ayat Alkitab yang nampaknya perlu diperbaiki. Misalnya tentang kisah anak-anak Nabi Adam. Dalam Perjanjian Baru disebutkan bahwa Nabi Adam adalah makhluk pertama di muka bumi.

Secara singkat, kronologi kisah Adam dalam Bibel, dimulai ketika Nabi Adam dan Hawa, istrinya diusir dari surga lalu diturunkan ke dunia. Ini akibat pelanggaran mereka setelah memakan buah pohon terlarang (Kejadian 3:6-24). Berarti di seluruh muka bumi ini baru dihuni oleh dua orang saja.

Setelah turun ke dunia, Adam dan Hawa memperanakkan Kain dan Habil (Kejadian 4:1-2). Berarti bahwa bumi baru dihuni oleh empat orang saja yaitu Adam, Hawa, Kain dan Habil. Setelah terjadi konflik, Habil dibunuh oleh Kain (Kejadian 4:8), berarti bumi hanya dihuni oleh tiga orang yaitu Adam, Hawa dan Kain.

Tiba-tiba Alkitab menceritakan bahwa Kain pergi ke negeri bernama Tanah Nod lalu bersetubuh dengan istrinya hingga mengandung dan melahirkan (Kejadian 4:16-17). Dalam Bibel tidak disebutkan siapa nama istri Kain itu? Siapa ayah dan ibunya? Kapan lahir dan di mana dilahirkan, semua tidak diceritakan dalam Alkitab.

Jika istri Kain itu adalah anak Adam, kenapa tidak ada kabar kelahirannya dalam Alkitab? Jika istri Kain itu bukan anak Adam, lalu anak siapa? Jika demikian, berarti selain Adam ada manusia lain di bumi pada waktu itu. Dan ini menggugurkan keyakinan bahwa Adam manusia pertama, dan kontradiktif dengan ayat: “Seperti ada tertulis: “Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup” (I Korintus 15:45).

Lebih baik Ruben memikirkan ayat-ayat musykil dalam Alkitab ketimbang mengkritik Al-Qur`an dengan modal ilmu yang cekak. Mengapakah Ruben mencari-cari selumbar di mata orang lain, sedangkan balok di dalam matanya sendiri tidak diketahui?

Pemurtadan Dengan Hamilisasi

“…Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya...” (Qs. Al-Baqarah 221).

Kisah nyata ini harus menjadi perhatian serius bagi siapapun yang memiliki anak, saudara atau famili gadis remaja. Jangan sampai gadis-gadis muslimah salah pergaulan dan tertipu oleh bujuk rayu pria non Islam. Bila tidak waspada, kasus pemurtadan melalui tipuan dan hamilisasi di Palembang ini bisa terulang kembali. Keteledoran sedikit saja bisa berujung murtad di tangan orang model Ucok ini.
Ucok –bukan nama sebenarnya– adalah seorang calon pendeta warga jalan Abi Hasan Kenten, Palembang. Wajahnya memang belagak (ganteng), berkulit putih, badannya atletis cok bodyguard. Tapi hatinya busuk, terutama bila mendekati gadis muslimah yang hendak dimurtadkan. Salah satu korbannya adalah Ayu –bukan nama sebenarnya– gadis SMA yang tinggal di Tanjung Siapi-api, Palembang. Kecantikan dan keluguan Ayulah yang membuat Ucok begitu bernafsu untuk mendekatinya. Ayu adalah satu-satunya anak wanita dari tiga bersaudara, ayahnya adalah sopir truk berusia 50 tahun.

Dengan memperkenalkan diri sebagai seorang Muslim, pria Batak yang mengaku berprofesi sebagai dokter ini pun mulai sering datang apel ke rumah Ayu, terutama pada hari libur dan malam minggu. Kata-katanya yang manis, sikapnya yang sopan, dan penampilannya yang ramah, membuat Ayu dan keluarganya benar-benar simpati kepada Ucok. Setelah menyimpulkan bahwa Ucok adalah seorang yang shaleh, rajin ibadah, setia dan penuh tanggung jawab, maka kedua orang tua Ayu welcome terhadap Ucok.

Makin muluslah perangkap “cinta buaya” Ucok. Sejak itu ia mulai sering menginap di rumah Ayu saat apel di malam minggu, dengan alasan kemalaman lah, suasana hujan lah, takut masuk angin lah, motor mogoklah, dst. Ucok memang pandai cari-cari alasan supaya bisa menginap. Dari seringnya menginap inilah tragedi bermula.

Setahun kemudian Ayu berbadan dua. Ketika kehamilannya berusia 2 bulan, kedua orang tua Ayu menuntut tanggungjawab kepada Ucok. Maka suatu hari Ucok melamar si Ayu, didampingi oleh pamannya. Ucok yang merasa dalam posisi tidak dirugikan, dengan lantang menyatakan siap menikahi si Ayu kapan saja asal menikah di gereja dengan tata cara Kristen.

Blaarrrrrr……. Bak disambar geledek di siang bolong, ayah Ayu kaget luar biasa. Ia baru tahu kalau Ucok yang disangka remaja masjid itu ternyata aktivis Kristen. Di tengah kebingungan dan kekagetannya, ia berkata, “Sekarang terserah Ayu saja. Mau pilih Islam atau Ucok?” ucapnya dengan agak marah.

Sebagai wanita yang masih labil, Ayu kehilangan kesadaran agama. Yang terpikir hanyalah isi kandungannya itu. Baginya, yang penting ada orang yang mau mengakui keberadaan sang janin sebagai anak kandungnya. Maka ia lebih memilih Ucok daripada Islam.

Kekagetan orang tua Ayu semakin menjadi. Dengan terpaksa ia merelakan sang Ayu dinikahi secara Kristen di gereja. Sebelum pulang, Ucok yang sudah merasa menang, berani sesumbar, “Untuk dapatkan wanita yang dicintai, harus dengan cara menipu.” Sejak itu, Ayu semakin sering tinggal di rumah Ucok daripada di rumah orang tuanya, padahal belum resmi menikah.

Berita pemurtadan metode hamilisasi ini pun terdengar oleh Tim FAKTA Sumsel. Agustiawarman SH SIP, ketua FAKTA yang baru, menggodok kasus ini dan menugaskan tim khusus yang terdiri dari 7 orang.

Esoknya tim berkoordinasi dengan keluarga Ayu. Agus menjelaskan kepada kedua orang tua Ayu tentang langkah strategis yang harus dilakukan untuk menyelamatkan akidah Ayu. Kedua orang tua Ayu menangisi dan menyadari kesalahannya selama ini. Mereka ikhlas menerima Ayu kembali ke dalam keluarga, apapun keadaannya, asalkan tetap Islam.

Selanjutnya FAKTA berkoordinasi dengan ketua RT dan remaja masjid di sekitar rumah Ucok. Pukul 10 pagi mereka bersama-sama mendatangi rumah Ucok untuk memulangkan Ayu ke rumah orang tuanya. Dengan bijak Pak RT menanyakan keberadaan Ayu di rumah Kristen tersebut. “Karena Ucok dengan Ayu belum menikah, maka Ayu adalah tamu di rumah itu. Jika masih tinggal serumah, berarti mereka kumpul kebo. Sebagai tamu, harus lapor RT selama 1 x 24 jam,” jelasnya.

Tak mau kalah, Ucok membela diri sembari menyalahkan Ayu. “Ini bukan salah kami, tapi salah Ayu sendiri. Saya sudah bilang sama Ayu, tapi dia tidak mau,” jawabnya ngeyel.

“Jangan macam-macam ya, pakai ngaku-ngaku Islam untuk menipu!” balas Ustadz Legawan Isa, penasihat FAKTA Sumsel.

“Cok, benar nggak, kau mengaku beragama Islam ketika mendekati Ayu?” tanya Agus. “Ya!” jawab ucok sembari menganggukkan kepala.

Karena duduk persoalannya sudah jelas, maka disetujuilah kesepakatan bersama di atas kertas segel yang isinya: Pertama, jika Ayu datang ke rumah Ucok harus diusir. Kedua, jika Ucok melarikan Ayu, maka rumah Ucok akan dibakar dan orang tua Ucok jadi jaminan. Ketiga, menyampaikan kesepakatan itu kepada polisi.

Pertemuan ditutup dengan statemen seorang remaja masjid yang masih tetangga Ucok, “Kalu dio ngelanggar janji dan macem-macem, kami siap mbereske.” Remaja masjid ini geram terhadap kelakuan Ucok yang sudah sering gonta-ganti pacar dan sudah menghamili beberapa gadis sebelumnya.

Esok harinya, di rumah orang tuanya, Ayu dinasihati oleh Tim FAKTA Sumsel, dengan pembinaan khusus. Dijelaskan oleh Ustadz Legawan bahwa kasus pemurtadan dengan strtegi hamilisasi ini sudah sering terjadi. Dengan metode komparatif, dijelaskan bahwa Yesus hanya manusia biasa yang dipilih Allah sebagai nabi. Seumur hidupnya Yesus tidak pernah jadi Tuhan dan dia belum pernah meminta kepada muridnya untuk diibadahi sebagai Tuhan. Satu-satunya ayat doktrin ketuhanan Trinitas yang diimani oleh umat Kristen adalah ayat palsu (I Yohanes 5:7-8).

Kepalsuan Alkitab, kitab suci Kristiani juga dibeberkan secara ilmiah. Di dalamnya terdapat ayat-ayat mustahil, pornografi, pelecehan tuhan, dan ratusan ayat kontradiktif. Bukti-bukti konkretnya sudah dibukukan dalam buku Dokumen Pemalsuan Alkitab: Menyambut Kristenisasi Berwajah Islam yang diterbitkan oleh FAKTA dan buku Indeks Kesalahan Alkitab terbitan Jemparing Jakarta.

Alangkah ruginya jadi orang kafir, karena orang kafir adalah makhluk yang paling buruk di dunia dan nanti akan kekal di neraka jahanam (Qs. Al-Bayyinah 6). Betapa bahagianya jadi orang Islam, karena Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai Allah (Qs. Ali Imran 19).

Terakhir, dijelaskannya makna Islam, makna syahadatain dan hal-yang yang membatalkan keislaman. Ayu yang sempat murtad beberapa bulan, kini menyadari kesalahannya. Air mata penyesalannya mengalir deras tak terbendung, ketika disyahadatkan ulang. Seluruh keluarga menangis terharu. Selesai sudah satu persoalan, tapi persoalan janin yang dikandungnya belum tuntas. Siapa yang akan menjadi ayahnya kelak? Thoyib, seorang remaja masjid menjawab, “Saya siap mengasuhnya dari lahir hingga dewasa. Demi akidah, Saya ikhlas menikahi Ayu bila ia sudah melahirkan, asal dia benar-benar taubat kembali pada Islam.”

Kasus-kasus yang menimpa Ayu itu banyak terjadi di berbagai tempat. Sayangnya, tak banyak pahlawan akidah seperti Thoyib, pria pemberani yang rela mengorbankan egonya untuk Islam.

Kamis, 06 September 2007

Rasulullah Wafat Mewariskan Bible?

Seorang bos sebuah perusahanan di kawasan Jakarta Selatan, merangkap sebagai misionaris Kristen. Kepada bawahannya ia menyodorkan buku saku 77 halaman berjudul “Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad SAW” tulisan Drs A Poernama Winangun. Seorang muslimah yang menjadi sasaran misi bos Kristen tersebut, meminta kepada Tim FAKTA untuk menjawabnya.

Buku saku yang sarat dengan penyimpangan tafsir Al-Qur`an dan sejarah Rasulullah ini tergolong buku “gelap” karena tidak mencantumkan nama dan alamat penerbitnya. Akibatnya, Tim FAKTA menemui jalan buntu untuk bisa berdialog dengan penulis buku ini. Maka melalui rubrik ini, Tim FAKTA mengundang Poernama Winangun, penulis buku ini untuk berdialog secara ilmiah mengenai isi buku tersebut.

Setelah pindah agama dari Islam, Poernama Winangun rajin menulis buku-buku yang menyelewengkan ayat-ayat Al-Qur`an untuk menyebarkan kekristenan kepada umat Islam. Dalam menulis buku, Poernama sering memakai nama alias Drs H Amos, Drs Ara Apwin, dll. Bila diteliti, tulisan-tulisan tersebut bukan hasil pikiran dan penelitian sendiri, melainkan hasil jiplakan terhadap tulisan islamologi para pendeta dan penginjil. Hal ini terlihat dari jurus-jurus yang sama ketika menyimpangkan ayat-ayat Al-Qur`an. Ditambah lagi dengan riwayat hidup Poernama Winangun sendiri sebagai seorang yang awam dalam hal keislaman.

Dalam kesaksiannya, Poernama Winangun mengaku lahir pada tanggal 17 Mei 1935. Ia pindah agama dari Islam ke Kristen dalam usia 58 tahun (tanggal 30 Mei 1993). Sampai bulan Mei 1993 (sebelum masuk Kristen), dia hanya hafal surat Al-Fatihah, Al-Falaq, An-Naas, Al-Ikhlash dan Al-Kautsar, tanpa mengetahui artinya.

Ia juga mengaku sebagai orang yang tidak mengerti Bahasa Arab, sehingga yang dipelajari hanya terjemahan Al-Qur`an saja. Dalam mencari kebenaran agama Kristen, ia mengaku mempelajari dan meneliti Al-Qur`an hanya dalam tempo tiga minggu saja.

Bisa dibayangkan, orang Islam yang sudah berumur 58 tahun hanya hafal lima surat pendek dalam Al-Qur`an tanpa memahami artinya. Padahal anak TK/TPA Islam rata-rata sudah hafal puluhan ayat Al-Qur`an. Inilah bukti betapa awamnya wawasan Islam penginjil Poernama, tak lebih pandai daripada anak TK Islam.

Dengan modal ilmu yang dangkal tentang Islam, maka meneliti Al-Qur`an dalam waktu 3 minggu untuk mencari kebenaran Kristen adalah hal yang mustahil dan tidak masuk akal.

Salah satu kerancuan yang dilakukan Poernama adalah dengan merubah terjemah hadits, lalu dikomentari secara salah bahwa ketika wafat, Nabi Muhammad hanya meninggalkan Alkitab (Bibel) dan Sunnah Nabi Isa. Poernama menulis:

“Pada waktu Muhammad SAW wafat meninggalkan umatnya, tidak ada harta benda yang berarti yang diwariskan kepada anak istrinya, tetapi beliau meninggalkan dua pusaka yang diwariskan kepada umatnya.S

Sabdanya, “Kutinggalkan untuk kamu dua perkara (pusaka), taklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang keduanya, yaitu Al Kitab dan Sunnah Rasulnya.”

Yang dimaksud dengan Muhammad SAW berpegang kepada Al Kitab ialah Taurat dan Injil yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru karena buku Al-Qur`an pada waktu Muhammad SAW wafat belum terwujud... Sedangkan yang dimaksud dengan Sunnah Rasulnya adalah perintah dan perbuatan Nabi Isa AS putra Maryam” (hlm. 43-44).

Penyimpangan yang sengaja dilakukan oleh Poernama dalam kutipan hadits di atas. Adalah merubah kata “Kitabullah” menjadi “Alkitab,” untuk dicocokkan dengan kemauan penginjil dalam membodohi pembaca. Dalam Kristen, Alkitab adalah nama Indonesia dari The Bible, kitab suci agama Kristen. Ini adalah kesalahan yang sangat mencolok.

Dalam Islam Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya adalah istilah lain dari Al-Qur`an dan Hadits/Sunnah Rasulullah.

Sebelum diutus ke Yaman, Mu’adz bin Jabal ditanya oleh Rasulullah, “Dengan pedoman apa kau putuskan suatu urusan?” Mu’adz menjawab, “Dengan Kitabullah.”

Rasulullah bertanya lagi, “Kalau tidak ada dalam Al-Qur`an?” Mu’adz menjawab, “Dengan Sunnah Rasulullah.”

Dari cuplikan percakapan tersebut, jelaslah bahwa maksud “Kitabullah dan Sunnah Rasulullah” adalah istilah lain dari “Al-Qur`an dan Hadits/Sunnah Nabi Muhammad.” Keduanya adalah sumber hukum dalam Islam.

Kitabullah warisan Nabi Muhammad itu adalah Al-Qur’anul Karim, bukan Taurat, Injil, maupun Bibel. Allah menyebutkan bahwa wahyu yang diturunkan kepada beliau adalah Al-Qur`an: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur`an kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur” (Qs. Al-Insan 23).

Sebelum Rasulullah wafat, Al-Qur`an sudah selesai diwahyukan kepada beliau, sehingga sempurnalah Islam: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu (Muhammad) agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kamu” (Qs Al-Ma`idah 3).

Pernyataan Poernama bahwa Alkitab (Bibel) yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah warisan Nabi Muhammad, justru menambah daftar keawaman teologinya. Sebagai seorang penginjil, seharusnya dia tahu siapa para penulis Alkitab (Bibel) itu?

Sebagian besar Kitab Perjanjian Baru ditulis oleh Paulus dkk. Dari seluruh ayat Injil, hanya 18 persen saja yang diyakini sebagai ucapan Yesus.

Penulis Kitab Taurat Musa bukanlah Nabi Musa AS. Sedangkan kitab-kitab Perjanjian Lama yang masih misterius riwayat dan sejarah penulisannya. The Bible Revised Standard Version terbitan Collins tahun 1971 menyebutkan bahwa Kitab Rut pengarangnya tidak diketahui secara pasti (not definitely known); Kitab I Samuel, II Samuel, I Raja-raja, II Raja-raja, I Tawarikh, II Tawarikh, kitab Ester, kitab Ayub, dan kitab Yunus pengarangnya tidak diketahui (unknown). Kitab Pengkhotbah penulisnya diragukan (doubtful). Kitab Habakuk tidak ada yang tahu tempat dan tanggal lahirnya (nothing known of the place or time of his birth); dll.

Sedangkan yang dimaksud dengan ‘Sunnah Rasul-Nya’ itu bukanlah sunnah Nabi Isa (Yesus), melainkan adalah Sunnah Rasulullah atau Hadits Nabi Muhammad SAW, yaitu segala perbuatan, perkataan dan keizinan (taqrir) Nabi Muhammad SAW.

Jika penginjil Poernama ingin mematuhi Sunnah Nabi Isa, maka Sunnah Nabi Isa itu yang mana? Karena beliau meninggalkan dunia tanpa meninggalkan tulisan maupun kitab. Sedangkan Kitab Injil milik Kristen yang dinisbatkan kepada beliau pada saat ini, bukanlah Injil peninggalan Nabi Isa. Keempat Injil dalam Bibel itu adalah tulisan orang-orang yang bukan murid Yesus berpuluh-puluh tahun setelah Nabi Isa tidak ada di dunia.

Sampai saat ini, umat Kristen tidak bisa memastikan bahwa tatacara peribadatan yang mereka lakukan itu adalah sesuai dengan tuntunan dan Sunnah Nabi Isa. Hanya seorang penginjil Poernama saja yang berani mengumbar slogan tentang Sunnah Nabi Isa, itu pun tak didukung dalil Alkitabiah.

Istri Rasulullah Beragama Kristen?

Buku “Riwayat Singkat Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad SAW” memang penuh distorsi dan manipulasi sejarah. Dengan gegabah, Penginjil Poernama Winangun alias H Amos alias H Ara Apwim menulis sejarah Rasulullah SAW berdasarkan anggapan yang mentah, dan tak didukung data yang valid. Salah satu penyesatan sejarah dalam buku tersebut adalah klaim bahwa Rasulullah SAW menikahi Siti Khadijah yang beragama Kristen dan memahami ajaran Alkitab (Bibel). Poernama menulis:

“Siti Khadijah sebagai pemeluk Kristen yang taat mempunyai pribadi yang luhur dan akhlak yang mulia. Dalam kehidupannya sehari-hari senantiasa memelihara istiadat kesucian dan martabat dirinya, ia selalu menjauhi adat-istiadat yang tidak senonoh sebagaimana yang dilakukan oleh wanita-wanita Arab Jahiliyah pada waktu itu, sehingga oleh penduduk Mekkah ia diberi gelar “At-Thahirah.”... Adapun peranan Siti Khadijah sebagai istri Muhammad SAW pada saat beliau menerima wahyu, secara ringkas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Siti Khadijah yang patuh dan setia kepada suaminya Muhammad SAW sangat mengenal perilaku beliau baik jiwa, pribadi serta akhlaknya sejak beliau kecil. Siti Khadijah dapat menyelami jiwa suaminya yang tidak puas terhadap keadaan sekelilingnya yaitu adat-istiadat kaumnya yang menyembah dan mendewakan patung dan berhala. Demikian pula ia sangat benci kepada kegemaran kaumnya yang berjudi dan meminum khamar (semacam minuman keras) di samping kaumnya yang suka perbuatan-perbuatan di luar peri kemanusiaan serta membunuh bayi perempuan mereka dengan alasan malu dan takut miskin.

2. Siti Khadijah memberi kesempatan dan keluasan yang sebesar-besarnya untuk kehidupan berpikir dan alam nafsani untuk mencari hakikat yang benar dan mutlak. Siti Khadijah dengan pengetahuannya atas isi ALKITAB memberi dorongan dan semangat kepada suaminya agar terus mencari hakikat yang benar dan mutlak dengan tidak dibebani dengan masalah-masalah rumah tangga.”
(hlm. 18-20).

Bila dilacak, sebenarnya tulisan tersebut berasal dari “Al-Qur`an dan Terjemahnya” terbitan Departemen Agama RI, bagian Muqaddimah bab “Sejarah Ringkas Nabi Muhammad SAW” tepatnya halaman 56. Dengan culas Poernama menambahkan kalimat “Siti Khadijah sebagai pemeluk Kristen yang taat” dan kalimat “Siti Khadijah dengan pengetahuannya atas isi ALKITAB.” Tujuannya jelas untuk memalsukan data dalam rangka menyesatkan aqidah umat Islam, sekaligus pembodohan terhadap jemaat Kristiani sendiri.

Pernikahan Rasulullah dengan Khadijah, memang sudah menjadi langganan “pelecehan” oleh para penginjil. Pendeta RM Nurdin misalnya, lebih jauh lagi ia menyatakan bahwa Siti Khadijah, istri pertama Nabi beragama Kristen, karena pada waktu itu Islam belum ada. Maka pada waktu itu juga ikut merayakan Natalan (Maulid) Nabi Isa. (Selamat Natal Menurut Al-Qur’an, hlm 11-12).

Lebih lanjut, Nurdin menyatakan bahwa sebelum jadi nabi, Muhammad belajar (kursus) Bibel (Taurat dan Injil) kepada Khadijah sampai hafal ayat-ayat Taurat dan Injil (Ayat-ayat Penting di dalam Al-Quran, hlm 59). Maka, ketika menikahi Khadijah, Nabi Muhammad memberikan mahar berupa sebuah Alkitab (Bibel). Lalu wali nikah atau penghulunya menyampaikan khotbah nikah dengan menyampaikan ayat-ayat Bibel. (Keselamatan Di Dalam Islam, hlm 24). Bahkan sebelum menjadi Nabi, Muhammad beribadah secara Kristen selama 15 tahun. (Keselamatan Di Dalam Islam, hlm. 35).

Itulah contoh teologi Pendeta dan Penginjil ketika mengkaji Islam. Tanpa data dan literatur ilmiah, Islam digambarkan dalam bentuk yang peioratif kepada jemaat Kristiani. Anehnya, jemaat kurang kritis, menelan mentah-mentah, dan langsung menyebarkannya tanpa merasa dibodohi sedikit pun. Malah, dengan bangga seorang bos di sebuah perkantoran kawasan Jakarta Selatan, menjajakan teologi picisan karangan Poernama kepada anak buahnya yang beragama Islam.

Memang benar, Khadijah binti Khuwailid memiliki paman seorang rahib bernama Waraqah bin Naufal. Tapi Waraqah bukanlah orang yang menikahkan Khadijah dengan Muhammad.

Dalam buku-buku sejarah Nabi, disebutkan data-data valid bahwa yang meminang Khadijah adalah paman Muhammad yang bernama Hamzah bin Abdul Muthalib. Lalu yang menikahkan Muhammad dengan Khadijah adalah paman Khadijah yang bernama ‘Amru bin Asad, sedangkan yang memberikan khutbah nikah adalah Abu Thalib, paman Muhammad. Maharnya pun bukan Alkitab (Bibel), tapi 20 ekor unta. (lihat: As-Sirah An-Nabawiyah, Ibnu Hisyam, juz I, hlm. 201).

Kedua pendeta dan penginjil itu mengklaim Muhammad menikahi Khadijah dengan tatacara Kristen, karena mereka beranggapan bahwa pada waktu itu Islam belum ada (Muhammad belum menjadi Nabi). Tidak mungkin Muhammad menikah dengan ritual Yahudi, karena sangat dibenci bangsa Arab. Inilah logika yang tidak jelas juntrungnya.

Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk menganalisa ritual pernikahan yang dipakai oleh Muhammad dan Khadijah. Kita tidak usah mencari-cari dan merekayasa tatacara pernikahan Yahudi maupun Kristen yang sama-sama tidak diterima oleh bangsa Arab pada waktu itu.

Bangsa Arab pada waktu itu masih mengikuti adat-istiadat yang berasal dari jejak syariat Nabi Ibrahim yang hanif. Hal ini terbukti, mereka masih melaksanakan syariat khitan dan menghormati Ka’bah yang didirikan oleh Ibrahim dan putranya, Ismail AS. Secara historis, bangsa Arab adalah keturunan Ibrahim melalui Ismail yang menikahi penduduk Mekkah dari suku Jurhum yang berasal dari Yaman. Keturunan Ismail inilah yang beranak-pinak di Mekkah yang disebut sebagai Bani Ismail atau Adnaniyyun.

Sampai zaman Muhammad belum diangkat Allah sebagai Nabi, bangsa Arab meyakini bahwa pemeliharaan serta kepemimpinan dalam upacara keagamaan di depan Ka’bah itu adalah hak Bani Ismail. Salah satu pemimpin kabilah Quraisy dari keturunan Ismail adalah Qushai.

Dengan demikian, satu-satunya syariat yang mungkin diterapkan dalam pernikahan Muhammad dengan Khadijah adalah syariat hanif Nabi Ibrahim.

Lantas apa agama yang dianut oleh Khadijah waktu itu? Dr Muhammad Abduh Yamani dalam buku Khadijah: Drama Cinta Abadi Sang Nabi, menyebutkan bahwa Khadijah adalah penganut agama Ibrahim AS (Al-Hanif) yang mendapat gelar “ath-thahirah” (perempuan suci)

Walhasil, pembohongan sejarah yang dilakukan oleh Penginjil Poernama dan Pendeta RM Nurdin, tindakan orang yang menjajakan pemikiran mereka, tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun. Penginjilan model ini tidak akan dibenarkan oleh Yesus. Dalam Injil Matius 15:11, Yesus justru mengecam mereka sebagai kaum yang menajiskan orang dengan ucapan yang keluar dari mulutnya.

Missionaris Saksi Yehova Beraksi

Di siang bolong, dengan membawa sebuah mobil, sekelompok bule berhidung mancung mebgai-bagikan buku dan brosur Kristen di daerah Pasar Sindang, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Tak memandang apapun agama orang yang lewat, siapapun diberi buku dan brosur itu. Orang-orang berwajah luar negeri itu juga masuk ke gang-gang kecil, mengetuk pintu rumah-rumah warga lalu membag-bagikan brosur Kristen itu. Misi yang sama juga terjadi di daerah Stasiun Jatinegara Jakarta Timur, Bekasi, Bandung, dan lainnya.

"Buku ini tidak ada bahayanya bagi kami. Tapi kami merasa risih dan tidak nyaman dengan hal ini," ujar Dina, warga Rawabadak, Jakarta Utara, dalam selembar surat yang ditujukkan kepada Tim FAKTA.

Brosur yang dimaksud adalah selebaran full colour berjudul Akhir Agama Palsu Sudah Dekat. Lembaran itu diterbitkan oleh Saksi Yehova, sebuah sekte Kristen yang dibentuk oleh Charles Tase Russel, tokoh mantan jemaat gereja Seventh Day Adventist (Advent Hari Ketujuh) pada tahun 1879 di Amerika Serikat. Di Indonesia, sekte ini pernah dilarang selama seperempat abad sejak awal Desember 1976 berdasarkan Surat Keputusan Jaksa Agung RI. Pada masa Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), larangan ini dicabut sehingga salah satu aliran dalam Kristen ini bebas merajalela.

Sedangkan buku yang disebarkan oleh missionaris bule itu berjudul Yesus Juru Selamatmu terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Cover depan buku itu bergambar sebuah lukisan seorang pria sedang berusaha menyelamatkan seekor kambing yang hendak terjatuh ke dalam jurang. Sedangkan cover belakang menampilkan lukisan Yesus yang sedang berdiri terpentang di tiang Salib setinggi kurang lebih empat meter.

Mendapat buku yang sampulnya berbau pornografi ini, Dina menyatakan dalam suratnya, "Mungkin buku ini tidak ada bahayanya bagi umat Islam," Ini bisa dimaklumi, karena ajaran Islam sangat bertolak belakang dengan tradisi Kristen. Dalam Islam, melukiskan seorang Nabi saja dilarang, apalagi menggambarkan seorang nabi dalam rupa yang menderita dan tak berbusana wajar sehingga kelihatan auratnya.

Buku setebal 93 halaman yang disusun oleh Tim Penyiapan Naskah LAI ini sepenuhnya menjajakan doktrin Kristen bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat penebus dosa manusia. Profil, karya, ajaran, mukjizat dan filosofi Yesus yang diungkap dalam buku ini dikutip dari ayat-ayat Injil ditambah dengan doktrin tulisan Paulus dalam surat-suratnya. Beberapa mukjizat Yesus yang ditampilkan dalam buku ini, antara lain menyembuhkan orang yang berpenyakit kusta, orang lumpuh, orang buta, dan memberi makan lima ribu orang dengan lima ketul roti.

Terhadap mukjizat tersebut, umat Islam tidak merasa aneh lantas menaikan derajat Nabi Isa sebagai tuhan. Bahkan dalam al-Qur'an masih banyak mukjizat nabi Isa yang tidak dilukiskan dalam Injil, antara lain menyembuhkan orang yang berpenyakit sopak, menghidupkan orang mati, menciptakan burung hidup dari tanah liat, dan lain sebagainya. Semua ini bukan kemampuan Nabi Isa, tapi karena izin Allah (bi idznillah). Ini bisa dibaca dalam surat Ali Imran 49.

Injil Yohanes 5:30 juga menyatakan bahwa Yesus tidak bisa berbuat apapun dari dirinya sendiri, karena semuanya terjadi atas kehendak Tuhan yang mengutusnya. Jadi, segala mukjizat Yesus itu bukan bukti atas ketuhanan dirinya, tapi bukti kekuasaan Allah yang mengutus Yesus sebagai seorang Nabi.

Tentang ajaran kemanusiaan Yesus, dalam buku ini dijelaskan syariat Yesus tentang perzinaan (hlm 33-34). Dalam selebaran itu, dikutip Injil Yohanes 8:1-11 yang megisahkan bahwa suatu hari orang-orang ahli taurat menangkap basah seorang perempuan yang sedang berzina. Mereka meminta fatwa kepada Yesus tentang hukuman yang harus diterapkan kepada pezina itu, karena dalam Taurat Musa disebutkan bahwa pezina itu harus dirajam. Yesus mengabulkan permintaan mereka dengan syariat baru, "Barangsiapa di antara kami tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Karena tidak ada dari mereka yang tak memiliki dosa, maka mereka tidak berani menghukum sepasang pezina tersebut. Maka bebaslah kedua pezina itu setelah dinasihati Yesus dengan sepatah kalimat, "Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Selain bertentangan dengan hukum Taurat tentang hukum rajam (Ulangan 22:22-24), syariat Yesus tentang perzinaan ini jelas sulit diterapkan di masyarakat. Sulit dibayangkan apa yang terjadi di masyarakat, jika orang yang terbukti dan tertangkap basah berzina itu tidak diberi hukuman apapun, kecuali hanya dinasihati dengan kalimat, "Jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."

Ketika menjelaskan misi Yesus yang disampaikan kepada ke-12 muridnya, penulis dari LAI mengutip Injil Markus 3:13-19. Ayat ini hanya menjelaskan bahwa Yesus memilih 12 orang sebagai murid untuk pendamping dalam menyebarkan kabar baik dari Tuhan. Sedangkan dalam Injil Matius 10:1-6 tidak dikutip. Ayat-ayat ini juga menceritakan pemilihan Yesus kepada 12 orang murid yang dilengkapi dengan wasiat berisi undang- undang penyiaran agar misinya hanya disampaikan kepada orang Israil yang hilang.

Secara tegas, Yesus mewanti-wanti kepada ke-12 muridnya, "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel" (Matius 10:5-6)

Jika para penginjil bule itu menaati wasiat Yesus ini, maka persoalan mereka dengan umat Islam sudah selesai. Mereka tidak perlu jauh-jauh meninggalkan tanah airnya mengkristenkan umat Islam di Nusantara dengan segala cara. Menyebarkan Kristen kepada bangsa Indonesia yang notabene bukan orang Israel adalah tindakan yang melanggar wasiat Yesus yang mereka anggap sebagai Tuhan itu. Yesus tidak akan menyukai tindakan yang menyalahi ajarannya.

Al Quran Dituduh Menyadur Bible

Kehebatan al-Qur'an yang penuh dengan mukjizat, disambut dengan kedengkian oleh pihak Nasrani. Mereka berusaha menyerang otentisitas al-Qur'an dengan berbagai metode. etelahgagal, mereka frustasi dan terus-menerus melakukan kritikan untuk menanamkan keraguan terhadap umat Islam. Salah satu kritikannya adalah menuding al-Quran sebagai kitab saduran.

Adalah Mohamad Guntur Romli, aktivis JIL yang getol menjajakan liberalisasi agama berkedok Islam. Dalam artikelnya belum lama ini, Guntur mencak-mencak menuding al-Qur'an sebagai kitab saduran yang menyunting (mengedit) keyakinan dan kitab-kitab sebelumnya.

"Kisah Isa (Yesus) dalam al-Qur'an yang menegaskan, Isa hanyalah seorang Rasul, bukan anak Tuhan, dan tidak ada penyaliban terhadapnya adalah "saduran" dari keyakinan sebuah sekte Kristen," tulisnya.

Guntur menegaskan pula, "Al-Qur'an tetap memiliki banyak sumber dan 'proses kreatif' yang bertahan serta berlapis-lapis. Al-Qur'an adalah 'suntingan' dari 'kitab-kitab' sebelumnya, yang disesuaikan dengan kepentingan penyuntingnya," (koran Tempo, 4 Mei 2007).

Tuduhan ini sebenarnya sudah basi, dan sama sekali tidak ada yang baru. Para orientalis dan misionaris Kristen sudahterlalu sering melontarkan tuduhan ini. Misalnya, FJL Menezes (1911) dalam karyanya The Life anda Religion of Mohammad:The Prophet of Arabia menuduh : "Tidak ada suatu apapun dari al-Qur'an itu, selain ciptaan dan rekaan Muhammad dan para sahabatnya."

Dalam jajaran pengritik al-Qur'an, tercatat nama-nama orientalis terkemuka, antara lain : G. Sale dalam buku Preliminary Discourse (1899) yang menyebutkan bahwa Muhammad adalah penulis asli al-Qur'an. Di belakang hari, kritikan serupa dikemukakan oleh Sir William Muir dan Wollaston (1905), Lammens (1926), Champion dan Short (1959), Glubb (1970), Robinson (1977), dan seterusnya.

Di Indonesia, tuduhan yang sama dilontarkan oleh evangelis Jansen Litik, Suradi ben Abraham, Pendeta Muhamad Nurdin, dan lain-lain. Jauh sebelumnya, Louis Hoyack dalam buku De Onbekende Koran menuduh al-Qur'an telah menjiplak Bibel : "De Koran staat vol van verhalen, ontleend aan het Oude en Nieuwe Testament, en ook aan andere bronnen, maar waar de profeet het noodig oordelde, een weinig geretoucheed" (hlm.74). (Al-qur'an berisi dongengan-dongengan yang dicuplik dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, juga dari sumber-sumber lain, tetapi di mana dianggap perlu oleh sang nabi maka diadakan penyuntingan disana-sini).

Bila ditelaah secara kritis, kritik Guntur terhadap al-Qur'an itu sungguh tidak bermutu, karena tidak disertai data-data yang akurat dan faktual. Dalam ulasannya mengenai proses turunnya al-Qur'an, Guntur menganalisa bahwa krtika berbicara tentang pewahyuan al-Qur'an, Allah memakai dhamir nahnu (kata ganti plural "kami"). Menurutnya, kata "awhayna(kami wahyukan) dipakai dalam al-Qur'an lebih dari 30 kali, sedangkan kata "awhaytu" (aku wahyukan) hanya dipakai 8 kali. Bertolak dari data "awhayna" ini, Guntur menyatakan, proses turunnya al-Qur'an melibatkan kerja kolektif antara Tuhan dan manusia.

Dari penjelasan ini, terlihat jelas betapa Guntur adalah orang yang miskin data. Menurut penelitian Tim FAKTA dengan fasilitas program al-Qur'an digital, kata "awhaytu" dalam al-Qur'an hanya ada satu kata, yaitu dalam surah al-maidah:111, Itu pun bukan tentang pewahyuan al-Qur'an, melainkan ilham kepada para pengikut setia Nabi Isa (Hawariyun).

Selain itu, pemakaian kata ganti Nahnu (Kami) bukan berarti bilangan Allah itu jamak (plural), dan tidak berarti bahwa proses turunnya al-Qur'an itu melibatkan kerja sama antara Tuhan dan manusia. Dalam bahasa Arab, pemakaian kata ganti jamak untuk kata orang pertama tunggal (mutakallim mufrad) berarti penghormatan dan pengagungan (lit-ta'zhim).

Tidak benar tudingan Guntur bahwa pewahyuan al-Qur'an itu hasil kerja sama antara Tuhan dan manusia dengan menyadur dan menyunting kitab-kitab sebelumnya. Tudingan ini terbantah oleh ayat al-Qur'an serah al-Baqarah:41. Dalam ayat ini Allah memakai kata ganti tunggal "anzaltu" (Aku turunkan) ketika berbicara tentang turunnya al-Qur'an. Pada ayat tersebut Allah berfirman : "Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (al-Qur'an)...".

Ketika melontarkan tudingan al-Qur'an menyadur kitab sebelumnya (baca:Bibel), lagi-lagi Guntur memamerkan kemiskinannya dalam hal data. Sebagai seorang peneliti, seharusnya Guntur membktikan tuduhannya atas berbagai pertanyaan berikut : Pertama, jika al-Qur'an adalah kitab suci yang menyadur Bibel, maka ayat Bibel mana saja yang disadur, dan ayat al-Qur'an mana yang dianggapnya menyadur itu. Kedua, Berdasarkan sejarah yang diyakini Guntur, kapan Nabi Muhammad membaca dan meneliti Bibel ketika menyadurnya dalam al-Qur'an? Ketiga, menurut al-Qur'an, Muhammad adalah nabi yang ummiy (buta aksara). Tudingan bahwa beliau menyadur kitab-kitab sebelumnya, berarti menuding bahwa beliau bisa membaca. Siapa nama guru Nabi Muhammad yang mengajarkan baca-tulis?

Dalam artikelnyam Guntur hanya bisa menuding tanpa membuktikan fakta dan data yang akurat. Karenanya, tudingan ini boleh disebut sebagai asbun.

Secara singkat, semua tuduhan itu kandas dengan sendirinya oleh firman Allah dalam surah al-'Ankabut:48-49 yang menyatakan Muhammad adalah nabi yang ummiy. Kenyataan bahwa al-Qur'an sepanjang sejarah dunia tidak pernah berubah setitikpun, membuktikan bahwa al-Qur'an adalah Kalamullah (firman Allah) yang redaksinya sama sekali tidak melibatkan campur tangan manusia. Sebab jika al-Qur'an adalah hasil karya manusia, pastilah dikemudian hari akan mengalami editing (perubahan), karena hasil karya manusia memiliki banyak keterbatasan.

Jelaslah bahwa al-Qur'an bukan kitab saduran. Lantas siap ayang sebenarnya menyadur? Bisa jadi kelompok liberal yang menyadur fitnah-fitnah dari kaum orientalis dan misionaris.

Buku Pendeta Menghujat Islam

Malang merupakan kota yang dingin lagi sejuk. Keberadaannya terbukti sejak sebelum kemerdekaan menjadi tempat peristirahatan oleh para Belanda. Jawa Timur, khususnya Malang, merupakan daerah yang berpenduduk mayoritas Islam, dan bisa juga di katakan bahwa Malang merupakan daerah basis Islam yang kuat.

Agama Islam dibawa masuk ke Malang dengan damai, tanpa ada peperangan. Toleransi antar umat beragama pun terlihat dengan anggun. Umat Islam di Malangpun sangat toleran terhadap umat beragama lainnya. Tetapi siapa sangka, di baim toleransi itulah para missionaris maupun zending memeperdaya umat Islam. Jika dahulu para Missionaris diberikan fasilitas berupa gedung serta gulden (uang belanda) serta yang tidak kalah terkenalnya dengan bantuan sembako, sekarang para Missionaris menggunakan trik-trik memutilasi ayat-ayat Al Quran untuk menghujat Islam.

Trik-trik diatara cara mereka adalah menrbitkan sejumlah buku serta brosur-brosur yang berisikan nada bahwa Agama Kristenlah agama yang paling benar serta di jamin masuk surga. Sebuah brosur yang berjudul "Akhir Agama Palsu Sudah Dekat" yang diterbitkan oleh Kristen Saksi Yehovah di daerah Kedung Kandang serta Jl. Ki Ageng Gribig ini adalah contoh konkrit dari penyebaran agama Kristen. Padahal menurut Peraturan Bersama serta SKB 2 Menteri hal semacam ini tidak dibenarkan. Tidak deengan brosur, mereka juga berusaha menjadikan "Islam" murid Yesus dengan cara membuat Kaligrafi Arab. Kaligrafi yang di buka dengan kalimat "Aba Ana" ini ternyata diterbitkan oleh Kanisah Ortodoks Syria pimpinan Bambang Noorsena.

Tidak dengan itu, mereka ternyata membuat buku-buku yang menghujat agama Islam. Buku buku ini umumnya merupakan cetakan lama yang diperindah dengan membuat sampulnya menjadi indah kembali. Dengan kata lain mereka membuat barang yang sudah usang dan kadaluarsa menjadi barang bagus lagi.

Umumnya buku-buku ini merupakan buku dari group Nehemia, pimpinan Suradi Ben Abraham, Ev. Jansen Litik serta para kroco-kroconya Amos Purnama Winangun. Buku-buku ini selain sesat, juga menyesatkan. Di dalam buku "Riwayat dan Pusaka Peninggalan Nabi Muhammad" karangan Amos Purnama Winangun, dikatakan bahwa sebenarnya Khadijah beragama Kristen, Muhammad itu dikatakan sebagai pemegang ajaran Injil dan Yesus. Bayangkan, sejak kapan Muhammad menjadi pemegang ajaran Injil yang ada sekarang?.Lain Amos, Lain pula Abd. Yadi, dengan menggunakan nama Abd.; maka umat islam awam akan terkecoh dengan trik srigala berbulu domba Abd. Yadi ini. Di Dalam bukunya "Memahami Allah Tritunggal" dia memberikan statement bahwa Al Quran mengakui ketuhanan Yesus serta Trinitas.

Buku-buku ini dijual bebas di toko-toko buku Kristen di Malang, dari penelusuran kami, buku-buku ini umunya di jual dengan ahrga yang relatif murah antara Rp 6.500-12.500. Buku-buku ini juga menajdi pegangan para penginjil untuk mengkristenkan umat Islam.

Berikut ini nama-nama buku yang beredar menghujat Islam di Jawa Timur :

1. Riwayat Singkat dan Pusaka Peninggalan nabi Muhamad SAW (A. Poernama Winangun)

2. Ayat-ayat Al Quran yang Menyelamatkan (A. Poernama Winangun)

3. Isa Alaihisalam dalam Pandangan Islam (A. Poernama Winangun)

4. Al Masih: Ringkasan Kisah Nyata Nabi Isa (Dadang Sasmita)

5. Jawaban Dibalik Jeruji Besi-Penginjilan Pribadi (Abd. Al Masih)

6. Seorang Gadis Kristen Yang Mempertahankan Iman Kristianinya-Penginjilan pribadi (Ev. Jansen Litik)

7. Kedatangan Yesus (Pdt. Markus Agung)

8. Memahami dan Mengenal Allah Tritunggal (Abd. Yadi)

9 Kebenaran Tersembunyi dalam Al Quran (Anonymous)


Sepintas judul-judul diatas islami, tapi siapa sangkan judul-judul tersebut merupakan srigala berbulu domba, cerdik seperti ular, tulus seperti merpati. (Tim Fakta Malang)

VCD Penistaan Agama

Beberapa bulan lalu kita dikejutkan dengan VCD penistaan agama oleh LPMI (Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia) yang berisi penodaan terhadap Al Quran. Kasus terang-terangan ini baru pertama kalinya di seluruh dunia dari zaman nabi Adam, hingga zaman Millenium ini. Bermula di Kota Batu, LPMI mengadakan Training doa. Para peserta Training ini menggunakan atribut Islam; baik itu kopyah, surban, sajadah hingga Al Quran.

Para peserta itu seperti biasanya melakukan ritual agama Kristen. Ketika acara inti dimulai, seseorang menggunakan peci putih dan surban/sarung maju kedepan (pria ini belakangan diketahua sebagai terdakwa Djoko Widodo, SH.) yang kemudian mengangkat Al Quran dan mengatakan bahwa Al Quran itu sesat. Setelah puas berkata demikian, majulah lelaki berkulit coklat tua menggunakan kopiah hitam (yang kemudian diketahui bernama Nur Iman Daniel) berkata-kata: Masjid, Mushola, Madrasah utnuk mendiskreditkan agama Islam.

Setelah kejadian ini beredar luas di koran-koran lokal maupun nasional, pihak MUI serta Polwil segera mengambila tindakan tegas untuk di bawa ke pada hukum negara (baca: Pengadilan) untuk selanjutnya di proses. AW selaku ketua penyelenggara LPMI Training Doa ini selajutnya berstatus sebagai terdakwa. Sidang di pengadilan ini di bagi 3 kasus yaitu: Ambrosius Lily, S.Th; Djoko Birowo, dkk serta Djoko Widodo, SH. Para terhukum ini divonis dengan putusan hakim 5 tahun penjara. (Aris Hardinanto, Malang)

Kristen Berjilbab Susupi Jamaah Wanita di Malang

MALANG - Tms, warga Bareng Kulon, Kecamatan Klojen, Kota Malang, hingga kemarin maish berada di Mapolresta Malang. Pemuda 25 tahun yang menggunakan burqah (semacam jilbab pajang dan bercadar) dan menyusup ke Majelis Taklim di Masjid As Salam Jl Bendungan Riam, Kota Malang, itu tidak ditahan. Sebab, polisi tidak menemukan unsur yang mengarah pada tindak kejahatan.

Selain itu, permintaan untuk tinggal di mapolresta adalah permintaanya sendiri. Pasalnya, dia takut kena teror dan ancaman dari orang yang tidak bertanggung jawab.

Seperti diberitakan sebelumnya, Tms Minggu pagi kemarin ditangkap jamaah Majelis Taklim Husnul Khotimah karena dianggap telah dicurigai laki-laki yang memakai baju wanita. Benar juga, setelah burqah-nya dibuka paksa, ternyata "wanita" ber-burqah itu adalah laki-laki. Dia adalah Tms. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, Tms diserahkan pengurus jamaah pengajian ke Polresta Malang.

Lantas apa motif Tms menyusup ke majelis taklim? Saat ditemui di mapolresta, Tms mengaku semata-mata hanya faktor keingintahuan terhadap agama Islam. Tidak ada maksud melecehkan atau maksud lain. "Rasa ingin tahu saya muncul setelah mendengar ceramah dari Aa Gym," ujar Tms pendek.

Selain itu, sambung dia, sejak ditinggal bapak kandungnya sejak masih duduk di bangku SD, ia mengaku seperti tak memiliki pegangan hidup. Tms selalu mengikuti semua yang diperintahkan ibunya, salah atau salah. "Kalau menyangkut keyakinan, saya selalu bimbang," tandas Tms.

Permasalahan keluarga yang kerap menghinggapi kehidupannya juga membuat pria pendiam ini mencoba mencari pegangan hidup. Setiap kali ada kesempatan keluar rumah, dia selalu memanfaatkan untuk membaca buku tentang keyakinan. Hingga pada Februari 2006 lalu, Tms mendengarkan ceramah Aa Gym di Stadion Gajayana Malang. Dari ceramah yang didengarkan itu, Tms mengaku menemukan ketenangan dalam jiwanya. "Sejak saat itu saya sering membaca buku tentang Islam," jelasnya.

Selain membaca buku, Tms juga rutin mendatangi kegiatan keagamanan. Walau saat datang dia hanya sekadar melihat atau mendengarkan dari jauh. "Saya mendapat informasi adanya kegiatan dari media. Selain itu, saat kebetulan melintas ada kegiatan ceramah lalu saya sempatkan berhenti," tambahnya.

Mengapa dari jarak jauh? Tms mengaku takut ada teman yang mengetahuinya. "Hanya takut dan cemas saja," ujar Tms.

Karena keingintahuan yang mendalam itu, Tms lalu merencanakan sesuatu. Dengan membeli burqah di wilayah Dinoyo, Tms memantapkan niatnya untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang Islam. Dia mendatangi majelis taklim Husnul Khotimah di Masjid As Salam, Jl Bendungan Riam, Kota Malang. Sebelumnya, Tms terlebih dulu bergabri pakaian terlebih dahulu di sebuah lapangan yang tidak jauh dari lokasi majelis taklim. "Setelah menggunakan burqah, saya lalu masuk, dan melihat buku yang dipajang di depan," terang Tms.

Karena tingkah lakunya mencurigakan, jamaah perempuan lain memberanikan diri untuk menangkap penyusup itu. Betapa kagetnya jamaah perempuan ketika cadar dibuka paksa. Mereka melihat wajah seorang laki-laki dewasa di balik cadar itu. "Saya ditangkap dan diserahkan ke Polresta Malang," akunya. (Jawapos, Radar Malang)

Pendeta Edy Sapto beraksi di Madura

Suku Madura menjadi target gerakan Kristenisasi. Selain bergerilya ke pelosok desa, para penginjil juga mengaku aktif berdialog dengan para ustadz pesantren. Mereka menggunakan metode perbandingan agama dan penginjilan yang menggunakan Alkitab dalam bahasa Arab. Dengan pendekatan kultural, mereka menjadikan Madura ladang pemurtadan.

Kristenisasi yang mengincar Madura memang terbilang nekat. Bagaimana tidak, orang Madura yang terkenal taat memegang Islam dan selama ini sulit ditembus gerakan salibis, tiba-tiba dikejutkan dengan fakta adanya upaya pemurtadan.

Sebuah buletin yang diterbitkan kelompok penginjil di bekasi menulis soal kegiatan misionaris yang ngebet menjadikan pulau yang terkenal dengan budaya karapan sapinya itu sebagai ladang Kristenisasi. "Doakan kepada suku Madura agar mata hati mereka terbuka dan firman Tuhan masuk dalam kehidupan mereka. Doakan para penginjil, pendeta yang sedang menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Doakan siswa-siswi sekolah Alkitab yang diutus agar diberi kesabaran dan perlindungan...." tulis MIDRASH TALMIDDIN, sebuah buletin yang berisi informasi proyek Kristenisasi dan ajaran-ajaran Kristen tersebut.


Sampul depan edisi ke-4 tahun 2006 buletin yang diterbitkan oleh Yayasan Kaki Dian Emas Bekasi itu, memuat foto orang madura yang masih menggenakan kopiah dan sarung tengah didoakan oleh beberapa orang pendeta. Seperti halnya ritual pembaptisan, tangan seorang pendeta memegang kepala orang Madura tersebut, sambil komat-kamit mendoakan. Entah, apakah orang Madura itu sadar atau tidak.

Adalah Edhie Sapto Wedha, pendeta yang menjadi motor penggerak Kristenisasi di wilayah madura. Pria yang mengaku sebagai asli orang madura ini getol menjalankan misinya dengan berbagai cara. Edhie juga yang terlihat sedang membaptis orang madura seperti dalam sampul depan buletin MIDRASH TALMIDDIN tersebut.

Bersama penginjil lainnya, Edhie menerbitkan buletin tersebut. Dari format dan isi buletin yang banyak menggunakan tulisan berbahasa Arab, Edhie dan kawan-kawan jelas ingin mengaburkan akidah umat Islam. Selain bahasa Arab, istilah - istilah yang familiar dalam ajaran Islam juga kerap mereka gunakan. Dalam misinya, Edhie dikenal piawai menggunakan metode perbandingan agama dan pengabaran injil dalam bahasa Arab. Meski tertulis "Untuk kalangan sendiri", buletin dengan lambang Bintang David dan pohon Gorqot ini juga beredar luas di masyarakat. "Ini sduah meresahkan umat Islam," jelas Mulyadi, anggota tim FAKTA.

Dari penelusuran Tim FAKTA, para penginjil ini menjalankan misinya di wilayah Sampang, Madura. Pada beberapa foto yang ada dalam buletin tersebut terlihat jelas, mereka tak sungkan mendatangi masyarakat untuk berdialog dan menjalankan aksi "tipu-tipunya". Bahkan dalam foto itu digambarkan seseorang yang mengenakan kopiah haji terlihat seperti tak sadarkan diri dikelilingi para pendeta yang sedang mendoakan. "Para ustadz minta didoakan dan mereka dijamah Roh Kudus," tulis keterangan dalam foto tersebut.

Meski terbilang berani dan melecehkan orang Madura yang terkenal fanatik terhadap Islam, Edhie mengaku aksinya memurtadkan umat Islam di madura tanpa paksaan ."itu berdasarkan kemauan mereka sendiri. Kita tidak memaksa. Kan orang tidak boleh dipaksa dalam beragama," kilah Edhie saat dikonfirmasi sabili, sambil mengatakan bahwa Islam dan kristen sama-sama sebagai agama misionaris, cuma ada aturan yang tidak membolehkan adanya pemaksaan dalam beragama. "Siapa yang berani maksa orang Madura, Mas?" tambahnya.

Menurut Edhie, kedatangannya ke Madura bukan atas kemauannya sendiri. "Kita diundang bersama mereka. madura itu kan orangnya keras, kemudian mereka lihat Kristen itu penuh kasih, kedamaian. Mereka pilih itu," terangnya. Mengenai tudingan terhadap buletin dan gerakan pemurtadan yang dilakukannya dengan menggunakan bahasa Arab, Edhie menjelaskan, "Alkitab diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Waraqah bin Naufal. Itu bukan pelecehan terhadap Islam, sebab Alkitab itu ada dalam bahasa Arab. Kristen itu kan berasal dari Arab." tambahnya lagi. Meski begitu, Edhie mengaku kegiatannya di sampang sudah dihentikan, karena umat Islam disana melakukan aksi penolakan. Bahkan, dua orang pendeta yang melakukan pemurtadan di sana sempat berurusan dengan aparat hukum.

Mengenai gerakan Kristenisasi di Sampang, tokoh masyarakat Madura yang tinggal di Surabaya, KH Abdurrahman Navis, mengakui hal tersebut sempat membuat orang Madura gerah. Dengan alasan akan menawarkan bantuan kemanusiaan bagi korban konflik Sampit, para pengjinjil melakukan aksi Kristenisasi. "Kasus ini sempat masuk pengadilan, bahkan kedua orang pendetanya sudah dipenjara," jelas Kiai Navis.

Bagi Kiai Navis, tak ada ceritanya orang Madura murtad dari Islam. Kalau toh ada, menurutnya itu karena ditipu atau diiming - imingi sesuatu yang besar. "secara kultur orang Madura tidak mungkin masuk Kristen. Lebih baik mati daripada masuk Kristen. kalau ada yang maksa, bisa carok!" ucap kiai yang bersuara teduh ini dengan tegas. Menurutnya, gerakan Kristenisasi yang terjadi di Sampang itu terjadi dengan mengelabui umat Islam bahwa ajaran yang mereka sampaikan bukan Kristen, tapi Islam Ayah atau Islamnya nabi Isa. "Orang awam yang tidak ngerti bisa dikelabui soal ini." tambahnya.

Bukan kali ini saja Edhie membuat ulah. pada tahun 2002 ,pendeta ini terlibat kasus penyekapan puluhan anak yang dipekerjakan sebagai penjaga kandang babi. selain disuruh menjada kandang babi, Edhie juga berusaha memurtadkan anak-anak tersebut. Kasus ini terbongkar berkat laporan masyarakat dan aksi penggerebekan yang dilakukan umat Islam Bekasi.

Saat ini, dengan dalih membuka kursus bahasa Arab, pendeta yang sempat berurusan dengan laskat Ababil pimpinan tokoh Islam Bekasi, KH Sulaeman Zachawerus, ini berusaha memurtadkan umat Islam. Tak tanggung-tanggung, untuk mengelabui masyarakat, pendeta yang mengajar bahasa Arab itu, mengenakan baju koko khas ustadz. "Orang ini tidak kapok. Saya minta Polres Bekasi menindak tegas orang-orang itu," ujar Sulaeman Zachawerus saat diminta pendapatnya soal kembali berkasinya pendeta Edhie dan kawan-kawan.

Saat diminta konfirmasinya soal kursus bahasa Arab itu, Edhie berlepas tangan. " Itu bergerak sendiri. Bukan di luar koordinasi saya. Orangnya sudah ada di Bandung, saya juga kehilangan kontak," ujar lelaki yang tinggal di bilangan Jaka Mulya, Bekasi ini, seolah tak bersalah.

Umat Islam Bekasi meminta aparat penegak hukum bertindak tegas terhadap para perusak aidah kaum Muslimin. Jika aparat lembek, bukan tidak mungkin, seperti kata Sulaeman Zachawerus, "Umat Islam akan bikin perhitungan sendiri!" (Tim Fakta Surabaya)

Kristenisasi di desa Pait, Kasembon Malang

Geliat kaum Salibis memurtadkan umat Islam di Tanah Air tak pernah berhenti. Berbagai cara ditempuh, termasuk mengirim mahasiswa teologi di desa mayoritas Muslim dengan dalih Kuliah Kerja Nyata. Di Malang, sebuah desa menjadi target Kristenisasi.

Malang, sebuah kota kecil di Jawa Timur yang terkenal dengan udara dingin dan buah apelnya, juga termasuk kegiatan gerilyawan Salib. Bahkan kota Malang sudah menjadi basis pengedaran misionaris. Hla ini diperkuat dengan banyaknya gereja dan sekolah, baik legal maupun ilegal.

Kini, di Malang, Kristenisasi juga mengincar para peternak. Seperti yang terjadi di desa Pait, kecamatan Kesemben, kabupaten malang, sebuah desa di perbukitan yang berbatasan dengan kabupaten Kediri. Kasus ini tergolong unik. Seorang pendeta yang memiliki ternak sering meminjamkan sapi betina dan pejantan kepada warga yang mau ikut sekolah minggu. Ketika sapi tersebut beranak, maka anak hewan itu menjadi hak warga yang memeliharanya, berapapun jumlahnya. Lain waktu, sang Pendeta menawarkan jenis sapi perah untuk dimanfaatkan susunya. Biasanya, ia memberikan dua ekor sapi betina siap perah, lalu hasilnya dijual ke Koperasi Unit Desa (KUD).

salah seorang yang giat melakukan Kristenisasi ala ternak sapi ini adalah Pendeta Yohanes Sukirno. Selain melakukan Kristenisasi dnegan model tersebut, Pendeta Sukirno juga kerap menjadikan rumahnya sebagai tempat kebaktian. Ia juga tak segan - segan "mengimpor" jemaat untuk meramaikan kebaktian. "Saya dan Bapak pindahan dari Madiun, dan sudah sekitar lima tahunan disini, puji Tuhan selama ini kami ngga ada masalah dengan warga," ujar Ambarwati, istri Pendeta Sukirno saat ditemui SABILI di rumahnya yang telah "disulap" menjadi gereja.

Untuk menjalankan misinya, Sukirno dibantu oleh Pendeta Richard, seorang misionaris muda alumnus sebuah sekolah teologi di Karanglo, Malang. Pendeta mudah dari Ambon ini, menurut Ambarwati, juga aktif sebagai gembala sebuah gereja di Kandangan, Kediri. "Saya senang disini. Selain refreshing, saya juga belajar misi di daerah terpencil pada Pak Sukirno," aku Pendeta Richard saat ditanya tentang kesannya ketika menebar misi di desa ini.

Selain mendekati para peternak, kedua misionaris di perbukitan ini juga mengincar jalur pendidikan. Seorang penginjil yang menurut warga dulunya adalah Muslim, giat menebar misi di Sekolah Dasar Pait I. Guru tersebut sering menawarkan bantuan bimbingan belajar privat komputer dan bahasa inggris gratis kepada para siswa. Hingga artikel ini ditulis, sudah dua siswa yang dimurtadkan.

Dua kasus diatas terungkap dari investigasi Tim FAKTA Malang atas laporan seorang mahasiswa yang sedang melakukan KKN di daerah tersebut.

Tahun lalu, kesalahpahaman yang hampir berujung bentrok juga pernah terjadi di desa ini. Bermula dari KKN mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah diamanahkan untuk menggarap bidang sosial, agama dan pendidikan. Di saat yang sama, mahasiswa KKN dari Universitas Katolik Widya Karya (UKWK), Malang. Mereka mengambil alih beberapa bidang yang sudah diambil oleh Mahasiswa Muhammadiyah. Kasus ini meruncing saat seorang dari mereka, mensosialisasikan program mereka di Madrasah Ibtidaiyah serta menghapus lafadz Bismillah di papan tulis salah satu kelas.

"Alhamdulillah, kasus ini bisa selesai dengan damai," ujar Suyit, salah seorang pengurus Yayasan Madrasah tersebut. Sejak itu, pihak UKWK beralih pada bidang pertanian dengan konsentrasi irigasi dan pembibitan.

Meski pihak UKWK sudah meminta maaf atas peristiwa tersebut, umat Islam masih menyimpan kewaspadaan. "Ngga cukup dengan kata ma'af, Mas. Suatu saat mereka pasti akan mengulangi jika ada celah," ujar Noer salah seorang ibu yang resah dengan kehadiran UKWK.

Kekhawatiran Noer pun jadi kenyataan. Setelah kasus di Madrasah tersebut, mahasiswa UKWK pun aktif mendatangi rumah warga untuk menawarkan program dasa wisma dan bimbingan belajar untuk putra-putri warga. Namun, anehnya aparat desa seakan tak peduli dengan apa yang terjadi. "Ngga ada apa - apa kok Mas, mereka cuman pingin kenal warga saja," ujar pak Modin, aparat desa setempat.

Ironi, memang. Di satu sisi aparat seakan tek peduli dengan bahaya kristenisasi yang mengancam kaum Muslimin. Di sisi lain, warga mulai resah dengan kehadiran mereka. Apalagi jika Kristenisasi itu semakin menggunakan cara-cara yang halus dan penuh tipu daya. "Intinya begini, saya ingin mahasiswa Muslim yang KKN disini itu membantu dakwah, sekaligus saya juga sudah melapor ke MUI kecamatan, ke Muhammadiyah ataupun ibu-ibu Fatayat NU. Tapi kok ngga ada respon, saya jadi heran," ujar Noer yang juga aktif menggerakan pengajian ibu - ibu.

Kegundahan Noer seharusnya disikapi oleh aparat dengan tegas. Bagaimana tidak, sekitar dua bulan setelah mahasiswa UKWK pergi, kini di desa Pait didatangi Mahasiswa Institut Injil Indonesia dari kota Batu, Malang. Kalau ini dibiarkan, akidah umat Islam di desa Pait terus terancam. (Kukuh Santoso, Fakta Malang)

Visi dan Misi Tim FAKTA

Visi

Para pendiri dan pengurus FAKTA menyadari dan terpanggil untuk membentangi akidah umat Islam dari bahaya pemurtadan dan menegakkan dakwah baik internal maupun eksternal kepada Ahli Kitab kepada kalimat Tauhid dengan hikmah, pelajaran yang baik (mau'izhah hasanah), dialog/debat yang baik (mujadalah allatii hiya ahsan) sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Quran:

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yanglebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk" (Qs. An-Nahl 125).

"Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kai dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri" (Qs. Aali 'Imraan 64).

"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim diantara mereka, dan katakanlah: Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada kami danyang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepanya-Nya berserah diri" (Qs. Al 'Ankabut 46).


Misi
Dengan hanya mengharapkan ridha Allah Subhanahu wa Ta'ala semata, FAKTA memiliki misi utama:

  1. Menjadi pusat informasi dan "crisis center" bagi para korban pemurtadan
  2. Menjadi forum bersama umat Islam dalam mencegah upaya-upaya pemurtadan dan pendangkalan di Indonesia.
  3. Memberikan imunisasi akidah umat dari bahaya pemurtadan.
  4. menyampaikan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar (dinul haq) kepada masyarakat muslim dan non muslim melalui beragam bentuk taklim, diskusi, dialog agama, pelatihan dan penerbitan.