Sungguh berat godaan iman yang menerpa para tenaga kerja wanita (nakerwan) Indonesia yang mengais rezeki di Hongkong. Sekian lamanya waktu tak dibelai suami, semenjak berbulan-bulan di tempat penampungan TKW, lalu hidup bertahun-tahun di negeri orang, muncullah fenomena lesbian sesama nakerwan yang mengkhawatirkan. Selain itu, gerakan pemurtadan juga mengincar akidah mereka.
Dalam tour dakwahnya di Hongkong, Masyhud dari Tim FAKTA mendapat informasi bahwa di Victoria Park, sejak Januari 2007 sampai kini, misionaris Kristen menyebarkan traktat (brosur) kepada nakerwan Muslimah. Dengan memperalat dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits, mereka mengajak umat Islam masuk ke Kristen. Nakerwan Muslimah yang rata-rata berasal dari desa, dengan pengetahuan agama yang masih minim, adalah sasaran empuk bagi misi pemurtadan ini.
Salah satu ayat Al-Qur’an yang jadi idola dalam upaya pelunturan aqidah adalah surat Ali Imran 3 yang bunyi terjemahannya: “Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur`an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.”
Kepada nakerwan yang awam, mereka menafsirkan, Al-Qur`an menyatakan bahwa kitab Injil milik umat Kristen adalah kitab yang absah dan benar-benar firman Allah. Karenanya, umat Islam wajib mengimani dan memedomani Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes milik umat Kristen. Karena dalam surat Al-Baqarah 3 umat Islam diwajibkan untuk beriman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.
Memang benar, Allah pernah menurunkan kitab-kitab suci Injil kepada Nabi Isa (Qs. Al-Hadid 27, Al-Ma`idah 46). Tapi keimanan kepada kitab Injil itu bersifat global (mujmal), yaitu mengimani keberadaannya bahwa Allah benar-benar menurunkan kitab-kitab tersebut kepada Nabi Isa AS tanpa konsekuensi untuk memedomani, mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa Injil dalam Bibel telah mengalami tahrif, baik penambahan, pengurangan, revisi maupun perubahan tata letak. Allah menyatakan hal ini dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah 75, Al-Baqarah 79, An-Nisa` 46, Al-Ma`idah 13, dll.
Statemen tersebut terbukti, karena Injil Markus telah mengalami penambahan-penambahan ayat, contohnya adalah Markus 9:44 dan 46. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “ayat 44, 46. kedua ayat ini tidak terdapat dalam naskah yang paling baik dan hanya merupakan ulangan dari ayat 48. kedua ayat ini pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 115).
The Holy Bible New International Version dan The Five Gospels sama sekali tidak memuat kedua ayat tersebut, sehingga setelah ayat 43 langsung loncat ke ayat 45 lalu loncat lagi ke ayat 47. Sedangkan ayat 44 dan 46 tidak di muat sama sekali.
Injil Matius juga mengalami penambahan-penambahan ayat, contohnya adalah Matius 28:16-20. Lima ayat dalam ujung Injil Matius ini adalah tambahan belaka, karena seharusnya Injil Matius pasal 28 berakhir pada ayat 15: “...dan cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai saat ini.”
Hugh J Schonfield, nominator hadiah Nobel tahun 1959 dalam bukunya The Original New Testament halaman 124 mengomentari sebagai berikut, “This [Matthew 28:15] would appear to be the end of the Gospel [of Matthew]. That follows [Matthew 28:16-20] from the nature of what is said, would then be a latter addition.” (Ayat ini [Matius 28:15] nampak sebagai penutup Injil [Matius]. Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya [Matius 28:16-20], dari kandungan isinya, nampak sebagai ayat-ayat yang baru ditambahkan kemudian).
Hal ini dipertegas oleh Funk dan The Jesus Seminar, “The great commission in Matthew 28:18-20 have been created by the individual evangelist...” (The Five Gospels, hlm. 35).
Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “ayat 44, 46. kedua ayat ini tidak terdapat dalam naskah yang paling baik dan hanya merupakan ulangan dari ayat 48. kedua ayat ini pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 115).
Injil Lukas pun tak luput dari penambahan-penambahan ayat, misalnya pasal 23:17. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “Kebanyakan naskah tidak memuat ayat ini; kiranya tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 194).
Injil Yohanes mengalami penambahan-penambahan ayat, misalnya pasal 7:53 sd 8:11. Dua belas ayat ini adalah penambahan yang tidak terdapat dalam naskah tua. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “Bagian ini, 7:53 – 8:11, tidak termasuk dalam naskah yang paling tua, dalam beberapa terjemahan kuno, dan juga tidak dikenal oleh pujangga-pujangga gereja yang paling dahulu” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 226).
The Holy Bible New International Version memberikan garis batas pada Yohanes 7:53–8:11 dari ayat sebelum dan sesudahnya. Di bawah garis tersebut diberi catatan pada halaman 817, “The earliest and the most reliable manuscript do not have John 7:53–8:11” (Naskah-naskah yang paling tua dan terpercaya tidak memuat Yohanes 7:53–8:11).
Setelah melakukan penelitian, pakar bibliologi Kristen mengkalkulasi bahwa ucapan Yesus dalam Injil hanya 18 persen. Mereka menyatakan, “Eighty-two percent of the words ascribed to Jesus in the Gospels were not actually spoken by him” (Robert W. Funk, Roy W Hoover, and The Jesus Seminar, The Five Gospels, What did Jesus Really Say?, hlm. 5).
(Delapan puluh dua persen kalimat yang disebut-sebut sebagai ucapan Yesus dalam kitab-kitab Injil sebenarnya tidak pernah diucapkan oleh Yesus).
Dalam kacamata ilmu hadits, meskipun 18 persen Injil dianggap sebagai ucapan Yesus oleh para pakar, tetapi karena tidak memiliki sanad (daftar silsilah periwayatan), maka nilainya pun menjadi lemah (dhaif).
Bila 18 persen ayat Injil ini sejalan dengan Al-Qur`an, maka tidak boleh didustakan, karena Rasulullah memberikan pedoman, “Apabila yang dikatakan oleh mereka itu hak (benar), maka janganlah kalian mendustakannya, tetapi apabila yang dikatakan itu batil (bohong) maka janganlah kalian membenarkannya” (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).
Sedangkan terhadap 82 persen Injil dalam Bibel yang ternyata bukan ucapan Yesus, umat Islam wajib menolaknya karena hanya berita maudhu’ alias palsu.
Dalam tour dakwahnya di Hongkong, Masyhud dari Tim FAKTA mendapat informasi bahwa di Victoria Park, sejak Januari 2007 sampai kini, misionaris Kristen menyebarkan traktat (brosur) kepada nakerwan Muslimah. Dengan memperalat dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits, mereka mengajak umat Islam masuk ke Kristen. Nakerwan Muslimah yang rata-rata berasal dari desa, dengan pengetahuan agama yang masih minim, adalah sasaran empuk bagi misi pemurtadan ini.
Salah satu ayat Al-Qur’an yang jadi idola dalam upaya pelunturan aqidah adalah surat Ali Imran 3 yang bunyi terjemahannya: “Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Qur`an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.”
Kepada nakerwan yang awam, mereka menafsirkan, Al-Qur`an menyatakan bahwa kitab Injil milik umat Kristen adalah kitab yang absah dan benar-benar firman Allah. Karenanya, umat Islam wajib mengimani dan memedomani Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes milik umat Kristen. Karena dalam surat Al-Baqarah 3 umat Islam diwajibkan untuk beriman kepada kitab-kitab sebelum Al-Qur’an.
Memang benar, Allah pernah menurunkan kitab-kitab suci Injil kepada Nabi Isa (Qs. Al-Hadid 27, Al-Ma`idah 46). Tapi keimanan kepada kitab Injil itu bersifat global (mujmal), yaitu mengimani keberadaannya bahwa Allah benar-benar menurunkan kitab-kitab tersebut kepada Nabi Isa AS tanpa konsekuensi untuk memedomani, mengamalkan dan mendakwahkan kandungannya. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa Injil dalam Bibel telah mengalami tahrif, baik penambahan, pengurangan, revisi maupun perubahan tata letak. Allah menyatakan hal ini dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah 75, Al-Baqarah 79, An-Nisa` 46, Al-Ma`idah 13, dll.
Statemen tersebut terbukti, karena Injil Markus telah mengalami penambahan-penambahan ayat, contohnya adalah Markus 9:44 dan 46. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “ayat 44, 46. kedua ayat ini tidak terdapat dalam naskah yang paling baik dan hanya merupakan ulangan dari ayat 48. kedua ayat ini pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 115).
The Holy Bible New International Version dan The Five Gospels sama sekali tidak memuat kedua ayat tersebut, sehingga setelah ayat 43 langsung loncat ke ayat 45 lalu loncat lagi ke ayat 47. Sedangkan ayat 44 dan 46 tidak di muat sama sekali.
Injil Matius juga mengalami penambahan-penambahan ayat, contohnya adalah Matius 28:16-20. Lima ayat dalam ujung Injil Matius ini adalah tambahan belaka, karena seharusnya Injil Matius pasal 28 berakhir pada ayat 15: “...dan cerita ini tersiar di antara orang Yahudi sampai saat ini.”
Hugh J Schonfield, nominator hadiah Nobel tahun 1959 dalam bukunya The Original New Testament halaman 124 mengomentari sebagai berikut, “This [Matthew 28:15] would appear to be the end of the Gospel [of Matthew]. That follows [Matthew 28:16-20] from the nature of what is said, would then be a latter addition.” (Ayat ini [Matius 28:15] nampak sebagai penutup Injil [Matius]. Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya [Matius 28:16-20], dari kandungan isinya, nampak sebagai ayat-ayat yang baru ditambahkan kemudian).
Hal ini dipertegas oleh Funk dan The Jesus Seminar, “The great commission in Matthew 28:18-20 have been created by the individual evangelist...” (The Five Gospels, hlm. 35).
Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “ayat 44, 46. kedua ayat ini tidak terdapat dalam naskah yang paling baik dan hanya merupakan ulangan dari ayat 48. kedua ayat ini pasti tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 115).
Injil Lukas pun tak luput dari penambahan-penambahan ayat, misalnya pasal 23:17. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “Kebanyakan naskah tidak memuat ayat ini; kiranya tidak asli” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 194).
Injil Yohanes mengalami penambahan-penambahan ayat, misalnya pasal 7:53 sd 8:11. Dua belas ayat ini adalah penambahan yang tidak terdapat dalam naskah tua. Lembaga Biblika Indonesia menyatakan, “Bagian ini, 7:53 – 8:11, tidak termasuk dalam naskah yang paling tua, dalam beberapa terjemahan kuno, dan juga tidak dikenal oleh pujangga-pujangga gereja yang paling dahulu” (Kitab Suci Perjanjian Baru, 1978/1979, hlm. 226).
The Holy Bible New International Version memberikan garis batas pada Yohanes 7:53–8:11 dari ayat sebelum dan sesudahnya. Di bawah garis tersebut diberi catatan pada halaman 817, “The earliest and the most reliable manuscript do not have John 7:53–8:11” (Naskah-naskah yang paling tua dan terpercaya tidak memuat Yohanes 7:53–8:11).
Setelah melakukan penelitian, pakar bibliologi Kristen mengkalkulasi bahwa ucapan Yesus dalam Injil hanya 18 persen. Mereka menyatakan, “Eighty-two percent of the words ascribed to Jesus in the Gospels were not actually spoken by him” (Robert W. Funk, Roy W Hoover, and The Jesus Seminar, The Five Gospels, What did Jesus Really Say?, hlm. 5).
(Delapan puluh dua persen kalimat yang disebut-sebut sebagai ucapan Yesus dalam kitab-kitab Injil sebenarnya tidak pernah diucapkan oleh Yesus).
Dalam kacamata ilmu hadits, meskipun 18 persen Injil dianggap sebagai ucapan Yesus oleh para pakar, tetapi karena tidak memiliki sanad (daftar silsilah periwayatan), maka nilainya pun menjadi lemah (dhaif).
Bila 18 persen ayat Injil ini sejalan dengan Al-Qur`an, maka tidak boleh didustakan, karena Rasulullah memberikan pedoman, “Apabila yang dikatakan oleh mereka itu hak (benar), maka janganlah kalian mendustakannya, tetapi apabila yang dikatakan itu batil (bohong) maka janganlah kalian membenarkannya” (HR. Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi).
Sedangkan terhadap 82 persen Injil dalam Bibel yang ternyata bukan ucapan Yesus, umat Islam wajib menolaknya karena hanya berita maudhu’ alias palsu.