Suku Madura menjadi target gerakan Kristenisasi. Selain bergerilya ke pelosok desa, para penginjil juga mengaku aktif berdialog dengan para ustadz pesantren. Mereka menggunakan metode perbandingan agama dan penginjilan yang menggunakan Alkitab dalam bahasa Arab. Dengan pendekatan kultural, mereka menjadikan Madura ladang pemurtadan.
Kristenisasi yang mengincar Madura memang terbilang nekat. Bagaimana tidak, orang Madura yang terkenal taat memegang Islam dan selama ini sulit ditembus gerakan salibis, tiba-tiba dikejutkan dengan fakta adanya upaya pemurtadan.
Sebuah buletin yang diterbitkan kelompok penginjil di bekasi menulis soal kegiatan misionaris yang ngebet menjadikan pulau yang terkenal dengan budaya karapan sapinya itu sebagai ladang Kristenisasi. "Doakan kepada suku Madura agar mata hati mereka terbuka dan firman Tuhan masuk dalam kehidupan mereka. Doakan para penginjil, pendeta yang sedang menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Doakan siswa-siswi sekolah Alkitab yang diutus agar diberi kesabaran dan perlindungan...." tulis MIDRASH TALMIDDIN, sebuah buletin yang berisi informasi proyek Kristenisasi dan ajaran-ajaran Kristen tersebut.
Sampul depan edisi ke-4 tahun 2006 buletin yang diterbitkan oleh Yayasan Kaki Dian Emas Bekasi itu, memuat foto orang madura yang masih menggenakan kopiah dan sarung tengah didoakan oleh beberapa orang pendeta. Seperti halnya ritual pembaptisan, tangan seorang pendeta memegang kepala orang Madura tersebut, sambil komat-kamit mendoakan. Entah, apakah orang Madura itu sadar atau tidak.
Adalah Edhie Sapto Wedha, pendeta yang menjadi motor penggerak Kristenisasi di wilayah madura. Pria yang mengaku sebagai asli orang madura ini getol menjalankan misinya dengan berbagai cara. Edhie juga yang terlihat sedang membaptis orang madura seperti dalam sampul depan buletin MIDRASH TALMIDDIN tersebut.
Bersama penginjil lainnya, Edhie menerbitkan buletin tersebut. Dari format dan isi buletin yang banyak menggunakan tulisan berbahasa Arab, Edhie dan kawan-kawan jelas ingin mengaburkan akidah umat Islam. Selain bahasa Arab, istilah - istilah yang familiar dalam ajaran Islam juga kerap mereka gunakan. Dalam misinya, Edhie dikenal piawai menggunakan metode perbandingan agama dan pengabaran injil dalam bahasa Arab. Meski tertulis "Untuk kalangan sendiri", buletin dengan lambang Bintang David dan pohon Gorqot ini juga beredar luas di masyarakat. "Ini sduah meresahkan umat Islam," jelas Mulyadi, anggota tim FAKTA.
Dari penelusuran Tim FAKTA, para penginjil ini menjalankan misinya di wilayah Sampang, Madura. Pada beberapa foto yang ada dalam buletin tersebut terlihat jelas, mereka tak sungkan mendatangi masyarakat untuk berdialog dan menjalankan aksi "tipu-tipunya". Bahkan dalam foto itu digambarkan seseorang yang mengenakan kopiah haji terlihat seperti tak sadarkan diri dikelilingi para pendeta yang sedang mendoakan. "Para ustadz minta didoakan dan mereka dijamah Roh Kudus," tulis keterangan dalam foto tersebut.
Meski terbilang berani dan melecehkan orang Madura yang terkenal fanatik terhadap Islam, Edhie mengaku aksinya memurtadkan umat Islam di madura tanpa paksaan ."itu berdasarkan kemauan mereka sendiri. Kita tidak memaksa. Kan orang tidak boleh dipaksa dalam beragama," kilah Edhie saat dikonfirmasi sabili, sambil mengatakan bahwa Islam dan kristen sama-sama sebagai agama misionaris, cuma ada aturan yang tidak membolehkan adanya pemaksaan dalam beragama. "Siapa yang berani maksa orang Madura, Mas?" tambahnya.
Menurut Edhie, kedatangannya ke Madura bukan atas kemauannya sendiri. "Kita diundang bersama mereka. madura itu kan orangnya keras, kemudian mereka lihat Kristen itu penuh kasih, kedamaian. Mereka pilih itu," terangnya. Mengenai tudingan terhadap buletin dan gerakan pemurtadan yang dilakukannya dengan menggunakan bahasa Arab, Edhie menjelaskan, "Alkitab diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Waraqah bin Naufal. Itu bukan pelecehan terhadap Islam, sebab Alkitab itu ada dalam bahasa Arab. Kristen itu kan berasal dari Arab." tambahnya lagi. Meski begitu, Edhie mengaku kegiatannya di sampang sudah dihentikan, karena umat Islam disana melakukan aksi penolakan. Bahkan, dua orang pendeta yang melakukan pemurtadan di sana sempat berurusan dengan aparat hukum.
Mengenai gerakan Kristenisasi di Sampang, tokoh masyarakat Madura yang tinggal di Surabaya, KH Abdurrahman Navis, mengakui hal tersebut sempat membuat orang Madura gerah. Dengan alasan akan menawarkan bantuan kemanusiaan bagi korban konflik Sampit, para pengjinjil melakukan aksi Kristenisasi. "Kasus ini sempat masuk pengadilan, bahkan kedua orang pendetanya sudah dipenjara," jelas Kiai Navis.
Bagi Kiai Navis, tak ada ceritanya orang Madura murtad dari Islam. Kalau toh ada, menurutnya itu karena ditipu atau diiming - imingi sesuatu yang besar. "secara kultur orang Madura tidak mungkin masuk Kristen. Lebih baik mati daripada masuk Kristen. kalau ada yang maksa, bisa carok!" ucap kiai yang bersuara teduh ini dengan tegas. Menurutnya, gerakan Kristenisasi yang terjadi di Sampang itu terjadi dengan mengelabui umat Islam bahwa ajaran yang mereka sampaikan bukan Kristen, tapi Islam Ayah atau Islamnya nabi Isa. "Orang awam yang tidak ngerti bisa dikelabui soal ini." tambahnya.
Bukan kali ini saja Edhie membuat ulah. pada tahun 2002 ,pendeta ini terlibat kasus penyekapan puluhan anak yang dipekerjakan sebagai penjaga kandang babi. selain disuruh menjada kandang babi, Edhie juga berusaha memurtadkan anak-anak tersebut. Kasus ini terbongkar berkat laporan masyarakat dan aksi penggerebekan yang dilakukan umat Islam Bekasi.
Saat ini, dengan dalih membuka kursus bahasa Arab, pendeta yang sempat berurusan dengan laskat Ababil pimpinan tokoh Islam Bekasi, KH Sulaeman Zachawerus, ini berusaha memurtadkan umat Islam. Tak tanggung-tanggung, untuk mengelabui masyarakat, pendeta yang mengajar bahasa Arab itu, mengenakan baju koko khas ustadz. "Orang ini tidak kapok. Saya minta Polres Bekasi menindak tegas orang-orang itu," ujar Sulaeman Zachawerus saat diminta pendapatnya soal kembali berkasinya pendeta Edhie dan kawan-kawan.
Saat diminta konfirmasinya soal kursus bahasa Arab itu, Edhie berlepas tangan. " Itu bergerak sendiri. Bukan di luar koordinasi saya. Orangnya sudah ada di Bandung, saya juga kehilangan kontak," ujar lelaki yang tinggal di bilangan Jaka Mulya, Bekasi ini, seolah tak bersalah.
Umat Islam Bekasi meminta aparat penegak hukum bertindak tegas terhadap para perusak aidah kaum Muslimin. Jika aparat lembek, bukan tidak mungkin, seperti kata Sulaeman Zachawerus, "Umat Islam akan bikin perhitungan sendiri!" (Tim Fakta Surabaya)
Kristenisasi yang mengincar Madura memang terbilang nekat. Bagaimana tidak, orang Madura yang terkenal taat memegang Islam dan selama ini sulit ditembus gerakan salibis, tiba-tiba dikejutkan dengan fakta adanya upaya pemurtadan.
Sebuah buletin yang diterbitkan kelompok penginjil di bekasi menulis soal kegiatan misionaris yang ngebet menjadikan pulau yang terkenal dengan budaya karapan sapinya itu sebagai ladang Kristenisasi. "Doakan kepada suku Madura agar mata hati mereka terbuka dan firman Tuhan masuk dalam kehidupan mereka. Doakan para penginjil, pendeta yang sedang menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Doakan siswa-siswi sekolah Alkitab yang diutus agar diberi kesabaran dan perlindungan...." tulis MIDRASH TALMIDDIN, sebuah buletin yang berisi informasi proyek Kristenisasi dan ajaran-ajaran Kristen tersebut.
Sampul depan edisi ke-4 tahun 2006 buletin yang diterbitkan oleh Yayasan Kaki Dian Emas Bekasi itu, memuat foto orang madura yang masih menggenakan kopiah dan sarung tengah didoakan oleh beberapa orang pendeta. Seperti halnya ritual pembaptisan, tangan seorang pendeta memegang kepala orang Madura tersebut, sambil komat-kamit mendoakan. Entah, apakah orang Madura itu sadar atau tidak.
Adalah Edhie Sapto Wedha, pendeta yang menjadi motor penggerak Kristenisasi di wilayah madura. Pria yang mengaku sebagai asli orang madura ini getol menjalankan misinya dengan berbagai cara. Edhie juga yang terlihat sedang membaptis orang madura seperti dalam sampul depan buletin MIDRASH TALMIDDIN tersebut.
Bersama penginjil lainnya, Edhie menerbitkan buletin tersebut. Dari format dan isi buletin yang banyak menggunakan tulisan berbahasa Arab, Edhie dan kawan-kawan jelas ingin mengaburkan akidah umat Islam. Selain bahasa Arab, istilah - istilah yang familiar dalam ajaran Islam juga kerap mereka gunakan. Dalam misinya, Edhie dikenal piawai menggunakan metode perbandingan agama dan pengabaran injil dalam bahasa Arab. Meski tertulis "Untuk kalangan sendiri", buletin dengan lambang Bintang David dan pohon Gorqot ini juga beredar luas di masyarakat. "Ini sduah meresahkan umat Islam," jelas Mulyadi, anggota tim FAKTA.
Dari penelusuran Tim FAKTA, para penginjil ini menjalankan misinya di wilayah Sampang, Madura. Pada beberapa foto yang ada dalam buletin tersebut terlihat jelas, mereka tak sungkan mendatangi masyarakat untuk berdialog dan menjalankan aksi "tipu-tipunya". Bahkan dalam foto itu digambarkan seseorang yang mengenakan kopiah haji terlihat seperti tak sadarkan diri dikelilingi para pendeta yang sedang mendoakan. "Para ustadz minta didoakan dan mereka dijamah Roh Kudus," tulis keterangan dalam foto tersebut.
Meski terbilang berani dan melecehkan orang Madura yang terkenal fanatik terhadap Islam, Edhie mengaku aksinya memurtadkan umat Islam di madura tanpa paksaan ."itu berdasarkan kemauan mereka sendiri. Kita tidak memaksa. Kan orang tidak boleh dipaksa dalam beragama," kilah Edhie saat dikonfirmasi sabili, sambil mengatakan bahwa Islam dan kristen sama-sama sebagai agama misionaris, cuma ada aturan yang tidak membolehkan adanya pemaksaan dalam beragama. "Siapa yang berani maksa orang Madura, Mas?" tambahnya.
Menurut Edhie, kedatangannya ke Madura bukan atas kemauannya sendiri. "Kita diundang bersama mereka. madura itu kan orangnya keras, kemudian mereka lihat Kristen itu penuh kasih, kedamaian. Mereka pilih itu," terangnya. Mengenai tudingan terhadap buletin dan gerakan pemurtadan yang dilakukannya dengan menggunakan bahasa Arab, Edhie menjelaskan, "Alkitab diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Waraqah bin Naufal. Itu bukan pelecehan terhadap Islam, sebab Alkitab itu ada dalam bahasa Arab. Kristen itu kan berasal dari Arab." tambahnya lagi. Meski begitu, Edhie mengaku kegiatannya di sampang sudah dihentikan, karena umat Islam disana melakukan aksi penolakan. Bahkan, dua orang pendeta yang melakukan pemurtadan di sana sempat berurusan dengan aparat hukum.
Mengenai gerakan Kristenisasi di Sampang, tokoh masyarakat Madura yang tinggal di Surabaya, KH Abdurrahman Navis, mengakui hal tersebut sempat membuat orang Madura gerah. Dengan alasan akan menawarkan bantuan kemanusiaan bagi korban konflik Sampit, para pengjinjil melakukan aksi Kristenisasi. "Kasus ini sempat masuk pengadilan, bahkan kedua orang pendetanya sudah dipenjara," jelas Kiai Navis.
Bagi Kiai Navis, tak ada ceritanya orang Madura murtad dari Islam. Kalau toh ada, menurutnya itu karena ditipu atau diiming - imingi sesuatu yang besar. "secara kultur orang Madura tidak mungkin masuk Kristen. Lebih baik mati daripada masuk Kristen. kalau ada yang maksa, bisa carok!" ucap kiai yang bersuara teduh ini dengan tegas. Menurutnya, gerakan Kristenisasi yang terjadi di Sampang itu terjadi dengan mengelabui umat Islam bahwa ajaran yang mereka sampaikan bukan Kristen, tapi Islam Ayah atau Islamnya nabi Isa. "Orang awam yang tidak ngerti bisa dikelabui soal ini." tambahnya.
Bukan kali ini saja Edhie membuat ulah. pada tahun 2002 ,pendeta ini terlibat kasus penyekapan puluhan anak yang dipekerjakan sebagai penjaga kandang babi. selain disuruh menjada kandang babi, Edhie juga berusaha memurtadkan anak-anak tersebut. Kasus ini terbongkar berkat laporan masyarakat dan aksi penggerebekan yang dilakukan umat Islam Bekasi.
Saat ini, dengan dalih membuka kursus bahasa Arab, pendeta yang sempat berurusan dengan laskat Ababil pimpinan tokoh Islam Bekasi, KH Sulaeman Zachawerus, ini berusaha memurtadkan umat Islam. Tak tanggung-tanggung, untuk mengelabui masyarakat, pendeta yang mengajar bahasa Arab itu, mengenakan baju koko khas ustadz. "Orang ini tidak kapok. Saya minta Polres Bekasi menindak tegas orang-orang itu," ujar Sulaeman Zachawerus saat diminta pendapatnya soal kembali berkasinya pendeta Edhie dan kawan-kawan.
Saat diminta konfirmasinya soal kursus bahasa Arab itu, Edhie berlepas tangan. " Itu bergerak sendiri. Bukan di luar koordinasi saya. Orangnya sudah ada di Bandung, saya juga kehilangan kontak," ujar lelaki yang tinggal di bilangan Jaka Mulya, Bekasi ini, seolah tak bersalah.
Umat Islam Bekasi meminta aparat penegak hukum bertindak tegas terhadap para perusak aidah kaum Muslimin. Jika aparat lembek, bukan tidak mungkin, seperti kata Sulaeman Zachawerus, "Umat Islam akan bikin perhitungan sendiri!" (Tim Fakta Surabaya)
8 komentar:
bunuh para salibis laknatulloah. jangan beri ampun
darah para kuffar yang sengaja merusak akidah umat hukumnya halal
jangan biarkan musuh Alloh berkeliaran bebas!!! tangkap bunuh dan hancurkan!!!!!!!!!!!
waroqoh bin naufal adalah orang mulia bertuhan tauhid (allah), paman umul mukminin khadijah qubro tidak akan prnah sama dengan penyembah syetan
waroqoh bin naufal adalah orang mulia bertuhan tauhid (allah), paman umul mukminin khadijah qubro tidak akan prnah sama dengan penyembah syetan
Banyak setan kesurupan jiahahahaha
Bukannya lo yg iblis yg kerjaannya membunuh dan membinasakan? Dikit2 kok bunah bunuh, ajaran agama lo biadab suka membunuh dan SEX bidadari
Blog yg gak bermutu...
Byk fitnahnya...
Posting Komentar