Selasa, 11 September 2007

"Insya Allah" Membungkam Ev. Jansen Litik

Meski sudah usang dan ketinggalan zaman, buku tipis tulisan Ev Jansen Litik ini masih menjadi primadona. Buku ini masih sering disebarkan ke kalangan Muslim untuk melunturkan akidah Islam sembari menanam bibit iman baru dalam nama Yesus. Padahal buku berjudul Lima Alasan Pokok Tentang Isi Al-Qur’an Yang Menyebabkan Kami Meninggalkan Islam dan Beralih Menjadi Pemeluk Kristen ini tidak ilmiah, sangat lemah dan banyak salah data. Kesalahan data inilah yang membuahkan kesimpulan yang salah. Hal ini terlihat kentara pada kesimpulan penutupnya: “…Karena mereka tidak percaya lagi bahwa Al-Qur`an itu wahyu Allah, melainkan menganggapnya hanya satu Kitab Insani belaka yang isinya kurang lebih 75 % hasil jiplakan yang lihai dari isi Alkitab ditambah kurang lebih 25 % hasil buah pikiran, imajinasi, rekaan, kreasi dari Muhammad dan kawan-kawannya yang menulis Al-Qur`an itu dengan diberi selimut kamuflase seolah-olah sebagai 100 % Wahyu Allah” (hlm. 39).

Jika 75 persen Al-Qur`an itu menjiplak Bibel, berarti ada 5.000 ayat Al-Qur`an yang isinya sama dengan Bibel. Dapatkah Litik membuktikan adanya 5.000 ayat Al-Qur`an yang dituduh menjiplak Bibel itu? Kesimpulan Jansen Litik ini hanyalah isapan jempol belaka dan sangat tidak berdasar sama sekali, justru bertolak belakang 180 derajat dengan kenyataannya.

Memang ada beberapa persamaan antara Al-Qur`an dengan kitab-kitab sebelumnya, hal ini karena pada kitab-kitab terdahulu masih ada sisa-sisa wahyu Allah yang belum dimanipulasi. Tetapi, dalam banyak ayat, justru Al-Qur`an melakukan penghapusan (nasikh), pengujian (muhaiminan alaih) dan pembetulan/koreksi (mushaddiq) terhadap kitab-kitab terdahulu.

Sebagai mushaddiq (to correct), Al-Qur`an mengoreksi ayat-ayat yang sudah menyimpang jauh dari kebenaran Ilahi. Koreksi ini diperlukan karena kitab-kitab terdahulu yang ada saat ini sudah banyak dirubah dan disisipi (Qs. An Nisaa 46), sehingga kitab suci tersebut menjadi campur aduk antara yang haq dan yang batil (Qs. Ali Imran 71).

Contoh koreksinya adalah Bibel kitab Roma 10:9 yang menyatakan bahwa Allah membangkitkan Yesus sebagai Tuhan. Ayat ini dikoreksi karena bertentangan dengan aqidah Tauhid (Qs. Al-Ma’idah 72-73). Taurat dalam Bibel mengisahkan Nabi Luth sebagai ayah bejat yang menghamili kedua puteri kandungnya (kitab Kejadian 19:30-38), dikoreksi Al Quran bahwa beliau adalah nabi Allah yang soleh dan mulia derajatnya (Qs. Al An’aam 86, Al Anbiyaa 74-75, Luth 133). Kesalahan Bibel yang mengisahkan Nabi Daud berzinah dengan isteri orang (II Samuel 11:1-27) dan Nabi Sulaiman dikisahkan sebagai lelaki yang rakus wanita, keduanya diralat Al-Quran dalam Shaad 30. Taurat dalam Bibel mengisahkan Nabi Nuh pernah minum anggur sampai teler dan telanjang bugil kelihatan anaknya (kitab Kejadian 9:18-27), dikoreksi Al-Quran dalam surat Ali Imran 33 dan Al Israa 3.

Tuhan kelihatan kaki-Nya (Keluaran 24:10), Tuhan kelihatan punggung-Nya (Keluaran 33:23, Tuhan mengerang kesakitan seperti perempuan hamil (Yesaya 42:14), Tuhan pelupa sehingga tidak ingat alas kaki-Nya ketika marah (Ratapan Yeremia 2:1), Tuhan seperti orang teler yang siuman dari mabok anggur (Mazmur 78:65), Tuhan mencukur (Yesaya 7:20), Tuhan mengaum (Yeremia 25:30), Tuhan bersiul (Zakharia 10:8) dan lain-lain. Ayat-ayat Alkitab (Bibel) yang melecehkan Tuhan tersebut tidak mungkin dibenarkan, tapi dengan tegas ditolak dan dikoreksi Al-Qur`an:

“Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia (Allah). Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Qs. As-Syura 11). “Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Allah)” (Qs. Al-Ikhlash 4).

Menurut Litik, salah satu alasan umat beralih (murtad) meninggalkan Islam lalu masuk Kristen adalah karena ajaran “insya Allah” yang tidak relevan. Jansen Litik merasa alergi terhadap ucapan “insya Allah” yang diucapkan oleh umat Islam terhadap sesuatu yang belum terjadi, misalnya dalam berbicara. Kalau ditanya, apakah anda besok bisa hadir? apakah anda yakin masuk surga? Orang mukmin menjawab “Insya Allah.”

Setelah merasa risih terhadap ungkapan “insya Allah” ini, kemudian dengan sombongnya Litik menyimpulkan bahwa berarti surganya umat Islam itu belum pasti, karena masih pakai insya Allah yang artinya jika Allah menghendaki. Puncaknya, dengan takabur Litik membanggakan kekristenannya, dengan menyatakan bahwa orang Kristen pasti masuk surga, tidak perlu pakai insya Allah lagi. Karena Yesus sudah menjamin pasti keselamatan surgawi.

Kenapa Litik jadi alergi terhadap insya Allah lalu takabur merasa sudah pasti masuk surga dalam nama Yesus? Bukankah Bibel menceritakan bahwa pada hari Akhir kelak banyak orang Kristen yang akan berkata kepada Yesus, “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan mengusir setan demi namamu, dan mengadakan banyak mukjizat demi namamu juga?” Pada saat itu, dengan nada marah Yesus mengusir mereka, “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripadaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” Mungkin Litik lupa, atau belum membaca, atau sudah membaca tapi belum memahami Injil Matius 7:21-23 ini?

Umat Islam berkata “insya Allah” terhadap jaminan masuk surga, bukan karena ragu-ragu atau tidak yakin. Tetapi karena Allah mengajarkan bahwa untuk hal-hal akan dikerjakan, akan dijanjikan, dan hal-hal lain yang masih belum terjadi, termasuk masalah sorga, tidak boleh mengatakan pasti, melainkan harus mengatakan insya Allah.

“Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi, kecuali (dengan menyebut): Insya Allah” (Qs. Al-Kahfi 23-24).

Ini sebagai ungkapan iman bahwa Allah adalah penentu segala sesuatu. Tiada yang terjadi tanpa seizin-Nya. Meskipun Allah sudah menjamin surga (Qs. An-Nisa 124, An-Nahl 31, Al-Mukmin 40, dll), tapi umat Islam harus bersikap rendah diri di hadapan Allah dengan menyatakan insya Allah. Sebab tidak seorang pun tahu keadaan akhir hayatnya. Tak sedikit orang yang semasa hidupnya beriman dan beramal shaleh, tapi di akhir hayatnya tidak tahan ujian sehingga mati dalam keadaan tidak beriman.

Seharusnya Litik tidak perlu alergi terhadap insya Allah, jika ia benar-benar paham terhadap kitab suci agamanya. Bukankah dalam Bibel masih ada ayat yang memerintahkan berucap insya Allah terhadap hal-hal yang belum terjadi?

“Hai kamu yang berkata, “Bahwa hari ini atau besoknya biarlah kita pergi ke negeri anu serta menahun di situ, dan berniaga dan mencari laba”; padahalnya kamu tiada mengetahui apa yang akan jadi besoknya. Bagaimanakah hidupmu itu? Karena kamu hanya suatu uap, yang kelihatan seketika sahaja lamanya, lalu lenyap. Melainkan patutlah kamu berkata, “Insya Allah, kita akan hidup membuat ini atau itu” (Yakobus 4:13-15, Alkitab tahun 1960).

Dalam Alkitab cetakan sekarang ini, kata “insya allah” dalam ayat tersebut diganti menjadi “jika Tuhan menghendakinya.” Meski demikian, artinya sama saja, yaitu tidak boleh mengatakan pasti atau memastikan segala janji, hal yang akan dikerjakan, atau hal yang belum terjadi.

Evangelis Jansen Litik dan para pengikutnya harus bertaubat dari alergi insya Allah, karena menurut Alkitab sendiri (Yakobus 4:16-17), ini adalah satu kecongkakan yang masuk dalam kategori perbuatan dosa. Jadi meyakini dirinya pasti masuk surga adalah perbuatan dosa.

 

5 komentar:

Ohav mengatakan...

http://www.perisai.net/diskusi/viewtopic.php?f=8&t=4

Unknown mengatakan...

Mantap saya suka....

Unknown mengatakan...

Mantap saya suka....

Unknown mengatakan...

Subhanallah.....sangat telat pukulan ke Ulu hati Jansen litik.....mmm....

Unknown mengatakan...

Subhanallah.....sangat telat pukulan ke Ulu hati Jansen litik.....mmm....