Geliat kaum Salibis memurtadkan umat Islam di Tanah Air tak pernah berhenti. Berbagai cara ditempuh, termasuk mengirim mahasiswa teologi di desa mayoritas Muslim dengan dalih Kuliah Kerja Nyata. Di Malang, sebuah desa menjadi target Kristenisasi.
Malang, sebuah kota kecil di Jawa Timur yang terkenal dengan udara dingin dan buah apelnya, juga termasuk kegiatan gerilyawan Salib. Bahkan kota Malang sudah menjadi basis pengedaran misionaris. Hla ini diperkuat dengan banyaknya gereja dan sekolah, baik legal maupun ilegal.
Kini, di Malang, Kristenisasi juga mengincar para peternak. Seperti yang terjadi di desa Pait, kecamatan Kesemben, kabupaten malang, sebuah desa di perbukitan yang berbatasan dengan kabupaten Kediri. Kasus ini tergolong unik. Seorang pendeta yang memiliki ternak sering meminjamkan sapi betina dan pejantan kepada warga yang mau ikut sekolah minggu. Ketika sapi tersebut beranak, maka anak hewan itu menjadi hak warga yang memeliharanya, berapapun jumlahnya. Lain waktu, sang Pendeta menawarkan jenis sapi perah untuk dimanfaatkan susunya. Biasanya, ia memberikan dua ekor sapi betina siap perah, lalu hasilnya dijual ke Koperasi Unit Desa (KUD).
salah seorang yang giat melakukan Kristenisasi ala ternak sapi ini adalah Pendeta Yohanes Sukirno. Selain melakukan Kristenisasi dnegan model tersebut, Pendeta Sukirno juga kerap menjadikan rumahnya sebagai tempat kebaktian. Ia juga tak segan - segan "mengimpor" jemaat untuk meramaikan kebaktian. "Saya dan Bapak pindahan dari Madiun, dan sudah sekitar lima tahunan disini, puji Tuhan selama ini kami ngga ada masalah dengan warga," ujar Ambarwati, istri Pendeta Sukirno saat ditemui SABILI di rumahnya yang telah "disulap" menjadi gereja.
Untuk menjalankan misinya, Sukirno dibantu oleh Pendeta Richard, seorang misionaris muda alumnus sebuah sekolah teologi di Karanglo, Malang. Pendeta mudah dari Ambon ini, menurut Ambarwati, juga aktif sebagai gembala sebuah gereja di Kandangan, Kediri. "Saya senang disini. Selain refreshing, saya juga belajar misi di daerah terpencil pada Pak Sukirno," aku Pendeta Richard saat ditanya tentang kesannya ketika menebar misi di desa ini.
Selain mendekati para peternak, kedua misionaris di perbukitan ini juga mengincar jalur pendidikan. Seorang penginjil yang menurut warga dulunya adalah Muslim, giat menebar misi di Sekolah Dasar Pait I. Guru tersebut sering menawarkan bantuan bimbingan belajar privat komputer dan bahasa inggris gratis kepada para siswa. Hingga artikel ini ditulis, sudah dua siswa yang dimurtadkan.
Dua kasus diatas terungkap dari investigasi Tim FAKTA Malang atas laporan seorang mahasiswa yang sedang melakukan KKN di daerah tersebut.
Tahun lalu, kesalahpahaman yang hampir berujung bentrok juga pernah terjadi di desa ini. Bermula dari KKN mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah diamanahkan untuk menggarap bidang sosial, agama dan pendidikan. Di saat yang sama, mahasiswa KKN dari Universitas Katolik Widya Karya (UKWK), Malang. Mereka mengambil alih beberapa bidang yang sudah diambil oleh Mahasiswa Muhammadiyah. Kasus ini meruncing saat seorang dari mereka, mensosialisasikan program mereka di Madrasah Ibtidaiyah serta menghapus lafadz Bismillah di papan tulis salah satu kelas.
"Alhamdulillah, kasus ini bisa selesai dengan damai," ujar Suyit, salah seorang pengurus Yayasan Madrasah tersebut. Sejak itu, pihak UKWK beralih pada bidang pertanian dengan konsentrasi irigasi dan pembibitan.
Meski pihak UKWK sudah meminta maaf atas peristiwa tersebut, umat Islam masih menyimpan kewaspadaan. "Ngga cukup dengan kata ma'af, Mas. Suatu saat mereka pasti akan mengulangi jika ada celah," ujar Noer salah seorang ibu yang resah dengan kehadiran UKWK.
Kekhawatiran Noer pun jadi kenyataan. Setelah kasus di Madrasah tersebut, mahasiswa UKWK pun aktif mendatangi rumah warga untuk menawarkan program dasa wisma dan bimbingan belajar untuk putra-putri warga. Namun, anehnya aparat desa seakan tak peduli dengan apa yang terjadi. "Ngga ada apa - apa kok Mas, mereka cuman pingin kenal warga saja," ujar pak Modin, aparat desa setempat.
Ironi, memang. Di satu sisi aparat seakan tek peduli dengan bahaya kristenisasi yang mengancam kaum Muslimin. Di sisi lain, warga mulai resah dengan kehadiran mereka. Apalagi jika Kristenisasi itu semakin menggunakan cara-cara yang halus dan penuh tipu daya. "Intinya begini, saya ingin mahasiswa Muslim yang KKN disini itu membantu dakwah, sekaligus saya juga sudah melapor ke MUI kecamatan, ke Muhammadiyah ataupun ibu-ibu Fatayat NU. Tapi kok ngga ada respon, saya jadi heran," ujar Noer yang juga aktif menggerakan pengajian ibu - ibu.
Kegundahan Noer seharusnya disikapi oleh aparat dengan tegas. Bagaimana tidak, sekitar dua bulan setelah mahasiswa UKWK pergi, kini di desa Pait didatangi Mahasiswa Institut Injil Indonesia dari kota Batu, Malang. Kalau ini dibiarkan, akidah umat Islam di desa Pait terus terancam. (Kukuh Santoso, Fakta Malang)
Malang, sebuah kota kecil di Jawa Timur yang terkenal dengan udara dingin dan buah apelnya, juga termasuk kegiatan gerilyawan Salib. Bahkan kota Malang sudah menjadi basis pengedaran misionaris. Hla ini diperkuat dengan banyaknya gereja dan sekolah, baik legal maupun ilegal.
Kini, di Malang, Kristenisasi juga mengincar para peternak. Seperti yang terjadi di desa Pait, kecamatan Kesemben, kabupaten malang, sebuah desa di perbukitan yang berbatasan dengan kabupaten Kediri. Kasus ini tergolong unik. Seorang pendeta yang memiliki ternak sering meminjamkan sapi betina dan pejantan kepada warga yang mau ikut sekolah minggu. Ketika sapi tersebut beranak, maka anak hewan itu menjadi hak warga yang memeliharanya, berapapun jumlahnya. Lain waktu, sang Pendeta menawarkan jenis sapi perah untuk dimanfaatkan susunya. Biasanya, ia memberikan dua ekor sapi betina siap perah, lalu hasilnya dijual ke Koperasi Unit Desa (KUD).
salah seorang yang giat melakukan Kristenisasi ala ternak sapi ini adalah Pendeta Yohanes Sukirno. Selain melakukan Kristenisasi dnegan model tersebut, Pendeta Sukirno juga kerap menjadikan rumahnya sebagai tempat kebaktian. Ia juga tak segan - segan "mengimpor" jemaat untuk meramaikan kebaktian. "Saya dan Bapak pindahan dari Madiun, dan sudah sekitar lima tahunan disini, puji Tuhan selama ini kami ngga ada masalah dengan warga," ujar Ambarwati, istri Pendeta Sukirno saat ditemui SABILI di rumahnya yang telah "disulap" menjadi gereja.
Untuk menjalankan misinya, Sukirno dibantu oleh Pendeta Richard, seorang misionaris muda alumnus sebuah sekolah teologi di Karanglo, Malang. Pendeta mudah dari Ambon ini, menurut Ambarwati, juga aktif sebagai gembala sebuah gereja di Kandangan, Kediri. "Saya senang disini. Selain refreshing, saya juga belajar misi di daerah terpencil pada Pak Sukirno," aku Pendeta Richard saat ditanya tentang kesannya ketika menebar misi di desa ini.
Selain mendekati para peternak, kedua misionaris di perbukitan ini juga mengincar jalur pendidikan. Seorang penginjil yang menurut warga dulunya adalah Muslim, giat menebar misi di Sekolah Dasar Pait I. Guru tersebut sering menawarkan bantuan bimbingan belajar privat komputer dan bahasa inggris gratis kepada para siswa. Hingga artikel ini ditulis, sudah dua siswa yang dimurtadkan.
Dua kasus diatas terungkap dari investigasi Tim FAKTA Malang atas laporan seorang mahasiswa yang sedang melakukan KKN di daerah tersebut.
Tahun lalu, kesalahpahaman yang hampir berujung bentrok juga pernah terjadi di desa ini. Bermula dari KKN mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah diamanahkan untuk menggarap bidang sosial, agama dan pendidikan. Di saat yang sama, mahasiswa KKN dari Universitas Katolik Widya Karya (UKWK), Malang. Mereka mengambil alih beberapa bidang yang sudah diambil oleh Mahasiswa Muhammadiyah. Kasus ini meruncing saat seorang dari mereka, mensosialisasikan program mereka di Madrasah Ibtidaiyah serta menghapus lafadz Bismillah di papan tulis salah satu kelas.
"Alhamdulillah, kasus ini bisa selesai dengan damai," ujar Suyit, salah seorang pengurus Yayasan Madrasah tersebut. Sejak itu, pihak UKWK beralih pada bidang pertanian dengan konsentrasi irigasi dan pembibitan.
Meski pihak UKWK sudah meminta maaf atas peristiwa tersebut, umat Islam masih menyimpan kewaspadaan. "Ngga cukup dengan kata ma'af, Mas. Suatu saat mereka pasti akan mengulangi jika ada celah," ujar Noer salah seorang ibu yang resah dengan kehadiran UKWK.
Kekhawatiran Noer pun jadi kenyataan. Setelah kasus di Madrasah tersebut, mahasiswa UKWK pun aktif mendatangi rumah warga untuk menawarkan program dasa wisma dan bimbingan belajar untuk putra-putri warga. Namun, anehnya aparat desa seakan tak peduli dengan apa yang terjadi. "Ngga ada apa - apa kok Mas, mereka cuman pingin kenal warga saja," ujar pak Modin, aparat desa setempat.
Ironi, memang. Di satu sisi aparat seakan tek peduli dengan bahaya kristenisasi yang mengancam kaum Muslimin. Di sisi lain, warga mulai resah dengan kehadiran mereka. Apalagi jika Kristenisasi itu semakin menggunakan cara-cara yang halus dan penuh tipu daya. "Intinya begini, saya ingin mahasiswa Muslim yang KKN disini itu membantu dakwah, sekaligus saya juga sudah melapor ke MUI kecamatan, ke Muhammadiyah ataupun ibu-ibu Fatayat NU. Tapi kok ngga ada respon, saya jadi heran," ujar Noer yang juga aktif menggerakan pengajian ibu - ibu.
Kegundahan Noer seharusnya disikapi oleh aparat dengan tegas. Bagaimana tidak, sekitar dua bulan setelah mahasiswa UKWK pergi, kini di desa Pait didatangi Mahasiswa Institut Injil Indonesia dari kota Batu, Malang. Kalau ini dibiarkan, akidah umat Islam di desa Pait terus terancam. (Kukuh Santoso, Fakta Malang)
9 komentar:
tertulis di Alquran: Kaum Nazrani akan berusaha semaksimal mungkin mengajak umat MUSLIm. Kejadian di Malang membuat gerah umat MUSLIM. NAMUN MUSLIM sendiri tidak ada bedanya, juga melakukan penyusupan di kantong-kantong KRISTEN. sebelum menghujat, tolong bercermin dulu
mana bos buktinya? kalau kami spt kalian? licik spt ular dan ganas spt iblis?
kalianlah yg menghujat duluan, makanya kami membela diri. nggak baca tuh? para pendeta kalian menghujat agama kami dng menerbitkan buku2 murahan? tolong dibaca ya al-kitabiah.blogspot.com
Gak jelas
bukannya ini juga dilakukan islam saat islamisasi nusantara?
kok jadi keki ketika cara yang sama dilakukan terhadap islam yang saat ini mayoritas?
Saya sbg orang kelahiran Pait yg sudah 20th di Jakarta sangat kaget membaca artikel ini, insyaallah beberapa tahun lagi saya akan pulang & menetap di Pait, bantu saya memperjuangkan kembali Islam dsana... Allahuakbar. Mohon izin saya copy paste artikel ini ke www.kasembon.com
semua agama adalah anugerah dari Hyang Kuasa tak perlu diberdebat kan kebenarannya karena jelas jelas benar. sesama umatNYA harus menjaga perdamaian demi kemuliaan hidup dengan penuh toleransi dan penuh kedamaian maka akan terbentuk suatu kehidupan yang lebih mulia..
Kita umat muslim harus waspada...
Kita umat muslim harus waspada...
Posting Komentar